Halo apa kabar? Hari ini capek banget ya? Nggapapa kok. Toh nggak ada salahnya juga kalo capek.
Hari ini berat ya? Ya, gapapa juga kok. Kalo capek ya istirahat. Tidur. Makan. Atau jajan.Pokoknya kalo lagi capek lakuin satu hal yang membuat diri sendiri jadi nggak capek. Entah itu makan, jajan atau sekedar jalan-jalan di luar, beli kopi di salah satu cafe atau beli seblak sekalipun kalo itu membuat diri kita jadi lebih happy, so lakuin aja.
Pokoknya sekecil apapun, sesibuk apapun harus tetep bilang dan berterimakasih ke diri sendiri.Nggak ada yang lebih ngertiin selain diri sendiri. Jadi, jangan lupa berterimakasih ya sama diri kita karena udah kuat, udah capek, udah mau terus strong menghadapi hari-hari yang semakin nggak bisa di prediksi.
Semangat
🌼🌼🌼
_________________________________
Hari ini hujan. Alena baru sadar sudah masuk bulan Juni dan tentu saja musim hujan di bulan ini. Sedari pagi hingga pulang sekolah hujan tak kunjung berhenti.
Dua hari kedepan Alena di rumah sendiri karena ibunya semalam mendapat telepon dari adiknya bahwa ia sedang berada di rumah sakit karena mengalami kontraksi pada kandungannya. Tidak ada saudara yang lebih dekat dengan bibinya itu dibanding Rahayu-ibunya, jadi mau tidak mau ibunya harus menemaninya di rumah sakit bergantian dengan suaminya.
Alena berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi karena murid-murid sudah banyak yang pulang dengan kendaraan roda empat yang mereka bawa. Ada sebagian yang naik angkutan umum dan sebagainya.
Kalau yang dijemput dengan gocar juga banyak. Ya, tidak heran memang di cuaca yang seperti ini memang rasanya ingin cepat-cepat sampai rumah dan duduk di depan tv sambil meminum teh hangat dan sepiring pisang goreng. Atau paling tidak memakan mie kuah yang masih hangat.
Membayangkan hal sederhana nan menyenangkan itu membuat Alena rindu masa kecilnya. Dan bom waktu seolah meledak dan membawa bayang-bayangnya ke masa depan.
Alena seketika menghentikan langkahnya ketika hujan turun lebih lebat di halaman sekolah. Ia memutuskan untuk berbelok ke perpustakaan yang tinggal hanya seorang penjaga perpus saja sepertinya.
Setelah menyusuri beberapa rak buku akhirnya ia menemukan sebuah novel yang mungkin saja dapat menghiburnya. Tapi, bukannya fokus membaca buku fikirannya malah seolah membawanya ke awang-awang tak tentu arah
"Ya Tuhan, Alena nggak tau lagi mau gimana. Alena nggak tau lagi mau ngelanjutin hari-hari ini kayak gimana. Hari ini Alena cukup capek. Maaf kalau aku sering mengeluh belakangan ini Tuhan."Alena menunduk setelah berucap lirih dan menyenderkan kepalanya di jendela perpustakaan yang terlihat berembun karena efek hujan diluar
"Orang-orang kenapa seberuntung itu ya? Dan aku, kapan mendapatkan keberuntungan itu. Fyuuuh"Alena menghembuskan nafasnya kasar lalu meneteskan air matanya membasahi buku yang sedari tadi tidak ia baca
"Setiap manusia pasti akan mendapatkan keberuntungannya masing-masing walaupun entah kapan itu terjadi, tapi percayalah itu pasti akan terjadi"tiba-tiba ada seorang cowok yang berkata lirih demikian di samping Alena.
Entah baru datang atau bagaimana tapi batin Alena sedari tadi tidak ada orang di perpus ini.
