Suara dering ponsel dari saku celana membuat [Name] mengernyit. Ia melirik Gojo yang duduk tenang di samping kiri. Pria itu tampak fokus dengan pemandangan laut yang tengah memantulkan cahaya bulan.
Mereka masih di pesisir pantai sejak langit terang hingga berganti gelap.
[Name] mengeluarkan ponselnya. Menyalakan benda itu, menemukan notifikasi pesan dari kakek. Ia makin mengernyit, buru-buru menekan chat itu.
Dia membelalak lebar setelah membaca pesan sang kakek.
“[Name] kenapa?”
Gadis itu tersentak. Spontan menoleh ke kiri, menatap Gojo yang tengah mengangkat satu alis.
“Nggak ada apa-apa.” Ia menggeleng.
Gojo bungkam. Berekspresi datar. Tampak tak percaya. “Kau serius?”
[Name] mengangguk. “Sumpah, deh.”
“Heee.” Pria itu berdiri. “Ayo pulang.”
“Oke!” [Name] segera memasukkan benda pipih itu dalam saku celana. Dengan segera menyusul Gojo yang sudah melangkah duluan.
Kenapa di saat begini? batin [Name] setelah sampai di belakang Gojo. Kekhawatiran menyusup dalam dada, juga berusaha mengatur napas. Tangan terkepal erat di sisi tubuh.
Kenapa pada saat penting seperti ini ... masalah malah datang?
꒰꒰꒱꒱
Gojo mengernyit keras, lantas melirik [Name] yang tampak sibuk dengan ponselnya. Mengamati perubahan ekspresi gadis itu. Tak ada sesuatu yang besar, tapi ia merasa agak terganggu.
“Kau masih main ponsel saat jalan kayak begini?” tanya Gojo.
[Name] kembali tersentak. “Maaf. Kakekku lagi nge-chat soalnya.”
“... Penting banget, ya?”
“Yah, aku keras kepala. Makanya obrolan kami jadi panjang.” [Name] mengedik cuek. Kemudian menatap sekitar, suasana dan perabotan lorong kamar asrama terpampang. Ia mengerjap. “Eh? Kita sudah sampai sini, toh?”
“[Name] main ponsel terus, sih.” Gojo melangkah cepat menuju depan kamar. Meninggalkan [Name] yang masih terkejut.
Ia menyentuh kenop pintu sembari membuka kuncinya. Hendak mendorong agar penghalang ruangan itu terbuka.
“Lah? Kenapa pintunya terkunci?”
Gojo menoleh. Menemukan [Name] tampak sangat kesusahan karena kunci pintu. Gadis itu memutar-mutar benda kecil itu berulang kali dan terus mentok. Dia menghela napas. Menjedotkan kepala ke penghalang kamar.
Pada saat itu juga, Gojo langsung melangkah mendekat.
[Name] menghela napas. “Aku kayaknya harus cari seseorang buat minta bantuan ....”
Ia tersentak ketika seseorang berdiri di belakang. Menyentuh tangannya yang masih memegang kunci yang tersangkut di lubang pintu. Telapak tangan itu memutar kunci, begitu pun tangan [Name] yang mengikuti gerakannya hingga pintu terbuka.
“[Name] kenapa nggak bisa buka kunci pintu, sih?”
Gadis itu menoleh. Mendapati wajah Gojo dalam jarak dekat. Spontan menahan napas karena kaget, rona merah pun seketika menghias wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfic"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...