Gojo masuk ke dalam kelas tiga—kelas [Name]—sambil memandang sekitar. Mencari anak-anak yang warna rambutnya sesuai seperti ucapan sang gadis.
“Rambut merah, oranye, kuning, hijau, dan biru.” Gojo melangkah ke kanan. Tepat ke arah sekumpulan anak yang warna rambutnya seperti pelangi.
“Hoi.” Si surai putih menendang kaki meja agar perhatian anak-anak pelangi itu beralih.
“Wah? Gojo-senpai!” pekik anak perempuan berambut hijau dan biru kegirangan. Tak menyangka kakak kelas populer datang ke ruangan mereka.
Gojo melirik ke arah lain, melihat orang-orang kelas sudah mulai keluar. Kala tinggal dirinya dan kelima anak di hadapan, Gojo lantas mengalihkan pandangan ke mereka.
“Senpai, kenapa datang ke kelas kami?” tanya anak laki-laki rambut merah.
“Aku mencari meja anak bernama Kouno. Di mana?”
Kelima anak itu tersenyum. Dalam kepala berpikir jika kakak kelas di hadapan pun hendak menjahili [Name], si anak vampir.
“Di ujung sana, Senpai!” ucap perempuan rambut biru sambil menunjuk ke arah meja di ujung ruangan.
Gojo jalan ke arah meja penuh coretan. Ia berhenti tepat di sampingnya. Membaca semua tulisan bertinta merah dengan huruf besar.
“Kalian yang lakukan ini?” tanya Gojo. Mengeluarkan kedua tangan dari saku.
“Iya!” jawab mereka serentak.
“Bodoh. Dasar sampah tak berguna.” Gojo menyentuh permukaan meja.
“Kan! Kami muak melihat mata merah kayak monster punya dia!” ucap si anak rambut merah.
“Itu benar! Dia keliatan kayak vampir dengan matanya itu! Ditambah kulit pucatnya!” Anak surai hijau mengangguk setuju. Disusul anak-anak lain.
“Kalian ngejek dia cuma karena dia kayak vampir?”
“Kami juga kesal karena dia nggak pernah merespon kelakukan kami!”
Itu anak malas, sih, batin Gojo.
“Dia anak nakal! Soalnya sering bolos kelas, 'kan?” ucap anak rambut merah.
Spontan tangan Gojo berhenti mengusap permukaan meja.
“Guru-guru juga ingin memarahi Kouno karena meja dan kursinya koto—”
Tinju Gojo melayang, mendarat tepat di wajah si anak surai merah hingga terpental ke belakang.
“Alasan kenapa dia bolos itu gara-gara kalian tahu?” Gojo menatap rendah. Kedua mata biru indah itu pun berkilat tajam. “Dasar sampah tak berguna.”
Bocah-bocah lain spontan berlari ketakutan meninggalkan anak surai merah yang menangis sakit.
“A-akan kulaporkan ini pada guru?!” teriak anak itu.
“Lapor saja. Aku tinggal bilang kalau kalian mencoba menggangguku dengan mencoret meja.”
“Tapi aku tak pernah melakukan itu padamu?!”
“Mereka bakal lebih percaya pada ucapanku daripada anak sampah sepertimu.” Gojo seketika diam. Membiarkan keheningan menemani sejenak. “Aku hanya perlu berbohong pada mereka agar aku selamat dari hukuman. Kayak yang kau lakukan pada Kouno.”
Gojo berbalik sambil memasukkan kedua tangan dalam saku. “Bereskan kekacauan itu sebelum kau pergi, ya. Kau nggak bisa nahan tinjuku makanya terpental jauh. Jadi, itu salahmu.”
Ia melangkah keluar dari dalam kelas dengan wajah datar. Suasana hati pun benar-benar buruk.
“Kok tinju satu orang saja? Bocah-bocah yang lain gimana, dong? Padahal seru banget, lho.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfiction"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...