"Bilang ke bonyok nya Lily, dia nginep tempat gue, Jane."
".........."
"Bacot lu! Udah malem ege! Gue males anter pulang, ujan deres pula." gas Chichi lewat hp nya ke Jane.
"......"
"Gak ada niatan begituan ya gue... Ini beneran gue capek dan takut nyetir malem-malem pas ujan gini," elaknya.
".........."
"Demi Neptunus Jane! Iya...iya... Gue gak bakalan macem-macem, tapi boong!" Chici langsung mematikan sambungan teleponnya, ia ber-smirk nakal dan akhirnya cekikikan.
Chici langsung kembali masuk ke kamarnya, bodo amat soal Jane yang kemungkinan bakalan ngamuk, seenggaknya dia udah kabarin orang rumah kemana malam ini Lily menginap.
Chici melihat ke atas ranjang, Lily terduduk dengan wajah ngantuk nya, kepalanya terasa berat, dan penglihatannya yang semakin buram nan berat, mabuk dan lemas secara bersamaan. Chici berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya, "Udah Li... Lu buruan baring aja deh... Entar juga ilang, percaya deh,"
Lily membuang nafasnya perlahan, ia tetap mencoba melawan rasa berat kantuk itu, "Gak apa-apa Chi... Lu tidur duluan aja, entar kalo ujannya udah reda, gue pulang sendiri aja pake taksi, gak perlu elu anter."
Chici menghela nafasnya, "Susah amat di bilangin juga," ia langsung tarik selimut nya dan berbaring nyaman, Chici santai, karena ia tau Lily tidak lama lagi juga bakalan ambruk, di pelukannya.
"Gudnait Li... Gue matiin lampu ya... Gak bisa tidur kalo terang begini," ucapnya sembari menekan remote lampu, dan mulai memejamkan matanya.
"Malam Chi," Lily masih betah duduk, namun tak lama.
Bruk!
Chici membuka kembali kedua matanya, ia tersenyum nakal, Lily akhirnya ambruk juga. Chici kembali bangun dan mendekat membawa Lily untuk tiduran dengan posisi lebih nyaman di sebelahnya, gak deh... Lebih tepatnya sekarang di bawahnya.
Chici mendekatkan wajahnya ke Lily, ia telusuri wajah gadis itu dengan se-zoom mungkin. Chici tersenyum, dia menyukai aroma wangi nafas Lily yang kini hanya berjarak kurang dari sepuluh senti di bawahnya. Chici menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya dan Lily, ia sekali lagi tatap wajah gadis berponi itu yang sudah terlelap nyaman, "Gak tahan anjir... Tapi gak tega juga kalo dia malah tidur nyenyak gini. Huft...." Chici menggaruk-garuk kepalanya bingung.
Chici benar-benar sedang sekuat mungkin menahan birahinya sekarang, bibir palm nan ranum Lily benar-benar godaan setan baginya, "Tck! Pengen nyipok doang anjir... Janji gak bakalan lebih," ucapnya yakin tidak yakin.
Chici menggelengkan kepalanya, "Gak... gak... Gak sopan kalau doi aja masih lelap gini,"
Chici akhirnya memutuskan berbaring kembali, ia lirik Lily di sebelahnya yang makin gemoy saat sedang tertidur begini, wajah polos nan imutnya adalah sesuatu yang paling tidak bisa Chici tahan selama ini.
Chici kembali bangun dan memposisikan dirinya di atas Lily, "Tujuan gue bawa dia kesini kan emang buat ini, sia-sia dong usaha gue dari tadi kalo gak jadi gue grepe ini anak,"
Chici membuang nafasnya panjang, ia memasang wajah yakin nya, "Iya, sorry Li... Gue gak tahan,"
Chici kembali mendekatkan wajahnya, semakin mendekatkan bibir mereka, dan akhirnya....
Cup.
Bibir mereka kini sudah menempel, dengan perlahan Chici memberanikan diri mulai mengemut bibir Lily yang masih tak sadar karena tidur nyaman nya. Makin ketagihan, lumatan Chici makin seksi dan agresif memainkan lidahnya, ia bahkan menangkup pipi Lily untuk memperdalam ciuman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spill The Tea, Ma'am? (End)
Teen FictionGXG 21++++ (LISOO & Chaennie) Chici cewe yang satsetsatset, kepincut Lily si gadis imut yang berkepribadian ganda, siang mode malu-malu, dan malam mode super toxic. Begitu juga Rose, yang salah kirim mantra jaran goyang ke mbak gebetan yakni ulzang...