"Jangan berusaha menyalahi takdir Na, karna semuanya udah tersusun rapih oleh yang membuat takdir"sambungnya
"Gue nggak nyalahin takdir. Hanya saja, nggak ada salahnya kan mengeluh sebentar?"Alena menyeka air matanya dengan lengannya dan menengok ke samping kirinya melihat orang yang menyahuti gumamannya
"Nggak papa. Ngga ada salahnya juga"jawab cowok itu enteng.
Tangisan Alena berhenti dan menyisakan isakan pelan. "Lo, ngapain di sini"alih Alena
"Nunggu hujan, nggak bawa mantel"Alendra menjelaskan karena dirinya memang lupa tidak membawa mantel dan ketika tadi mau menerobos gerimis malah seketika hujan deras dan disinilah ia sekarang. Niat awalnya memang ke perpus untuk mengembalikan salah satu buku pendamping ujian yang dipinjamnya, namum ia melihat Alena yang sedang menangis sendirian di salah satu sudut ruangan itu.
"Udah nangisnya?"pertanyaan lirih terucap dari mulut Alendra dan diangguki Alena yang mengalihkan pandangannya ke arah jendela
"Btw, tadi di kantin nggak ada nasi uduk. Kenapa?"
Bagaimana Alendra bisa bertanya demikian kepada Alena? Alena mengerutkan dahinya bingung.
"Farior information nih ya, gue itu pelanggan setia nasi uduk kantin nih. So, hari ini di kantin nggak ada nasi uduk jadi gue tanyain ke lo"
"Hari ini ibu nggak ada di rumah jadi nggak ada yang bikin nasi uduk buat gue jual di sekolah. Btw, sejak kapan lo tau kalo itu titipan gue dan sejak kapan lo jadi baik gini ke gue?"beberapa pertanyaan yang memang patut dipertanyakan oleh Alena
"Nggak penting pertanyaan lo"Alendra malah berkata demikian seolah tak mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan Alena.
"Ooh gitu"
"What? Lo nggak penasaran jawabannya gitu? Cuma oh doang lagi. Emang ya, yang namanya Ale belakangnya Na itu nyebelin"celoteh Alendra malah dirinya yang kesal dibuatnya
"Toh gue nggak kepo kayak Lo"
"Waaah ini cewek satu emang ya, siapa yang kepo? Gue mah nggak kepo tuh. Emang Lo suka baca novel-novel nggak jelas kayak gitu"
Ya, pada akhirnya mereka memang sama-sama menyebalkan. Entah Alena entah Alendra sama saja.
"Hujannya udah reda tuh, mau ke parkiran bareng?"tanya Alendra baik hati
"Nggak deh, gue pulangnya nanti aja"setelah Alena berucap demikian Alendra meninggalkan Alena sendiri di perpus.
****
Setelah dari perpus Alendra mampir ke kelasnya dulu karena ternyata ponselnya tertinggal di loker meja dan melanjutkan tujuannya sebelumnya, yaitu ke parkiran.
Di parkiran ia melihat Alena dengan "Marchel?" Alendra ada perasaan yang, entahlah tak bisa ia jelaskan ketika melihat Alena yang tadi menolaknya untuk berjalan bareng hingga sampai di perkirakan malah sekarang ia melihat sendiri kalau Alena sedang berjalan bersama dengan Marchel.
"Emangnya Alena siapa gue? Bodo amat kali kalo dia mau jalan sama siapa aja. Toh Marchel juga sahabat gue" Alendra berusaha acuh dan melesat meninggalkan pekarangan sekolah walaupun benaknya dipenuhi sedikit emosinya yang lumayan naik karena melihat Alena dan Marchel.
"Perasaan apa ini si semesta... Tolong gue nggak pernah ngerasain satu perasaan kayak gini"Alendra mengaduh karena rasa yang sulit ia jelaskan sendiri
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria With Senior [•END]
Novela JuvenilPart lengkap✅ Alena, gadis yang selalu menerima keadaan yang sedang ia alami dan mengikuti begitu saja takdir semesta. Ia tinggal hanya bersama ibunya seorang dan sering bertanya-tanya dimana ayahnya? Namum tak ku Jung mendapat jawaban. Dari mulai...