•
•
•Naira baru saja selesai melaksanakan shalat tahajud nya. Setelah selesai berdzikir, kini dirinya menegadahkan kedua tangannya untuk berdo’a kepada Rabb-nya.
“Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, hanya kepada engkau hamba berharap dan berserah diri. Ya Allah, hari ini adalah hari di mana saya akan dipinang oleh lelaki yang mungkin saat ini masih belum saya cintai. Tapi, saya harap Shaka adalah lelaki pilihan terbaik yang engkau datangkan untuk saya. Semoga keputusan yang saya ambil ini adalah yang terbaik. Hamba kembali serahkan padamu ya Rabb ku.”
Seperti biasa, Naira selalu menangis tersedu-sedu setelah mengadu kepada sang Ilahi. Baginya, hal ternyaman dan paling menenangkan jiwanya adalah dimana saat dirinya menemui sang pemilik semesta terutama disaat sepertiga malam.
Tok tok tok!
“Naii,” Dina memanggil dari balik pintu kamar Naira.
Naira sempat tersentak kaget. Buru-buru Naira mengusap air matanya dan berjalan ke arah pintu.
“Nai, nih, sekarang pake ini ya.” Dina langsung menyodorkan baju kebaya berwarna kecoklatan yang dulu sempat dipakainya satu kali.
“Buat acara hari ini?” tanya Naira balik, karena jujur ia pun belum memikirkan akan pakai baju apa.
Dina mengangguk. “Ini baru mama pake satu kali, waktu hari apa gitu, mama lupa. Masih baru ini.”
“Papa kamu juga udah ngasih tahu sama Shaka buat pake baju yang warnanya senada lah gitu. Lagian, kalian suka banget dadakan, gak dari yang ngajak ta’aruf, nerima ta’aruf sampe ke proses lamaran juga. Jadi, gak akan sempet juga kalo ngejahit bajunya.”
Naira pun mengambil baju yang disodorkan mama nya itu. “Gak perlu lah ma, sampai ngejahit segala. Acara sederhana ini.”
“Ya tetep aja Nai, sekali seumur hidup ini, dalam hidup kamu.”
Naira tidak menjawab lagi.
“Yaudah siap-siap ya. Bismillah, Nai.” Dina mengusap pundak Naira, setelah itu kembali turun ke bawah.
Seperti yang Naira bilang, acara lamaran ini akan diadakan secara sederhana. Hanya mengundang keluarga dari pihak perempuan maupun laki-lakinya. Satu lagi, undangan khusus untuk Jihan.
Dan acara ini akan digelar dari mulai pukul 08.00 pagi.
Naira pun segera bersiap dari mulai mandi terlebih dahulu. Selepas menunaikan shalat subuh, Naira pun mulai duduk di depan cermin untuk memoles sedikit wajahnya agar terlihat lebih cerah. Mama memang sempat menawarkan penata rias untuknya, tapi Naira menolak. Katanya, dia tidak ingin terlalu terlihat bermake-up, ingin yang terlihat alami saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban Naira
FanficApa jadinya jika jodohmu adalah tetangga sendiri? Naira Fatimah Khanza, seorang perempuan yang lebih sering menghabiskan waktunya di kamar seorang diri. Tiba-tiba, dipertemukan kembali dengan laki-laki yang menjadi teman semasa kecilnya. Dipta Sh...