Ojek yang mengantar Lea baru saja menjauh, menjadikan gadis itu berdiri di depan gerbang rumah Bening sendirian dan mengamati halaman rumah yang diisi beberapa teman sekelasnya itu. Mereka sibuk mengeluarkan satu persatu sepeda dari dalam garasi.
Suara tawa mereka sampai ke tempat Lea berada.
Tawa para remaja yang belum tau angkuhnya dunia atau bisa saja tawa itu juga yang menjadi obat bagi remaja lain yang sedang berpura-pura tegar dan memilih berlagak lugu seakan dunia belum menyakitinya, seperti Lea saat ini.
Lea terkekeh begitu melihat Haidar membalik sepeda Rere, yang langsung membuat gadis cantik itu berteriak sambil berlari ke arahnya.
Deru mesin kendaraan, yang berhenti di dekat Lea, mengalihkan perhatiannya.
Dari pintu belakang, keluar gadis tinggi bermata kucing, lengkap dengan seragam olahraga yang dibalut jaket kelas mereka. Sama persis seperti yang Lea kenakan.
Di bagian belakang jaket tercetak tulisan becsso science, nama kelas mereka. Nama ini adalah usul dari Assa, katanya kepanjangan dari best class of science.
Padahal siapa saja juga tau, kelas unggulan di Darsa ya Mipa 1.
"Ngapain nggak masuk?"
Lea melirik ke kaca mobil yang diturunkan begitu Yosephine keluar.
Sebenarnya dari jarak 2 Km saja Lea bisa langsung tau bahwa mobil mini cooper ini adalah mobil Ignatus, kembarannya Yosephine. Karena Lea paling sering nebeng pulang mobil ini, setelah mobilnya Giselle.
Kepala Riki menyembul, tersenyum lebar ke arah Lea. "Gue kira tadi umbul-umbul Agustusan. Taunya Kak Lea."
Lea mendengus pelan, "mending belajar diem, Rik."
Setelah itu, Lea tersenyum ramah dan mengangguk untuk menyapa Ignatus di bangku kemudi.
Ignatus membalasnya dengan senyum kecil lalu mencondongkan tubuh untuk berusaha mencari celah agar bisa melihat saudari kembarnya, "gue pulangnya malem. Lo minta jemput Mas Galih aja."
Yosephine berdecih, "naik gojek aja."
"Mas Galih." Tegas Ignatus.
"Mas Galih nggak tau rumah Bening, Na!" Kata Yosephine beralasan, "nebeng Giselle ya?"
Lea melirik kecil, Ignatus menyibakkan rambut sambil menghela napas dalam.
"Lo pikir gue goblok? Temen cewek lo nggak ada yang lagi bawa kendaraan." Kata Ignatius dengan nada datar.
Kini Lea saling lirik dengan Riki. Cowok tinggi itu jelas tidak diberi ruang bersuara dalam perdebatan ini. Riki menempel rapat pada pintu mobil dan memasang wajah yang menyiratkan bahwa dia sudah biasa berada di sudut tiap kedua kakaknya beradu argumen.
Ignatus selalu posesif kalau berurusan dengan saudari satu-satunya itu. Ke manapun Yosephine pergi, harus disertai izin Ignatus. Makanya nggak jarang Ignatus terlihat di tempat para gadis Mipa 2 nongkrong.
"Oke." Ucap Ignatus tiba-tiba. "Lo pulang sama Sion."
"Ha?" Ceplos Yosephine dan Lea bersamaan.
Ya gimana nggak kaget. Iya sih, emang Sion ini temen sekelasnya Ignatius, tapikan Yosephine nggak kenal-kenal banget. Kenapa tiba-tiba suruh pulang sama dia?
"Nggak." Tolak Yosephine mentah-mentah, "gue nggak kenal Sion."
Ignatus tampak berdecak kesal, "sekalian lo nebeng. Sion nebengin temen lo yang namanya Senja Sayang Senja Sayang it-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gossip Us - Go Ship Us
Teen FictionGosip, ghibah, rumpi, dan rempong itu identik banget sama cewek. Bukan berniat menyekat ya, tapi emang empat hal ini udah melekat banget ke para cewek. Kayak nggak lengkap kalo lagi sama temen tapi nggak ngegosip. Iya kan? Dan kalian pasti punya te...