“Pamaan, kumohon satu hari ini saja, ya?”
“Hmm ....” Haruto mengusap tengkuk. Menatap tak enak hati pada sang ponakan yang sedang menyatukan kedua tangan di depannya tanda memohon. “Paman nggak masalah, sih, tapi ... bagaimana dengan Kakek?”
“... Aku yang akan menjelaskan semuanya pada Kakek.”
“Terus ... kalau dia nggak mau?”
[Name] mengulum bibir. “Aku akan membujuknya.”
“Oke, kita berangkat besok!” Haruto mengacungkan jempol.
[Name] mengerjap. “Eh? Paman juga mau tinggal?”
“Iya, dong. Paman nggak mau diomeli sendiri kalau berangkat sekarang.” Haruto mengangkat bahu cuek.
“Hoo ....” [Name] mengangguk dan tersenyum lebar. “Terima kasih!”
“Kau sudah diizinkan?”
Sang gadis berbalik. Melihat Gojo yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya. “Iya. Besok aku baru berangkat.”
“Oh? Bagus.” Gojo mengambil koper [Name] tepat di samping gadis itu. Kemudian, menggenggam tangan [Name] dan melangkah. “Ada Ijichi di sini. Aku memintanya untuk mengejarmu sementara aku pergi menemui para petinggi.”
“Eh? Aku baru tahu kalau Gojo suka menemui para petinggi. Kupikir mereka orang penting yang sulit ditemui!” kata [Name], mengukir senyum lebar hingga matanya tertutup.
Gojo berhenti. Lantas berbalik, melempar tatapan aneh pada sang gadis.
Dan [Name] menyadari itu hingga berkata, “Kenapa?”
“Masih Gojo, ya?”
[Name] mengulum bibir. “Maaf, kebiasaan, tapi kamu maunya dipanggil apa?”
“Menurut [Name]?”
“Hmm ....” Gadis itu menunduk, melihat jalan sembari berpikir panggilan yang bagus untuk Gojo mulai sekarang. “Bagaimana kalau Kak Toru?”
“Huh? Kak?”
“Kamu lebih tua dariku, 'kan?”
“... Satoru aja.”
“Oke!”
Gojo membuka pintu mobil. “Masuk. Aku akan menyusulmu nanti.”
[Name] memiringkan kepala.“Satoru mau ke mana memangnya?”
Pria itu tertegun sejenak. Sedikit terkejut dengan cara sang gadis menyebut namanya. “... Aku ada urusan sebentar. Ijichi akan mengantarmu ke asramaku.”
“Lama, ya?”
Gojo menyentuh bahu [Name], memaksa gadis itu masuk ke mobil dan duduk manis. Ia berkata, “Agak lama, sih.”
“Oke, hati-hati.” [Name] sedikit bergerak guna mencari posisi nyaman. Otomatis agak menoleh ke kanan. Menemukan bunga Juliet rose dan gebera.
Ia mengerjap. “Satoru, bunga untuk siapa ini?” [Name] menatap Gojo sembari menunjuk buket itu.
“Untukmu.”
“He?” Raut bingung begitu nyata terukir di wajah [Name]. Juga melempar tatapan tanya pada sang pria. Kenapa bunga yang Gojo beri mirip dengan bunga dari si pengirim misterius?
Gojo mengukir seringai. Kemudian menepuk-nepuk kepala [Name] pelan. “Kau sudah lupa? Aku sering mengirimkan bunga ini padamu dari dulu, lho? Meskipun kau sumbangkan ke tempat lain, sih.” Ia menegakkan tubuh. Lantas menutup pintu selagi [Name] diam merespon perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Him Love Me
Fanfic"Aku menyukaimu. Saat kau mengingatku, apakah kau mau menerima pernyataanku?" Gadis itu adalah kenalan dari Sang Terkuat. Namun, setelah tujuh belas tahun berpisah. Ingatan akan diri sang gadis sudah terkubur jauh, tenggelam di tempat paling gelap d...