Ada satu rahasia yang aku miliki. Sebenarnya, aku bisa mengingat semua hal yang ku lihat sejak aku lahir hingga saat ini.
Waktu itu ketika aku keluar dari selimut hangat yang menyelimuti ku, untuk pertama kalinya aku melihat wajah mama.
Wajah yang asing namun terlihat lembut dan tidak mengancam, dia adalah sosok tercantik yang aku tahu. Namun sayangnya di wajah cantiknya itu selalu ada luka memar yang membiru.
Setiap hari mama selalu melindungi ku dari cambukan wanita yang melahirkannya, artinya wanita itu adalah nenekku tapi aku tidak mau mengakuinya.
Mama memelukku dengan erat sambil bergumam bahwa semuanya akan baik-baik saja, aku tahu mama kesakitan tapi kenapa dia tidak menangis sedikitpun? Dia bahkan selalu tersenyum setelah menerima siksaan dari nenek seolah menenangkan ku yang saat itu malah menangis keras.
Siksaan itu terus berlanjut hingga aku berusia sembilan bulan. Aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa membantu mama saat dia dalam kesulitan, yang bisa aku lakukan hanya menangis berharap nenek akan terganggu dengan tangisanku dan berhenti menyiksa ibu.
Apa salahnya? Mama tidak salah, nenek lah yang salah. Nenek selalu memperbesar masalah kecil lalu melampiaskan semuanya pada mama, aku membencinya.
'Tidak! Siapapun tolong mama ku!'
Hanya itu ucapan yang bisa ku teriakkan dalam hati. Jika memang dewa itu ada tolong kabulkan doaku, aku berharap kami bisa keluar dari rumah ini lalu mama bisa bahagia.
Ku pikir doa yang selalu aku panjatkan tak akan terkabul, namun ternyata itu berhasil.
Ayah mama atau kakek ku, dia datang menjemput kami dan menghentikan penyiksaan mama yang di lakukan oleh nenek. Aku bersyukur, akhirnya kami bisa bebas dan ibu tidak akan merasa sakit lagi.
Kami tinggal di mansion milik kakek. Namaku yang awalnya tidak memiliki nama belakang akhirnya mengikuti nama belakang kakek ku yaitu Helcia, itu karena aku tidak memiliki ayah.
Sebenarnya aku tidak tahu siapa sosok ayahku. Selama ini ayah tidak pernah menampakkan dirinya pada kami, bahkan dalam ingatanku pun aku tidak memiliki ingatan tentangnya.
Pernah sekali aku bertanya pada mama. Waktu itu aku berusia dua tahun, mama sedang membaca koran yang membahas berita dari luar negri. Aku tidak tahu kenapa mama selalu membaca koran itu, apalagi jika isi korannya membahas tentang kelompok tuan muda Cale Henituse yang menjadi pahlawan benua.
Terkadang wajah mama terlihat tersenyum lembut saat dia membacanya, kadang dia juga malah berwajah masam saat membaca koran itu.
Aku bertanya padanya.
"Ma, papa di mana?"
Pada pertanyaan ku itu mama terdiam. Dia menatapku dengan tatapan lembut, kemudian tersenyum tipis.
"Dia ada"
"Tapi kenapa dia tidak datang pada kita?"
"Dia sibuk, suatu saat nanti kamu pasti bisa bertemu dengannya"
Aku tahu mama menyembunyikan sesuatu dariku. Papa, dia mungkin sudah tidak ada di dunia ini, tapi mama selalu mengatakan seolah-olah dia ada di suatu tempat yang jauh sehingga ia sulit untuk menemui kami.
Jika aku bertemu dengannya suatu saat nanti, mungkin aku akan membencinya. Dia tidak peduli pada kami, dia juga membiarkan ibu disiksa oleh nenek dalam waktu yang lama. Hanya kakek saja yang peduli pada kami, aku membenci papa meskipun mama mengatakan jika aku tidak boleh membencinya.
Aneh, saat sedang sekarat begini kenapa aku malah memikirkan hal di masa lalu? Papa, apakah kamu akan menolongku sekarang saat satu-satunya putrimu sedang di cambuk sepihak oleh orang jahat? Atau, kamu akan membiarkanku mati begini? Aku membencimu karena meninggalkan mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
red thread[Cale x oc] END
Fiksi Penggemarperang sudah selesai. White star, dewa tersegel dan kelompoknya telah lama kalah. kini dunia kembali damai berkat jasa pahlawan yang menyingkirkan para penjahat itu. Cale henituse. seorang yang di sebut sebagai ketua para pahlawan oleh seluruh rakya...