"Kak Rose punya pacar gak sih teh?"
Jane terhenti dengan laptop nya, "Mang ngapa?"
"Nanyea doang," Jennie kembali sibuk dengan novelnya dan asik rebahan di atas sofa itu.
Sedangkan Jane duduk lesehan di bawah sembari mengetik tugas makalah nya, "Nggak sih... Jomblo dia. Seleranya tinggi beut soalnya, minimal tuh cowok harus ngalahin dia karate, ganteng, tinggi, seksi, minimal setengah bule, tanned skin, mata biru, punya tato, penghasilan minimal satu miliar perbulan, mobil minimal tujuh biar kalo anterin dia ngampus bisa ganti tiap hari, motor juga harus tujuh varian," asal Jane yang malah membayangkan Hero, Abang nya Rose.
"Beuh... Beneran Ceu? Mahal amat seleranya, tapi pantes sih... Kak Rose cakep pake banget, pintar berkelas gitu, justru aneh kalo seleranya muka standar penghasilan di bawah UMR," dumel Jennie yang terdengar kesal sendiri.
"Lah... Elu napa dah? Emosi sendiri gitu?"
Jennie nyengir, "Gak apa-apa Ceu... Hehehe..."
Jane kembali ke laptop nya, Jennie kembali meliriknya, antara kesal dan agak insecure juga jadinya, kemungkinan Rose mau di ajak belok juga kayaknya tipis, anaknya mungkin open minded, tapi bukan berarti mau dia ajak buat jadi butchy nya.
"Btw teteh ada pawang belum?"
Jane menghentikan aksi mengetik di laptop nya, "Jomblo sih," bohong nya.
"Oh... Gak mau nyari dalam waktu dekat?"
"Gak ah... Ini udah mau proposal, mumet dan gak konsen kalo nyari pawang sekarang," elaknya lalu meneguk jus nya lagi, "Elu aja dek... Selagi baru awal semester, masih bebas, cari pawang aja di setiap tikungan, jan serius dulu, pokoknya having fun selama masa kuliah. Kalo nyari yang serius nanti dulu, kalo udah mapan dan siap berumah tangga,"
"Wih... Si yang udah mulai dewasa, gak asik lu teh... Padahal dulu elu yang ngajarin gue ngoleksi cwk tiap tikungan,"
"Tck! Lagi males aja, diem bae lah sekarang, diam-diam langsung nyebar undangan nanti,"
"Jiakkkhh! Gaya beut teteh eiiii....."
Terlihat Gigi yang baru turun dari tangga lantai atas, Jane meliriknya, "Ceu... Ngobrol bentar yuk?"
"Soal? Elu gak lihat gue sibuk?" Balas Gigi sembari menunjuk laptop, kamera dan sebuah buku yang ia bawa.
"Tck! Nanti aja, bentar doang Ceu... Gue juga masih nugas,"
Gigi duduk lesehan juga di sebelahnya, dan sibuk menata perlengkapan tugasnya, ia lirik Jennie yang anteng dengan novelnya, "Jen..."
"Naon sis?"
"Udah gue daftarin di Fashion Design dan tata boga, masih wajib milih satu lagi jurusan cadangan,"
Jennie nampak berpikir, "Em... Apa ya Ceu..."
Jane meneguk jus nya, "Bisnis aja, gak usah mumet- mumet, ujung-ujungnya elu anak bungsu, pasti dapat jatah nerusin bisnis keluarga,"
"Terus teteh mau kemana?"
"Mau jadi ibu rumah tangga yang baik aja, gue mau parasit sepenuhnya ke suami yang tajir melintir nanti, males kerja,"
"Tck! Harus tetap ada kesibukan juga atu teh... Kan kuliah jurusan bisnis juga, berarti teteh yang gantiin papa, aku mau gantiin mama, atau jadi chef aja,"
"Iya... Iya gampang, jurusan bisnis banyak arah mau profesi usaha apa aja, gampang ntar bisnis mama papa, kita tanggung bareng-bareng,"
Jennie mengangguk setuju, ia lalu melihat ke Gigi, "Aku ambil hukum aja Ceu..." Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spill The Tea, Ma'am? (End)
Teen FictionGXG 21++++ (LISOO & Chaennie) Chici cewe yang satsetsatset, kepincut Lily si gadis imut yang berkepribadian ganda, siang mode malu-malu, dan malam mode super toxic. Begitu juga Rose, yang salah kirim mantra jaran goyang ke mbak gebetan yakni ulzang...