"Eh, itu anak Garuda udah pada dateng!"
Lea ikut menempelkan diri ke jendela kaca yang menghadap langsung ke arah lapangan utama.
Siswa SMA Garuda sudah memakai rompi berdasarkan tim masing-masing.
Lea melirik rompi merah yang dia pakai, lalu beralih ke wajah cantik yang dari tadi sudah dia cari di antara kerumuanan itu.
Kenapa dia harus satu tim sama Hestia?
Sekarang Lea merutuki tangan sialnya yang mengambil tulisan tim merah dalam pengundian tim tadi.
"Udah disuruh ke lapangan." Ucap Yana menginterupsi. "Kalian jangan ada yang bikin masalah. Mending diem aja."
"Yan, gue lewat jendela aja ya?" Kata Karren tiba-tiba.
"Belum semenit gue diem." Yana meraih lengan Karren untuk menjauh dari jendela, "jangan bikin masalah! Lo nggak liat, noh, Pak Dendi udah siap siaga di pinggir lapangan?"
Karren meringis, "muter banget, Yan, kalo lewat depan. Mending lewat sini aja langsung sampe."
"Jangan bikin masalah." Ulang Yana.
Yana menoleh pada Lea, "makanannya gimana, Le?"
"Ini lagi dikirim pake gosend."
"Nanti bilang aja kalo udah sampe, biar Bima sama Karren yang ambil."
"KOK GUE?!" Sorak Bima dan Karren bersamaan, sama-sama tak terima.
"Lo tega Lea ngangkat box gede sendirian?"
"Tega!"
Lea mendengus kecil.
"Ya udah, biar gue aja yang bantuin Lea." Rere ikut menjauh dari sisi jendela. Kini gadis itu menatap sinis pada Karren dan Bima bergantian.
"Tenang, Yan." Sahut Haidar tiba-tiba. "Gue bakal pastiin kalo dua cumi ini bantuin Lea."
"Dih, ikan mujaer nyaut aja." Balas Bima tak terima.
"Tau nih! Bilang aja lo mau modusin Rere." Kata Karren menambahkan.
"APA HA?! GUE BUKANNYA MAU MODUSIN RERE! GUE TUH MAU CAPER KE ANAK GARUDA!"
Rere tak menyahut, lebih memilih menarik pelan pergelangan tangan Lea lalu mengambil langkah berniat menjauh dari keributan.
Dia mendorong kasar bahu Haidar begitu melewatinya.
Haidar mendengus kasar. "Lo kalo cemburu bilang, Re. Jangan main kasar gini."
"Cot, anjir." Katus Rere. "Lo pada jadi bantuin nggak? Kalo iya, ayo, jangan jauh-jauh dari Lea!"
Bima dan Karren pasrah saja ketika Haidar menarik mereka berdua untuk mengikuti kedua gadis itu.
"Bima aja deh, Dar." Kata Karren memohon. "Gue males banget kalo harus berhadapan sama Pak Joko, gue abis mecahin kaca pos satpam soalnya."
"Lo masih mending, Bim, itu masih fasilitas sekolah." Sahut Bima seakan tak mau kalah. "Minggu kemaren, gue nggak sengaja nyenggol motor Pak Joko."
"Ye, malah adu nasib." Sergah Lea berusaha menghentikan perdebatan konyol mereka.
Mereka berjalan menyusuri koridor dengan langkah kecil. Koridor sedang penuh.
"Kan apa gue bilang. Mending tadi lewat jendela aja, dari pada desak-desakan gini kayak lagi antri sembako."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gossip Us - Go Ship Us
Novela JuvenilGosip, ghibah, rumpi, dan rempong itu identik banget sama cewek. Bukan berniat menyekat ya, tapi emang empat hal ini udah melekat banget ke para cewek. Kayak nggak lengkap kalo lagi sama temen tapi nggak ngegosip. Iya kan? Dan kalian pasti punya te...