EUPHORIA 13

692 272 40
                                    

      Alendra awalnya terlihat acuh dengan adik kelasnya itu. Sampai Alena maju beberapa langkah dari posisinya sekarang.

Helm bogonya, sengaja tak ia lepas. Alena memajukan tangan kanannya dan menampung air hujan yang turun dari teritisan ruko.

Alendra memperhatikannya dalam diam. "Ada-ada aja kelakuan"batin Alendra dan tanpa sadar salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk senyum simpul. Namun orang lain tak dapat melihatnya, sebab senyumnya sangat tipis sekali.

Menurut Alena, hujan tak seburuk yang ia kira. Walaupun terkadang ia cukup sebal dengan genangan air sisa hujan dan juga tanah menjadi basah yang membuatnya kotor, tapi menurutnya hujan juga menenangkan.

Sepertinya menurut Alena, hujan bak sebuah hal yang bisa menyampaikan sesuatu yang tak bisa ia sampaikan melalui kata. Seperti rindu, Alena menerawang ke depan.

Alena melihat jalanan yang agak sepi karena pengendara bersepeda motor lebih memilih meneduh. "Ayah,,, nana rindu ayah. Ayah dimana? Lagi ngapain?"batinnya. Dan sekarang Alena mengulurkan kedua tangannya dan menampuh air hujan yang turun di tritisan dengan tangannya.

"Heh bocah... Basah baju lo"ujar Alendra dan Alena yang merasa dirinya ditegur pun langsung menengok ke arah Alendra.

"Basah.. percuma lo neduh tapi bajunya basah ntar sakit"ujar Alendra. Tapi dengan nada lumayan ketus seperti sebelumnya.

"Iyaa"Alena hanya meng-iyakannya saja tetapi ia tak beranjak dari sana. Alena juga masih mengulurkan tangannya dan menadahi air hujan dengan tangannya itu.

"Ck..bener-bener ni bocah susah dibilangin"Alendra berdecak. Kemudian tanpa fikir panjang ia menarik alon bahu Alena supaya mundur dan tak main air hujan lagi.

Alendra tak habis fikir dengan dirinya sendiri. Ini seperti diluar kendalinya. Bahkan ia tak ingin melakukan hal itu tapi? Ah sudahlah...

Ia merasa ada yang salah dengan dirinya. "Basah"ujarnya lirih dan Alena menjawab "iyaa... Iyaa"dengan nada sedikit kesal.

Alendra kembali menarik senyumnya dari balik helmnya.

Sepertinya alam memang sengaja membuat dua insan anak manusia itu saling berbincang sedikit lama lagi, dengan caranya... Sudah sekitar sepuluh menit menereka meneduh di depan ruko itu. Tetapi hujannya tak kunjung reda juga.

"Humm hujannya lama banget ga reda-reda"Alena pun mulai bosan dengan menunggu hujan yang masih lumayan deras itu

"Tunggu aja, ntar juga reda"sahut Alendra dengan pandangan lurus ke depan.

"Heumm..."Alena menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

"Kenapa si kak Alendra kalo ngomong sama Alena ketus gitu"katanya Alena membuat orang yang bernama Alendra, yang berdiri di sebelahnya itu menengok sekilas

"Suka-suka gue dong, mulut juga mulut gue. Mau ketus kek,, mau nggak kek... Terserah gue"jawabnya enteng membuat Alena sangat sebal dan merasa menyesal telah bertanya pada Alendra.

Sambil menunggu hujannya reda akhirnya Alena tak begitu bosan, sebab ia tak henti-hentinya berdebat dengan kakak kelasnya itu. Yang menurutnya sangat menyebalkan tentunya.

***



Sekitar pukul setengah sembilan malam Alendra merasa sangat bosan sekali di dalam kamarnya.

Kemudian ia memutuskan untuk keluar ke balkon untuk menikmati udara malam yang terasa sangat silir tetapi sepertinya penuh dengan udara kotor polusi.

Saat ini di rumahnya hanya ada Alendra seorang. Kedua orang tuanya tengah pergi. Entah kemana juga dirinya tak tau..

