[Name] mengeratkan ikatan rambut sembari menghela napas. Melirik bunga yang baru-baru saja ia temukan di depan kamar. Ia menggeleng. Lalu melangkah ke pintu. Segera membuka penghalang itu.
“Yaa, [Name]!”
Kemudian, disuguhkan pemandangan Gojo yang sedang memegang buket bunga mawar merah.
“Oh?” [Name] menyungging senyum. “Ada apa?”
“Kau lupa? [Name] harus mengurus bunga ini buat dipajang di kamarku.” Gojo mengangkat bunga itu. “Ayo masuk.” Lalu melangkah ke ruangan miliknya.
[Name] mengerjap. Tak ayal mengikuti Gojo. Jantung pun mulai berdebar kencang kala pria itu mempersilakan diri untuk masuk. Sebab untuk pertama kali, ia masuk ke kamar laki-laki.
“Mana bunganya?” tanya [Name] setelah masuk, juga mendengar suara pintu yang ditutup.
“Ini.” Gojo menaruh buket mawar itu di kepala [Name]. “Vas bunganya ada di sana. Sudah diisi air, kok.” Ia menunjuk meja di samping kursi mahal.
“Oke. Gojo punya cuka?”
“Ada di lemari penyimpanan.”
“Bisa tolong ambilkan?” [Name] mengambil bunga itu dari puncak kepala.
“[Name] nggak perlu gula?” Gojo melangkah ke lemari dekat kompor.
Sang gadis menggeleng. “Cuka sudah cukup, kok.”
“Hee~” Gojo membuka pintu lemari itu. Mengambil cuka di bagian pinggir. Kemudian dilempar ke arah [Name].
Yang langsung ditangkap gadis itu.
“Refleks yang bagus!” Gojo menutup pintu lemari.
“Terima kasih,” balas [Name]. Berjongkok di dekat meja. Mulai memasukkan cuka ke dalam vas berisi air. Melepas pita buket bunga, lalu meletakkan tangkai mawar ke dalam vas itu.
Gojo mendudukkan diri di kursi dekat [Name]. Menyandar. Lalu memerhatikan sang gadis yang masih sibuk merangkai bunga.
Ia melirik pojok ruangan. Di mana ada payung berwarna merah yang berkarat. “[Name] suka kucing, 'kan?”
“Banget.”
Gojo kembali menatap gadis itu. Seketika mengernyit. Pandangan fokus pada tengkuk [Name]—belakang leher. Di mana ada beberapa anak rambut yang tak terikat.
“Kenapa [Name] suka kucing?” tanyanya sembari mengulurkan tangan. Menyentuh belakang leher [Name], mengusap ke atas hingga beberapa helai rambut gadis itu menyatu dengan yang lain.
Bahu [Name] spontan naik. Merasa geli. Pada saat yang bersamaan malu dan senang hingga wajah memerah. Pikiran kosong tiba-tiba. Merespon tindakan Gojo yang begitu tak terduga.
“Itu ....” [Name] mengulum bibir. Menunduk. Tak berani menatap Gojo yang tengah menaikkan satu alis.
“Kau kenapa? Bukannya [Name] yang paling sering menggodaku, ya?”
“Walaupun begitu, saat diperlakukan seperti ini, aku juga bisa malu.” [Name] menoleh ke arah berlawanan.
“Hee.” Gojo menarik tangannya. “Kau sudah selesai merangkai bunga itu?”
“Ah! Sisa beberapa batang lagi.” [Name] kembali fokus. Mulai merangkai lagi.
“Omong-omong, [Name] mau ke mana di akhir Minggu?” Tangan Gojo bertopang di lutut. Menangkup dagu. Juga tak mengalihkan pandangan dari sang gadis.
“Aku mau ke rumah paman Haruto. Kucingku kesepian karena aku jarang di kamar. Daripada dia stres, mending kubawa ke rumah paman biar dia bisa main,” jawab sang gadis. Mengukir senyum senang. “Kalau Gojo sendiri? Bukankah hari ini kita dapat libur?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfic"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...