꒰25꒱ :: Si pengirim bunga.

413 99 101
                                    

“Ini perintah dari kakak Anda. Tuan Joon.”

Gojo mengernyit. Menatap [Name] dan pria surai cokelat itu dari jauh dengan pandangan sulit.

[Name] bergeming, perlahan berdiri dari kursi. “Kau cukup mengejutkanku.”

Ia menatap sekeliling. Lalu berhenti pada Gojo. Menemukan raut tak bersahabat di sana, kemudian menatap si pria cokelat lagi. “Bagaimana kalau kita bicarakan ini di luar?”

“Apa Anda tak ingin menerima bunga ini?”

“Daripada itu ... ada hal penting.” [Name] melangkah ke pintu, segera keluar dari toko dan berhenti di depan bangunan ini.

Pria surai cokelat itu tampak bergeming sejenak, lantas menghampiri pemilik toko bunga yang berdiri di samping lelaki berkacamata surai putih. Sempat meliriknya sebentar, lalu mengurus pembayaran bunga Juliet rose.

“Aku benar-benar terkejut.” [Name] menghela napas. “Mungkin ini karena aku menganggap remeh pengirim bunga itu karena nggak mau ambil pusing.”

Ternyata pengirimnya adalah kak Joon. Bagaimana aku harus merespon hal ini? batinnya.

Perasaan aneh merasuki hati. Rasa ingin menolak dan tidak nyaman. Mengetahui fakta ini, begitu tiba-tiba, dia benar-benar bingung menanggapi.

“Nona.”

[Name] berbalik. Menemukan si pria cokelat itu sedang mengulurkan bunga Juliet rose padanya. “Bisa beri tahu namamu?”

“Anda bisa memanggil saya Daw. Orang Thailand.”

“Baiklah, aku langsung saja. Aku tak ingin menerima bunga itu. Katakan pada kakakku untuk berhenti mengirim bunga padaku.”

“Tuan ingin Anda menerima hadiah ini. Dia berkata akan kembali ke sini dan ingin segera menemui Anda.”

“Tapi aku tak ingin menemuinya.” [Name] menggeleng. “Setelah tahu keadaannya ... tidak. Aku tak ingin mengingat momen itu. Aku menolak.”

“Kalau begitu saya memaksa.” Pria surai cokelat itu, Daw, tampak mengeluarkan ponsel dari saku. “Tuan Joon meminta saya untuk memaksa Nona jika menolak.”

“Kalau begitu aku akan terus menolaknya sampai dia mengamuk.”

“Jangan keras kepala, Nona. Saya tak ingin melihat Tuan Joon marah besar karena Anda.” Daw menatap layar ponsel. Menemukan kontak Joon di sana. Hendak menekan.

[Name] meringis. Merinding. “Apa kau tidak tahu kalau aku adiknya?”

“Wajar jika seorang kakak mengirim bunga pada adiknya.”

“Wajar? Apa mengirimi bunga pada adiknya selama delapan tahun itu termasuk hal biasa?”

Daw bergeming. Mengerjap sebentar. Lalu berkata, “Delapan tahun? Tuan Joon baru mengirim bunga pada Anda kemarin dan sekarang.”

“He?” [Name] mengerjap. Pikiran kosong tiba-tiba. “... Bisa saja dia mengirim bunga-bunga itu padaku tanpa sepengetahuan siapa pun, 'kan?”

Daw menghela napas. “Saya sudah menemani Tuan Joon sejak masih remaja. Karena sibuk, dia tak bisa mengurus hal-hal seperti ini sendirian. Jika memang dia mengirim bunga pada Anda tanpa ingin diketahui orang lain. Kenapa pada akhirnya dia tetap meminta saya mengurus ini?”

Bibir [Name] sedikit terbuka. Bungkam. Pikiran kosong. Selama beberapa saat ia berpikir jika sang kakak adalah si pengirim bunga misterius. Namun, kenyataan kembali menampar.

Bukan Joon yang mengirim bunga sejak delapan tahun ini.

Kalau begitu ... siapa? [Name] mengernyit. Tiba-tiba merasa penasaran. Ia sadar ... tak memiliki petunjuk apa pun tentang si pengirim bunga.

Make Him Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang