Happy Reading
Tempat yang ramai tapi entah mengapa aku merasa sendiri, padahal sudah ada orang tapi tanpa adanya Onami dan Maru suasana jadi sangat sepi, padahal Onami gadis pemalu tapi dia bisa lebih cepat akrab karna sering cari topik sedangkan Maru, aku tidak tahu banyak tentang nya.
Apalagi tentang pria di depan ku ini.
Aku harus mengatakan sesuatu.......
“Ano..... Eve-kun.”
“H-h-hai’i!!”
Ehh? Apa aku menyeramkan? Kenapa dia tidak menatap ku balik? Kepalanya bahkan semakin menunduk, jika seperti ini aku tidak sanggup bertanya.
“T-tidak jadi, m-maaf.”
“H-hai’i”
C-canggung.....
“Ohh kalian datang duluan.”
“Maaf telat.”
Onami-san, Maru-kun kalian tidak tahu seberapa lega nya aku ketika kalian datang!!!
Onami duduk di samping ku, sedangkan Maru duduk di samping Eve, kami diam, ini bukan yang seharusnya terjadi jika ada Onami dan Maru.
“K-kalian tidak pesan?” tanya Maru.
“Aku dan Eve-kun sudah pesan, kalian silahkan pesan.”
“Kalau begitu aku pesan dulu, kau mau apa Ona-san?”
“Panggi aku Onami!! Aku pesan cola.”
Maru mengangguk, keadaan kembali hening, Onami pergi ke toilet, aku sibuk memikirkan apa yang akan terjadi nanti, dan Eve terus menunduk semakin dalam, aku khawatir kepalanya akan terbentur meja.
“Eve-kun..... hati hati kepala mu—“
“Kepala ku—“
Dugh
Uhh pasti sakit....
“Kamu nggak papa? Sini ku lihat berdarah atau nggak.”
Saat aku akan mendekati nya, Eve memojokkan dirinya sendiri ke tembok, wajah nya merah sampai ke telinga bahkan dia masih tidak berani menatap ku atau sekedar berbicara dengan jelas.
“T-t-t-tidak!! t-tidak papa!! Kepalaku tidak papa.”
“Kau yakin?”
“Y-yah sangat yakin.”
“Eve?! Kenapa?!”
“Kepalanya terbentur meja.” Jelas ku kepada Maru.
Maru mendekat ke arah Eve, memegang kepala teman nya memeriksa apakah kepala Eve benar baik baik saja atau tidak, namun wajah Eve yang memerah dengan Maru yang mengusap kepalanya.....
Aku malah memikirkan hal lain
Astaga tidak boleh begini, bagaimanapun ini salah ku juga karna tiba tiba mengajak Eve bicara sampai dia terkejut dan kepalanya jadi korban.
“Gay.”
Deg
ONAMI-SAN KAU TIDAK BOLEH MENGATAKAN ITU TERANG TERANGAN!!
Setelah kepala Eve yang ternyata baik baik saja tanpa ada masalah yang hanya menyisakkan benjolan saja.
Kami mulai mengerjakan tugas bersama dari Profesor, sebenar nya meskipun mengerjakan tugas bersama suasana nya tidak secanggung yang aku kira.
Hanya saja Eve tidak banyak bicara, dia benar benar pria yang fokus dengan apa yang dia kerjakan, ketika di tanya pun hanya menjawab seadanya, mengingatkan ku pada masa sma dulu.
“Akhirnya selesai!!!”
“Terimakasih atas kerja keras nya.”
Setelah hampir tiga puluh menit tugas kami akhirnya selesai, tadinya aku mau langsung pulang tapi Onami menyuruh ku untuk tetap disini mengistirahatkan otak dengan makanan enak itu lebih penting katanya.
Namun disinilah aku menghadapi situasi yang tidak terduga.
“Eve, kamu belum akrab dengan (Y/n) kan?”
“E-ehh?”
“Salah satu cara agar kita akrab dengan seseorang adalah dengan memanggil nama depan nya.”
Eve terdiam, dia nampak mendengar kan Onami dengan seksama walaupun wajah nya menunduk.
“Coba panggil dia (Y/n).”
“Onami-san kamu ngomong apasih?” tegur ku yang merasa itu sedikit keterlaluan.
“Nggak papa kan? Katanya kamu pengin temenan sama banyak orang juga.”
“Tapi—“
“Setelah tugas ini di kumpulkan kita nggak akan bisa kumpul lagi lohh, mau kan Eve?”
Eve hanya mengangguk lalu dia terdiam dari gerak geriknya seperti sedang menyiapkan sesuatu, apa sesulit itu memanggil nama ku sampai sampai butuh persiapan?
“.........(y/n)........”
Suaranya kecil.....
“Hah? Nggak kedengeran lebih keras.”
“(y/n)....”
“Kurang keras!!”
“(Y/n)-san!!”
“Yosh, awal yang bagus lebih mudah panggil nama depan nya kan?”
Eve nampak mengangguk ragu, sedangkan aku hanya menghela napas, Onami bisa seperti itu juga ternyata.
Waktu berlalu begitu cepat tidak terasa ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, setelah berpamitan satu sama lain aku masih menunggu di halte dekat restoran, lebih tepat nya adikku itu ngaret banget kalau di suruh jemput.
Beruntung aku tidak sendiri, ada..... yah ada Eve dia masih ada urusan katanya, tapi bilang nya ke Maru sih bukan ke aku, jadilah kami sama sama menunggu di halte bus sekarang
“Eve-kun....”
“H-hai’i?”
“Kamu di jemput?”
“E-euhm.”
“Begitu yah, padahal sudah lima belas menit yang jemput kamu lama yah....”
“......(Y/n)-san juga.”
“Aku? Aku sih karna adikku itu memang suka telat.”
“Hari ini..... terimakasih.”
“Terimakasih? Untuk apa?”
“I-itu k-kamu sudah berusaha m-mengerjakan tugas.”
Aku tersenyum, “Eve-kun juga terimakasih atas kerja keras nya.”
“Y-yah.....”
Ternyata Eve tidak seseram itu yah, maaf aku salah menilai mu Eve-kun.
“NEE-CHAN!!”
“Jangan teriak, nggak sopan tahu.”
“Hehe, yuk pulang.”
“Iya, Eve-kun sampai besok.”
“S-sampai—“
“HII-CHAN BILANG DULU KALAU MAU JALAN!!”
“Sorry ehe.”
Dari kejauhan aku bisa melihat nya.
Yah aku melihat wajah Eve yang tersenyum sambil melambaikan tangan nya, senyum nya yang lucu tanpa sadar membuat ku ikut tersenyum juga.
Aku tidak tahu kalau Eve mempunyai senyum yang manis.
TBC
See you in the next chapter(≧▽≦)
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Dear Coward" Eve x Reader [Utaite]
Fanfiction"𝐌𝐚𝐚𝐟, 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐮𝐭, 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐦𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚" -Eve- Ini tentang perjuangan Eve, seorang pria pengecut yang tidak pernah menyerah untuk berbica...