10. Problem

393 48 7
                                    


































Chici masih memantau dari ujung taman sana, di temani segelas starbak dan sebuah buku, ia sedang menunggu Lily keluar kelas, karena gadis berponi itu yang belum banyak bicara dengan nya sejak kemarin sore, bahkan untuk berangkat kuliah juga, Lily memilih pergi sendiri tidak mau membangunkan nya untuk berangkat ngampus bersama.

Chici paham, Lily sedang sedikit marah atau mungkin juga ada masalah dengan nya.

Cukup lama, hampir satu jam kemudian, Chici mulai melihat Lily yang keluar dari kelas nya, Chici mulai berlari kecil mendekat dan langsung menarik tangan Lily untuk mengobrol di belakang fakultas, tempat yang lebih privat.

"Apa sih, Chi? Aku ada kelas lima belas menit lagi," Lily berusaha melepaskan tangan Chici dari nya.

Kini mereka sudah di belakang fakultas, Chici menyandarkan pundak Lily ke dinding, dan ia sendiri melipat kedua tangannya di dada dengan wajah serius nya.

"Kenapa lagi sih? Kan kita udah janji, Li... Kalo ada apa-apa di omongin, gak suka ya kalo kamu diemin aku gini, gak usah act seolah gak terjadi apa-apa. Aku tau kamu lagi marah, tapi ya di omongin.... Jan diam aja Li... Kamu gak ngomong sama sekali loh dari kemarin sore sama aku," ungkap Chici dengan terus terang.

Lily menunduk, "Ya harusnya kamu paham sendiri lah, Chi..."

"Paham apa nya? Aku mana ngerti kalo kamu gak cerita,"

"Teman-teman kamu itu loh, Chi!" Kesal Lily yang akhirnya ia lepaskan, matanya nampak berkaca-kaca melihat sayu ke Chici yang masih diam mendengarkan.

"... Mereka baik banget dan friendly di depan kamu, tapi kalo sama aku, kelihatan ngeremehin! Mereka gak ngerhargai aku! Tau sih... Aku cuma anak satpam, tapi seenggaknya, suruh mereka buat bersikap lebih baik gitu loh sama aku, gak apa-apa kalo mereka gak mau aku masuk circle kalian, aku ngerti, tapi kalo ada aku di tengah-tengah kalian, please... Jangan di remehin, jangan cuekin aku kayak seolah cuma pembantu yang nganter cemilan kayak kemarin!" Lanjut Lily dengan air matanya yang akhirnya menetes perlahan.

Chici masih hanya diam mendengarkan.

"Kamu juga Chi! Gak ada niatan sama sekali buat belain aku, waktu mereka ngetawain aku yang kata kalian cuma pembantu yang takut di usir dari apartemen kalo gak nurutin kamu, kamu bahkan juga ikut ketawa kemarin-"

"Gak ada ya Li... Aku gak ketawa sama sekali, aku diam, cuma berusaha mengimbangi obrolan mereka, aku udah beberapa kali ngalihin suasana buat ngobrolin hal lain, tapi mereka masih aja ada yang ngajak ngobrol ngarah ke kamu lagi dan lagi. Aku tau kamu pasti sakit hati, aku juga Li... Tapi aku gak bisa gerak banyak, karena aku ketua BEM, mereka emang rata-rata anak yang kurang baik dan suka ngomongin kejelekan orang, tapi mereka semua pintar banget bantuin aku buat majuin kampus-"

"Dengan jadiin aku bahan obrolan gak mutu kalian? Kamu jadiin aku bahan candaan di circle kamu, untuk bikin nyaman tim kamu, supaya mereka betah bantuin kamu majuin urusan kampus dan blablabla, dengan cara jadiin aku korban bullying kalian secara gak langsung gitu? Iya...? Begitu Chi maksud kamu? Gak apa-apa pacar kamu ini di bully, yang penting image kamu sebagai ketua BEM idaman tetap aman, tetap sejahtera kalaupun aib aku yang jadi bahan hiburan kalian buang capek?"

Chici membuang nafasnya perlahan, "Terus? Kamu mau gimana Li? Kamu mau aku potong obrolan mereka, marahin mereka satu persatu? Kalo mereka jadi gak nyaman dan akhirnya muak, merasa aku gak asik lagi sebagai ketua BEM, mereka bisa aja loh Li... Keluar satu persatu dari anggota BEM, akhirnya aku gak punya anggota, dan gagal semua planning kita majuin kampus. Aku sayang sama kamu Li... Aku akan usaha sebisa mungkin buat kamu selalu senang dan bahagia sebagai pacar, tapi mementingkan urusan pribadi kayak aku ke kamu, gak akan ngaruh apa-apa buat kampus. Sesekali aku juga harus masuk ke obrolan umum yang lain, obrolan favorit orang kebanyakan, supaya kami semua juga bisa kompak terus ngurusin kampus. Gak mungkin kan... Karena terlalu ngutamain kamu, akhirnya anak-anak sadar kalo aku ini over ke kamu, tapi gak asik di circle mereka. Mereka keluar dari anggota BEM, aku sebagai ketua makin mumet, kalo cuma punya kamu doang, belum tentu juga kamu bisa bantu aku ngurusin kampus Li? Bayangin aja cuma kamu yang aku punya buat rampungin semua plan, gak mungkin kan?"

Spill The Tea, Ma'am? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang