꒰29꒱ :: Tak ingin ditinggal.

438 91 55
                                    

“Aku tak mau pergi.”

[Name] mendorong koper hitam dari hadapan. Melempar kaos putih ke dalam benda itu.

“Tapi aku harus.” Ia kembali menarik koper itu sembari meringis.

Ia menghela napas. Menatap seisi ruangan asrama selama satu bulan lebih dia tinggal. Hanya sebentar, tapi rasanya begitu berat meninggalkan. Yah, dia pasti akan merindukan tempat ini serta orang-orang di sekolah ini.

Terutama Gojo.

“... Bagaimana aku mengatakan ini padanya?” gumam [Name].

Tersisa hari ini. Diri mulai mengemas barang dan akan menginap di rumah Haruto sampai hari keberangkatan—besok. Menuruti kata sang kakek, ia harus membawa si paman kembali ke Korea.

“Sayang banget ... aku belum ketemu Gojo sejak pagi.” [Name] berdiri. “Aku harus pamitan pada Yaga-sensei dan anak-anak di sini.”

[Name] melangkah keluar. Menarik dan menutup pintu. Kemudian melirik kamar sebelah. Ruangan Gojo. Rasanya tenang, begitu jelas jika tak ada orang di dalam sana. Sang gadis menghela napas, lantas berjalan ke depan tempat Gojo. Mengeluarkan sebuah benda dari saku jaket, lalu menggantungnya di kenop pintu.

Gelang sourceriy.

[Name] menghela napas berat. Rasa sesak menghinggapi dada. Ia mengepalkan tangan sembari mengernyit. Lantas, beranjak dari depan kamar Gojo.

Apa dia bisa bertemu si surai putih dalam waktu singkat ini?

꒰꒰꒱꒱

“Ah, kau sudah mau pergi, ya.”

[Name] menanggapi perkataan Yaga dengan senyuman kecil. Disusul anggukan singkat. “Saya akan menginap di rumah paman setelah berkemas hari ini.”

“Yah, kau sudah melakukan tugasmu dengan baik.” Yaga mengangguk. “Berpamitanlah pada anak-anak di sini.”

“Tentu saja.” [Name] mengulum bibir. “Omong-omong ... boleh saya bertanya?”

“Silakan saja.”

“Gojo ada di mana?”

“Sedang bertugas di Hokkaido.”

Itu jauh sekali. [Name] menelan saliva, juga menggigit bibir bawah. “Kapan kiranya ... dia pulang?”

“Bisa saja malam nanti, ataupun pagi esok sekitar jam tiga atau empat.”

“Ah ....” [Name] menggangguk. “Saya mengerti. Terima kasih sudah mau menerima saya sebagai guru di sini.”

“Tak masalah. Kalaupun kau mau kembali ke sini. Aku akan dengan senang hati menerimamu lagi.” Yaga menyungging senyum tipis.

“Terima kasih!” Wajah sang gadis merona, cukup senang mendengar ucapan orang di hadapan. “Saya permisi.”

“Ya.”

[Name] berbalik. Melangkah cepat menuju pintu. Setelah di luar, ia bersandar pada penghalang itu. Menatap ujung kaki. Merenungi perkataan Yaga tentang Gojo.

Hokkaido itu cukup jauh ... aku tak bisa menyusulnya ke sana. Ia menyungging senyum sendu.

Apa dia akan pergi tanpa pamitan pada Gojo lagi ... seperti dulu?

Make Him Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang