12. Hari Sakral

1.5K 125 3
                                    

Assalamu'alaikum🤗

Hai, makasih buat temen-temen  yang udah sabar nungguin kelanjutan cerita ini.

Sebelumnya, buat kalian yang mantengin ceritanya, pasti sedikit kaget ya haha, kenapa malah tanggal 21 up nya. Tapi itu akan terjawab, setelah kalian baca ceritanya.

Selamat menyelami kembali dunia Shaka dan Naira 🤍

Yuk, mulai hargai penulis dengan cara beri vote di setiap chapter nya🤗

Jangan lupa untuk beri comment nya juga 😉

Jangan lupa untuk beri comment nya juga 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



“Nairaaaa. Assalamu’alaikum. Naaaai.”

“Naii! Ada yang nyamper tuh!” Firza berteriak ke lantai atas.

Naira yang mendengar ucapan dari papa nya, segera keluar dan menuruni tangga.  “Malem-malem gini? Siapa pah?” tanya gadis itu, begitu dirinya sudah dilantai bawah.

“Gak tau, belum papa lihat. Coba kamu lihat.”

Naira pun segera membuka pintu, tak lupa memakai jilbabnya terlebih dahulu. Begitu pintu dibuka, gadis itu menaikkan kedua alisnya. “Jihan? Lah, ngapain ke sini malem-malem?”

“Gue abis pulang dari pengajian, terus udah izin ke ortu gue, kalo gue mau nginep di sini.”

“Nginep? Kenapa gak ngasih tahu gue dulu? Biasanya ngabarin lewat chat dulu, kalo ada apa-apa.”

“Yee..emangnya gak boleh Nai?” Jihan menarik bibirnya ke bawah. “Ini kan, hari terakhir lo melepas status
kegadis—“

“Ssstt. Iya, iya. Gue izinin kok. Justru gue seneng. Tapi inget, kita gak boleh gadang ya, gak baik.”

“Iya..iyaa Nairaaa…siaap..” Jihan segera menghampiri dan merangkul gadis itu. Mereka segera masuk ke dalam rumah. “Assalamu’alaikum, om.” Jihan membungkukkan sedikit badannya, sebagai tanda salam pada papah Naira.

“Wa’alaikumsalam.”

“Om, Jihan izin nginep di sini boleh?”

Firza terkekeh. “Gak akan ada yang ngelarang kamu Ji. Tenang aja.”

Jihan tersenyum. Ia sangat girang luar biasa, terlihat dari tangannya yang menggerak-gerakan tangan Naira.

“Oh iya, om. Tante di mana?”

“Itu, lagi masak sama ibu-ibu yang lain. Di dapur.” Firza menunjuk dengan dagunya.

Jawaban Naira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang