Lea mengerjap beberapa kali ketika Nata berbelok ke lantai dua, tempat mini theater berada.
"Ngapain belok?"
Nata mengangkat alisnya, "rooftop panas."
"Emang udah dibuka?"
Kancing seragam Nata sudah dibuka dan memamerkan kaos dengan gambar ilustrasi perempuan menjulurkan lidah. Tasnya juga ditinggalkan di dalam mobil.
Lea sempat lupa kalau cowok di depannya itu juga salah satu anggota Komplotan Yanto.
Cowok itu bergerak mengamati ditail interior lalu menggeleng, "masih Senin depan."
"Dodol, terus ngapain kita di sini?!"
"Gue udah chat Bang Jun, katanya nggak papa kalo gue mau coba salah satu biliknya." Kata Nata menjelaskan, "konsepnya segar banget nggak sih? Apa lagi tempatnya deket sama banyak sekolahan, jadi target pasarnya tercapai. Nanti namanya jadi 'Wachfe' Watching Café."
Nata terkekeh, "Bang Jun udah kehabisan ide, jadi kasih nama sekenanya."
"Gue heran deh, Nat." Ceplos Lea, "sebenernya adek pemilik tempat ini tuh Jeiden apa elo sih? Kok kayaknya lo lebih tau banyak soal tempat ini."
"Gue kenal Bang Jun dari lama sih, jadi pas tau dia mau bikin kafe gue sering ke sini. Dengerin dia cerita soal konsepnya dari awal tempat ini masih bangunan lama yang belum dirobohin."
"Lo tertarik banget ya soal bisnis?"
"Awalnya gue mau jadi dokter. Lo tau sendiri gue sering jadi sukarelawan dari SMP."
Lea mengangguk, ingat kalau Nata selalu sibuk di akhir pekan.
"Terus gue nemu banyak ide banyak bisnis yang bisa bantu banyak orang," senyum Nata merekah begitu saja. "Jadi gue tertarik sama bisnis dan pengen bantu lebih banyak orang."
"Hebat ya lo." Puji Lea dengan tulus, "nongkrong jalan, ngegame lancar, rajin juga bantuin orang."
"Nggak kayak gue, semangat pas nongkrong doang." Lanjut Lea.
Nata tertawa, "minggu depan gue ada jadwal volunteer buat ngajar anak-anak jalanan gitu. Lo mau ikut?"
"Gue?"
"Tempatnya jelas seadanya, nggak sebersih tempat lo biasa nongkrong." Nata bersandar ke sisi tembok, menatap Lea tepat. "Mau nggak? Nggak bosen apa nongkrong di mall terus."
"Mau sih, tapi emang nggak papa?"
Nata mengangguk, "gue urus nanti."
"Oke deh."
Cowok itu tersenyum simpul, "lo mau nonton film apa?"
"Bener nggak papa kita masuk?"
"Udah, anggap aja kita jadi tester."
Lea mengikuti Nata yang masuk ke salah satu bilik.
Ruangan itu di dominasi warna pastel, yang langsung membuat mata Lea berbinar. Bahkan bantalan besar dan juga ambal berbulu tampak sangat serasi dengan warna pastel ruangan ini.
Di depan pintu terpasang beberapa aturan yang ditulis rapih. Salah satunya, sepatu atau alas kaki lainnya harus dilepas di luar bilik.
"Eh, nyaman banget."
Mata Lea mengedar, menyusuri setiap sudut ruangan 2 x 3 ini.
"Ini kalo gue ngajak cewek sekelas bisa muat nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gossip Us - Go Ship Us
Novela JuvenilGosip, ghibah, rumpi, dan rempong itu identik banget sama cewek. Bukan berniat menyekat ya, tapi emang empat hal ini udah melekat banget ke para cewek. Kayak nggak lengkap kalo lagi sama temen tapi nggak ngegosip. Iya kan? Dan kalian pasti punya te...