37. Pertemuan

928 99 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Assalamu'alaikum."

Sosok yang ditunggu selama beberapa menit itu, kini muncul juga.

"Wa'alaikumussalam." 

Bagas menyisir pandangannya ke arah tiga orang yang sedang duduk.

"Bagas, sini, duduk." suara Shaka membuat Bagas langsung tersadar dari pandangannya sejenak ke salah satu orang yang duduk membelakanginya.

"Maaf ana lama," ucap Bagas, seraya mengambil duduk di sebelah Shaka.

"Tidak apa-apa," jawab Shaka.

Vania yang tengah duduk sendiri di sofa kecil itu, kini memandang Bagas cukup lama. "Jadi ini?"

Mendengar pertanyaan itu, Shaka dan Naira menoleh ke arahnya.

"Iya, kenalin, ini-"

"Ana Bagas!" Sela Bagas, cepat. "Salam kenal." Ucapnya lagi, tanpa menjulurkan tangan.

"Ya, gue Vania."

Shaka berdeham. "Tolong, jaga sikap kamu."

"Apa?" Vania menaikkan kedua alisnya. Tak mengerti sama sekali.

"Ganti panggilan 'gue', jadi 'aku'," timpal Naira yang duduk di sebrangnya.

"O-oh, ya. A-aku, Vania."

Naira pun tersenyum, mendengar Vania yang langsung menuruti perkataannya.

Bagas memang tidak terlalu tampan. Tapi laki-laki itu memiliki kharisma yang...entah kenapa, mungkin memikat hati seorang Vania?

"Yaudah langsung aja," ujar Vania, kemudian.

"Ya, silakan." Shaka mempersilahkan Bagas dan Vania untuk berbicara.

"Mau perkenalan dari ana dulu, atau dari antu--kamu?" tanya Bagas pada Vania.

"Kamu aja dulu," jawab Vania. Tak berani menatap mata Bagas, kali ini.

"Yasudah, perkenalkan nama ana Bagas Praditama. Ana asli orang Maluku. Tapi merantau ke sini. Ana sekarang tinggal di pesantren Al-Iman. Lebih tepatnya, pesantren milik abi nya bang Shaka. Dan...ana, belum punya pekerjaan sekarang. Masih menjadi seorang pengurus di pesantren."

"Oh gitu..." Vania mengangguk paham.

"Dan, kamu?" Bagas sedikit menaikkan kedua alisnya.

Jawaban Naira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang