"Shita ga kawaku made hanasou ze."
"Shita ga kawaku made hanasou ze."
"Shita ga kawaku made hanasou ze."
Aku menutup telinga ku rapat rapat, sudah lebih dari sepuluh kali aku mendengar lirik itu hari ini.
Entah mengapa liriknya sama seperti yang aku katakan pada Eve dulu, dan karna lirik itu aku terus terusan mengingat hal yang memalukan.
YANG BIKIN ITU LAGU SIAPA SIH?!
"Shita ga kawaku made hanasou ze...."
"UDAH JANGAN NYANYI!! GANGGU!!"
"(Y/n)? kamu kenapa?"
"H-hah?"
Kesadaranku kembali ketika aku sadar siapa orang yang baru aku bentak tadi.
"S-suara ku nggak enak yah?"
MAMPUS AKU MALAH NGEBENTAK EVE!! INI KENAPA NGGAK ADA YANG BILANG AKU LAGI BERDUAAN AMA DIA?!
KOKAWA MANA??
MARU MANA???
Aku segera duduk kembali, meskipun sedikit malu karna insiden tadi, Eve yang mendengar bentakanku tampak sedikit takut dia masih menundukkan kepalanya bahkan tangannya sedikit bergetar.
Aduhh tega banget aku, bisa bisanya menyakiti manusia berhati lembut bak malaikat ini.
Entah sejak kapan aku mulai menganggap Eve selayaknya malaikat, mungkin karna dia aku bisa merasakan sesuatu yang tidak mungkin aku rasakan tanpa bantuan Eve.
Menonton konser Mafumafu misalnya, yah kalau secara akal sehat, orang miskin sepertiku tidak akan bisa menonton konser bahkan yang murah sekalipun.
Saat ini kami tepatnya aku, Eve, Kokawa, dan Maru sedang kerja kelompok, namun kejanggalan di sini adalah dua manusia yang tadinya ada malah pergi entah kemana.
Meninggalkan Eve dan aku serta tugas tugas yang hampir menggunung ini, untung sudah ku jejer.
Di banding itu aku harus menenangkan pria ini dulu, matanya sudah seperti mau nangis.
"E-Eve.... m-maaf yah aku... aku nggak sengaja, nggak bermaksud bentak kamu sumpah."
Eve masih diam, tangannya yang sedikit bergetar membuat hatiku perih, ini aku udah kaya nenangin bocil....
Ku pegang tangannya yang bergetar, "M-maaf yah.... jangan marahh jangan nangis."
"A-aku ng...nggak nangis!!"
Nggak nangis tapi suaramu gemeteran Eve....
"Iyaa kamu nangis tapi maaf ya--"
"Permisi kak mohon diterima...."
Ada yah orang yang bagi bagi brosur padahal jelas jelas orang yang dibagiin lagi mau nangis.
"M-makasih kak...."
Aku melihat poster itu sejenak, "Konser Eve-sensei????"
"Hai'i?"
"Ehh? kamu kenal sama Eve-sensei?"
"H-hah??? o-ohh Eve-sensei a-ahahahah."
Aku memicingkan mataku, "Kenapa ketawa? nggak jadi nangis?"
"Aku nggak nangis!!"
"Nggak nangis atau nggak jadi nangis???"
"I-itu konsernya Eve-sensei?"
"Ini??? iya kayanya... hm Last Dance?"
"Shita ga kawaku made hanasou ze..."
Mendengarnya bernyanyi aku menatap Eve tajam, "Ck."
"Kamu segitu nggak sukanya sama Eve-sensei yah?"
"Tepatnya ada lagu yang aku nggak suka liriknya."
"Yang mana?"
"Yang tadi kamu nyanyi."
Keadaan menjadi hening, aku masih memperhatikan poster tentang Eve utaite yang akan mengadakan konser cukup mahal untuk aku yang nonton konser Mafumafu dibayarin.
Memang cuma Eve yang bisa membawaku ke konser semahal itu.
"Kamu mau dateng ke konser ini?" tanyaku sambil menaruh poster tersebut.
Eve mengangguk cepat, "Pasti."
Aku menghela napas, "Enak banget aku jadi pengin dateng."
"Kenapa nggak dateng?"
"Aku nggak ada uang buat dateng, padahal aku lumayan suka sama lagu lagunya, kecuali Last Dance."
"Kalau misalkan gratis kamu bakalan dateng nggak?"
"Pastilah!! gratis loh!! cuma Eve-sensei nggak sedermawan itu buat gratisin konser kan?"
"Nggak sedermawan itu...." Gumam Eve yang masih bisa aku dengar.
"KONSER KALI INI HARUS GRATIS!!!"
"HAH?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Dear Coward" Eve x Reader [Utaite]
Fanfiction"𝐌𝐚𝐚𝐟, 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐜𝐮𝐭, 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐦𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚" -Eve- Ini tentang perjuangan Eve, seorang pria pengecut yang tidak pernah menyerah untuk berbica...