[Name] menggeser pintu agak kasar. Mata maroon miliknya membola ketika melihat seorang anak gadis meringkuk di tengah ruangan. Tubuhnya tampak bergetar sembari menjambak rambut.
Sang gadis bergeming sebentar. Menatap anak itu selama beberapa saat. Baju pasien yang agak lusuh dan begitu berantakan, rambut cokelatnya pun juga acak-acakan. [Name] lantas melangkah mendekat.
Mentalnya pasti hancur.
Ia berjongkok di dekat sang remaja. Memberikan sebuah elusan pelan di punggung untuk mendapat perhatian anak ini.
“Halo?” [Name] tersenyum ramah kala sang remaja mengangkat wajah dari antara lutut.
Mata anak itu membelalak, spontan menangkis tangan [Name] dan mundur ketakutan.
“Jangan ... mendekat,” katanya lirih dan serak.
[Name] mengerjap. Melihat reaksi takut berlebih anak ini ... memang wajar. Seseorang yang melihat sisi gelap dunia tanpa persiapan apa-apa dengan mental lemah sering kali berakhir seperti itu.
“Tak apa.” [Name] mengembangkan senyum. Menatap anak itu lembut. “Kutukan yang mengikuti kamu lagi diurus oleh orang lain.”
“Eh?”
[Name] kembali mendekat. “Mau kutunjukkan sebuah sihir?”
“Sihir?”
Sang gadis mengangguk. Lalu menunjukkan telapak tangan miliknya di depan anak itu. “Tatap ini. Kamu bakal lihat sesuatu yang menakjubkan!”
Anak itu menatap selama beberapa saat, lalu berkata, “Nggak ada apa-apa, tuh?”
“Eh?” [Name] menatap telapak tangan miliknya. “Kok nggak bisa?!”
Anak itu mengalunkan kekehan kecil. “Kakak aneh banget. Nggak bakal ada yang keluar dari telapak tangan kita selain keringat.”
[Name] tersenyum lebar. Akhirnya dia mulai rileks, batinnya.
“Lihat lagi, dong.” Tangan [Name] terulur di depan anak gadis itu. “Kakak serius kali ini, lho.”
Anak itu mengerjap, lalu menatap telapak tangan [Name] lagi. Tak lama, ia melihat sebuah percikan kecil berwarna biru di sana. Mata miliknya langsung berbinar karena itu.
“Aku lihat sesuatu!” katanya semangat.
Percikan itu perlahan berubah besar. Keluar dari tangan [Name] seperti seekor naga bertubuh panjang, mengelilingi tubuh mereka berdua seraya mengeluarkan cahaya emas.
“Cantik banget ...,” gumam si anak takjub.
“Kan?” [Name] juga melihat naga air itu. “Ini namanya sihir, lho.”
“Sihir? Bukannya itu cuma cerita yang ada di novel, ya?”
“Tidak. Buktinya aku bisa mengeluarkan air dari telapak tanganku, bukan?” Ia agak memiringkan kepala juga melebarkan senyum.
“Kau ... nyata?”
“Kutukan yang kamu lihat pun nyata. Aku bisa dibilang ... pembasmi mereka?”
Mata anak itu berbinar. “Apa ada cara untuk menghilangkan kutukan?”
“Ada. Itu alasanku datang ke sini.” [Name] merapikan surai anak itu. “Namun, kamu harus siap melepaskan.”
“Melepaskan?”
“Dia ... orang tua kamu, bukan?” tanya [Name] lembut. Masih memperbaiki tatanan rambut anak itu.
“Bagaimana—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfic"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...