Sungguh, sepertinya mereka tengah mengulang masa pacaran dahulu. Pergi kemanapun berdua. Tak ingat kalau sudah mempunyai anak semata wayang yang sudah besar bak anak dugong. Canda Dugong...✌🏻

Alendra mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan menghubungi teman-temannya.

"Haii gayyyss"kata Alendra setelah layar ponselnya menampiknya muka teman-temannya.

"Assalamualaikum temen-temen"kata Devan sok alim, tak lupa dengan nada mengikuti salah satu YouTuber ternama yang canelnya sering ia tonton.

"Sok alim lo Dev"sahut Bisma

Kini giliran Dafa baru muncul di layar ponsel milik Alendra dengan opening yang sangat membagongkan.

Bagaimana tidak, bukanya memberi salam atau sapaan yang normal Dafa malah berucap "haloo ada yang bisa dibantiing? Wkakakaka"kata Dafa tak lupa dengan suara tawa ngakaknya dan menampilkan dirinya yang tengah tertawa sampai berguling-guling di lantai.

"Astaghfirullah Ndra, kyaknya temen lo satu itu harus dibawa ketempat rukiyah deh"ujar Devan

"Bukan temen gue... Bukan temen gue"sanggah Alendra dengan kekehannya

"Temen lo tu Bis"kata Devan kepada bisma

"Iya iyaa temen gue...Eh btw tumbenan lo Ndra, jam segini nge vc kita"ujar Bisma

"Iya nih ada apa gerangan sih kawan?"pertanyaan Dafa dengan nada yang entah ia dapat dari mana itu membuat ketiga teman-temannya kompak menggelengkan kepalanya sambil istighfar

Benar-benar  si Dafa itu..

"Oh ya, si Axel sama Marchel mau disuruh gabung ga nih? Gue gabut soalnya dirumah guea ga ada orang"jelas Alendra

"Oooh,, bilang aja lo kesepian aelah pake alesan ga ada orang segala di rumah lo"sinis Dafa dengan kata-kata yang tak pernah ia pikirkan sebelum berbicara

"Yhee lo sinis aja jadi human Daf"Devan mengomentari

"Axel sama Marchel biasanya mereka sibuk dah jam segini, coba lo chat aja dulu Ndra"saran Bisma dan disetujui oleh Alendra.

Karena biasanya memang jam segini merupakan jam yang sangat pas untuk menyelesaikan kesibukannya masing-masing.

"Dirumah lo beneran ga ada orang Ndra?"tanya Dafa dengan mode serius

"Iyaa bener dah. ortu gue lagi pergi"ujar Alendra berusaha menerangkan keadaannya

"Oke, kita otw rumah lo"kata Bisma tiba-tiba membuat teman-temannya sedikit kelimpungan bingung

"Eeeh kita? Yang bilang elo, kenapa jadi kita Bis?"sanggah Devan

"Gue tau kalian tu saling kesepian jadi ayolah otw rumah Alendra, biasanya kulkasnya banyak cemilan dah"bujuk Bisma kepada Devian dan Dafa

"Gue gembok kulkas gue pas kalian Dateng dah"ujar Alendra becanda karena biasanya teman-temannya itu datang dengan maksud terselubung. Apa lagi kali ini tidak ada rencana.

"Anjir.. digembok dong"celetuk Devan

"Gue mah ngikut aja ye, asalkan ada yang mau jemput gue"kata Dafa, sebab di antara mereka hanya Dafa seorang lah yang tinggal di kosan.

"Iya ntar gue jemput"ujar Bisma, sahabat, sehidup semati-nya Dafa yang senantiasa sabar dan memiliki sifat yang tak begitu jauh beda dengannya. Dengan baik hati Bisma mau menjemputnya di kosannya.

"Gue sekalian tungguin di gang sesudah kosannya si Dafa ya Bis"ujar Devan kepada Bisma dan dianggukinya.

"Lah kata ga mau ikut Dev?"tanya Alendra

"Siapa bilang,,, gue kagak bilang ga mau ikut ya hehe"kekeh Devan toh ujung-ujungnya tetap mau kerumah Alendra juga.

Kemudian setelah perundingan rencana ke rumah Alendra selesai, Alendra pun nematikan panggilan vidio itu dan kembali masuk ke kamarnya. Menunggu ketiga teman-temannya datang.




_________________________________





Next...



Euphoria With Senior [•END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang