Sungguh tak terasa
Sudah tujuh tahun
Rotasi waktu hidupkuBinar mata yang membiru
Hari-hari yang lesu
Aku menunggu kamuSelalu aku lihat belakang punggungmu
Disaat kau lihat belakang punggung pria lain
Menunggu kau menoleh dan berlari kearahku
Dan memelukku seerat-eratnyaSudah aku coba
Untuk menghapusmu
Naifku hanya jelagaDirindu pada siapa
Kumasih merasakannya
Kamu masih penyebabnya
Selalu aku lihat belakang punggungmu
Disaat kau lihat belakang punggung pria lain
Menunggu kau menoleh dan berlari kearahku
Dan memelukku seerat-eratnyaSelalu aku lihat belakang punggungmu
Disaat kau lihat belakang punggung pria lainMenunggu kau menoleh dan berlari kearahku
Dan memelukku seerat-eratnya
Mencoba berdamai dengan diriku
Tapi kau slalu tau itu
Bagaimana mungkinKetika kau masih jadi satu-satunya
Alasanku menunggu di lini waktuku
Sungguh tak terasa
Sudah tujuh tahun
Habiskan masa mudaku
Hanya untuk membuatmu
Terkesan kepadaku
Begitu bodohnya akuHal – L
🌼🌼🌼
___________________________________
Pagi yang cerah di hari kamis membuat suasana hati Alena ikut bergembira. Entah hal baik apa yang akan terjadi hari ini, tapi Alena seolah dapat merasakan aura positif vibes di hari ini.
"Marchel sama Alena berangkat ya ibu"Marchel mencium punggung tangan Rahayu diikuti Alena setelahnya
"Hati-hati ya kalian"Rahayu berdiri di teras rumah sambil menunggu kedua anaknya mengeluarkan kendaraan masing-masing dari garasi.
Brabta-ayah mereka sedang ada panggilan dari rekan bisnisnya yang mengharuskan ia ke luar kota untuk beberapa hari. Dari dua hari yang lalu.
Alena menaiki motornya namun ketika ia men-starter motornya tak kunjung hidup.
"Motornya kenapa?"Marchel turun dari motornya dan menghampiri Alena di belakangnya diikuti Rahayu yang belum masuk tentunya
"Nggak tau kak, motornya nggak mau hidup masa"Alena memasang wajah bingungnya dan melihat jam di lengan kirinya sudah setengah tujuh lewat beberapa menit
Setelah mengecek kembali motor Alena namun tetap tak kunjung hidup akhirnya Marchel menyerah "udah bareng gue aja yuk, daripada nanti kesiangan"
"Ntar kalo diliat yang lainnya gimana?"Alena takut menjadi bahan omongan beberapa anak di sekolah karena mereka memang tak tau hubungan Marchel dan Alena. Jujur Marchel cukup famous jadi cewek-cewek di sekolah tak segan menggibahi di depan orang yang berani mendekati Marchel
"Biarin aja nggak usah dengerin"tutur Marchel Namum adiknya itu masih diam di tempat
"Udah Na, bonceng kakaknya aja nanti telat loh'' peringat Rahayu akhirnya diangguki Alena. Alena naik ke motor kakaknya itu kalau melesat meninggalkan pekarangan rumah.
"Udah ga usah dipikirin nanti gue kutuk jadi cangcorang deh orang-orang yang berani ngomongin Lo"Marchel dapat melihat raut Alena yang awalnya cerah menjadi sedikit murung bak bisa membaca isi kepalanya.
"Ishh emang punya tongkat ajaib?"diluar dugaan Marchel, ternyata Alena masih dengan suasana cerahnya
"Nanti beli deh ke abang-abang balon"begitulah obrolan random kakak dan adik menuju sekolah.
Marchel sedikit kaget awalnya ketika tau sifat dari Alena yang ternyata tidak sependiam di luar. Saat bersamanya atau keluarga, Alena jauh dari kata pendiam. Alena anaknya ceria cenderung cerewet dan banyak bertanya karena penasaran.
Motor besar Marchel masuk ke lingkungan sekolah yang ternyata masih lumayan sepi karena anak murid kebiasaan datang mepet dengan jam masuk.
"Alena ke kelas duluan ya kak"
"Iya, ntar kalo mau pulang chat dulu atau nggak langsung ke kelas gue aja Na"setelah diangguki Alena sambilil jalan Marchel pun berjalan ke arah lapangan basket.
****
Alendra yang kebiasaannya datang pagi-pagi dan langsung ke lapangan basket untuk berlatih kini ia memilih untuk ke perpustakaan saja.
Entah kesambet setan hong atau apa, tapi menurut Alendra keadaan tidak mendukung untuk bermain basket di waktu dekat-dekat ujian akhir kelas 12 ini.
Sudah sekitar lima belas menit Alendra duduk sendiri di perpustakaan sambil membaca buku tebal kumpulan soal-soal kemudian ada seorang yang duduk depannya
"Ko? Tumben Lo ke perpus pagi-pagi"ujar Alena yang memutuskan untuk ke perpustakaan karena setibanya di kelas tadi tidak ada orang satu pun. Hanya ada tas beberapa orang saja.
"Emang kenapa kalo gue ke perpus pagi-pagi? Nggak boleh?"dengan pandangan yang masih fokus pada buku tebalnya Alendra berucap demikian
"Ya, basa basi aja sih"acuh Alena sambil membuka tasnya yang masih dibawanya karena tadi tidak masuk kelas dan hanya melihat kelasnya dari bingkai pintu.
"Hiliih nggak bisa basa-basi Lo, btw kenapa Lo duduk di depan gue padahal meja kosong masih banyak tuh"tunjuk Alendra menggunakan bibir yang ia monyongkan
"Kalo gue duduk di sana"Alena menunjuk salah satu sudut meja perpus yang terletak sedikit jauh dengan meja mereka saat ini "nanti lo ga bisa ngerasain nasi uduk yang setiap hari Lo tanyain ke mbak Siti"Alena mengeluarkan wadah bekalnya
"Lo belum sarapan kan? Nih gue bawa nasi uduk"Alena memberikan wadah bekalnya itu pada Alendra yang belum sempat mengucapkan sepatah katapun
"Ini beneran lo bawain buat gue? Terus, darimana Lo tau kalo gue nanyain tiap hari ke mba Siti?"tidak dipungkiri Alendra menaruh sedikit kecurigaan pada adik kelasnya itu. Alendra membuka Tupperware pink itu dan terlihat nasi uduk lengkap dengan kerupuk, sambal, tempe goreng dan kali ini spesial ditambah ayam goreng
"Ya iyalah masa buat mang Ujang. Gue tau itu dariii,,, kak Marchel hehehe"Alena menyengir.
Namun, mendengar kata terakhir dari Alena, Alendra merasa sedikit ada yang mengganjal. Tapi, sudahlah lupakan saja.
Entah hari ini Alena benar-benar kerasukan arwah agaknya. Dan, yang paling Alena tidak ketahui lagi alasan dirinya membawakan nasi uduk bikinan ibunya untuk Alendra.
Tidak. Ini bukan tidak disengaja. Memang hari ini Rahayu membuat nasi uduk karena permintaan dari Marchel dan entah mengapa penuturan Marchel waktu itu mengenai Alendra yang suka dengan nasi uduknya terngiang dan akhirnya ia memutuskan untuk memberikan pada Alendra yang awalnya hendak ia letakkan di lacinya, namun Alena tak sengaja bertemunya di perpus.
"Eumm.. beneran fiks ini seratus persen nasi uduk yang udah beberapa Minggu nggak gue makan, mana ini menu spesial lagi. Pasti si Dafa sama yang lainnya iri hati ini"tampak berbinar Alendra memakan bekal Alena dan mengambil gambar untuk ia kirimkan di groub WhatsApp mereka nanti.
Biasalah Alendra mau pamer dengan teman-temannya yang tak bisa menikmati nasi uduk super spesial macam dirinya.
"Tuh kan, untung gue milih duduk di sini. Bisa makan nasi uduk kan Lo"dengan percaya dirinya Alena berucap "eh iya, anak-anak pada kemana ya masa kelas gue sepi kayaknya tas anak OSIS yang berangkat pagi terus di tinggal di kelas gitu"
"Oooh, kan mereka pada nyiapin bazar buat acara sekolah"dengan enteng Alendra menjawab.
Entah sejak kapan, tapi belakangan ini Alena dan Alendra menjadi semakin dekat. Walaupun jika bertemu masih sering beradu argumen, tapi hubungan mereka semakin baik.
__________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria With Senior [•END]
Novela JuvenilPart lengkap✅ Alena, gadis yang selalu menerima keadaan yang sedang ia alami dan mengikuti begitu saja takdir semesta. Ia tinggal hanya bersama ibunya seorang dan sering bertanya-tanya dimana ayahnya? Namum tak ku Jung mendapat jawaban. Dari mulai...