“Heii, Satoruu.” [Name] menarik pipi Gojo agak pelan, kemudian menusuk-nusuknya. “Bangun, yuk.”
Mata Gojo terbuka. Menunjukkan keindahan netra biru langitnya. Pria itu mengeratkan pelukan, menarik sang gadis makin dekat hingga tubuh mereka menempel.
“Sudah jam berapa sekarang?” tanya Gojo dengan suara berat.
“Sebelas siang.” [Name] tersenyum lebar. “Bangun, yuk. Nggak lama lagi waktu makan siang, lho.”
“... [Name] mau memasak?”
“Satoru mau coba?”
Gojo menarik kedua tangan dari tubuh [Name]. Kemudian tengkurap, memeluk bantal dan menenggelamkan wajah di sana. “Jangan lama-lama, ya.” Suara pria ini teredam, tapi tetap terdengar jelas.
“Satoru mau makan apa?” [Name] bangun, turun dari ranjang.
“[Name] yang mutusin.”
“Oke!”
Gojo mendengar suara derap langkah menjauh. Disusul bunyi kompor yang dinyalakan, air mengalir hingga tak lama menangkap suara panci yang tak sengaja menghantam meja.
Dia ini mau masak apa, sih? batin Gojo sembari bangkit. Turun dari ranjang, melangkah mendekati sang gadis yang sibuk memasak.
“[Name] mau masak apa?” tanyanya sembari mengusap tengkuk.
Gadis itu berbalik. Spontan tersenyum melihat Gojo. “Satoru nggak tidur?”
“Mau gimana lagi? Pendengaranku itu tajam, tau.” Pria itu menarik kursi ke dekat sang gadis dan duduk di sana.
“Ohw, maaf. Aku terbiasa berisik kalau di dapur biar paman Haruto terganggu saat kerja.” [Name] mengangkat bahu cuek.
Gojo menopang dagu. “Kau suka banget, ya, gangguin orang itu.”
“Kalau aku nggak begitu, dia tak akan berhenti menulis.” [Name] mengangkat sayur yang telah dicuci ke papan alas pemotong. Kemudian mengirisnya kecil-kecil.
Gojo diam. Hanya menatap [Name] yang sibuk dengan kegiatannya. Walau agak berisik, tak dapat dipungkiri suasana ini cukup menenangkan. Yah ... mungkin seperti kehidupan orang normal di mana momen ini adalah hal yang wajar. Sangat sederhana ... dan begitu nyaman.
Ia menatap [Name] dengan intens. Menilik pelaku suasana nyaman itu timbul di tempat yang cukup suram ini. Dia tak ada niatan untuk menyalahkan, mungkin saja malah menginginkan lebih.
Namun ... gadis itu harus pergi esok, 'kan?
“[Name] harus banget berangkat besok?” tanya Gojo spontan.
[Name] mengangguk. “Iya. Kalau tidak, kakekku bisa mengamuk.”
“Kenapa, sih?”
Tangan gadis itu berhenti memotong sayur.
“Kau benar-benar harus menghindari saudaramu? Kenapa nggak menghadapinya aja?” tanya Gojo sembari mengernyit.
Ia jengkel karena [Name] harus pergi karena satu orang yang katanya menyusahkan.
[Name] menghela napas, langsung tersenyum lembut. Raut wajah pun makin melunak. Ia berkata, “Aku belum bisa mengendalikan diriku saat berhadapan dengan kak Joon. Yah ... aku terpaku pada 'dia saudaraku, jadi kenapa suka padaku?' aku terus merasa aneh karena pemikiran itu hingga kadang lalai saat di dekatnya.”
“Itu alasan [Name]?”
“Salah satunya.”
“Hee.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfic"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...