Go: 19. Sisi Baik untuk Si Pengecut

149 31 10
                                    

Nata menekan tuts piano sambil bergumam menyanyikan melodi seiring dengan suara pianonya.
Jarinya menekan lama salah satu tuts ketika sampai di akhir lagu.





Dia mendongak. Mengamati lima wajah yang menjadi penonton permainan pianonya tadi dan menunggu umpan baliknya. 

"Yak!" Juanda, cowok yang berambut hampir gondrong, bersuara. "Gimana menurut Gerald, yang tahun depan jadi mahasiswa Berklee College of Music?"

Gerald hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Sudah biasa dihadapkan dengan bercandaan anggota bandnya. Mengingat bahwa dia satu-satunya anak kelas 12 di band mereka.

"Gue pribadi sih, suka sama lagu itu." Gerald akhirnya menyampaikan pendapat. "Rasa lagu lo bisa sampai ke gue. Melodi ringan di awal langsung bisa gue tangkep, bagian reffnya sih paling membekas. Gue bisa tau rasa bertumpuk yang bikin lo feel depressed walaupun di awal lagu nih kayak riangnya fase pertama jatuh cinta."

Gerald terkekeh lagi. "Gue jadi kepo liriknya."

"Lo mau liat?" Tawar Nata.

"Nggak papa?"

Nata mengangguk lalu mengoper hapenya ke Gerald. "Tadi mau gue nyanyiin sekalian, tapi gue nggak pede."


Gerald membaca catatan di hape Nata dengan seksama dan penuh perhatian di tiap liriknya. Sesekali cowok itu mengangguk.


"Eh ada chat dari Hestia." Kata Gerald tanpa sadar begitu hape Nata bergetar dan menampilkan pop up pesan. "Aduh, sorry, Nat. Nggak sengaja baca chatnya lewat pop up."


"Santai aja." Nata tak peduli banyak. "Gimana liriknya?"


Tiba-tiba pintu terbuka dan Oni masuk dengan senyum ramah biasanya.



Gerald hanya melirik sekilas lalu kembali fokus ke Nata dan percakapan mereka. "Gini. Lo kan tadi minta pedapat gue, dan gue juga bukan ahli soal compose lagu apalagi soal lirik. Jadi gue cuma bisa kasih pendapat pribadi aja. Emm... Menurut gue, lirik lo kurang menyentuh. Mungkin karena bukan hati lo yang nyusun kalimatnya? Gini deh. Ini lagu lo kan soal rasa susahnya nunggu seseorang kan? Coba deh lo bayangin seseorang yang pernah bikin lo ngerasain hal itu, dan lo pikirin apa yang mau lo sampaiin ke orang itu."


"Oh jadi itu rahasia lirik-lirik galau lo?" Sahut Jovan yang dari tadi duduk di belakang drum.

Gerald tak menjawab, hanya tersenyum kaku sebagai ganti. 


"Oke. Noted deh. Thanks sarannya." Nata berdiri, sedang tangannya meraih hape yang Gerald ulurkan. "Gue duluan."


"Buru-buru, Nat?" Tanya Oni berbasa-basi.

"Nggak juga sih. Takut ganggu kalian latihan."

Oni terkekeh kecil. "Nggak lagi mau latihan kok. Mau foto buat bantuin endorsenya Lea." Oni semakin menelisik ekspresi Nata. "Tunggu sini aja, Nat. Kelas gue lagi bagi-bagi produk healthy food."

Nata tersenyum tipis. "Enggak deh, On."







"Halo semua! Calon member Xjavony ke-tujuh yang siap jadi vokalis utama, sudah datang." Sorai Bima begitu masuk.

Langkahnya diikuti beberapa orang dan Lea menjadi salah satunya.



"Eh, ada Glenn. Lo mau jadi vokalis juga?"

Nata mendengus. "Cot."

"Mabar, Nat."

"Sekarang?"

Gossip Us - Go Ship UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang