15 - Gambar Nenek

904 175 123
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Hari terus bergulir, berkejaran dengan waktu dunia yang kian menipis. Maju ke depan, meninggalkan sedih dan sepi. Setiap saat, jam-jam, menit-menit, dan detik-detik, aku pergi. Mencari arti yang tak kumengerti. Aku terus berjalan meski tidak tahu akan ada apa di akhir. Aku tidak ingin menangis, walau duri menancap di hati kecil. Apalah dayaku, seorang hamba yang tak punya apa-apa di dalam bumi."

Serangakai tulisan yang kutulis di bagian belakang kertas indah. Mengapa indah? Karena di sana ada gambarku yang Nenek lukis dengan bantuan pensil dan buku gambar saja, namun tetap menawan.

 Mengapa indah? Karena di sana ada gambarku yang Nenek lukis dengan bantuan pensil dan buku gambar saja, namun tetap menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nenek memberikan gambar itu saat aku pulang kerja di jam 2 dini hari, ketika hari Kamis telah menjadi hari Jumat. Sontak, letihku terempas. Dingin di tangan akibat mencuci piring berjam-jam, menghangat. Aku senang, aku begitu indah dalam bayangan Nenek.

Kata Nenek, beliau bergadang untuk menyelesaikan gambar sambil menungguku pulang. Amat tersentuh, aku mengucap terima kasih sambil tersenyum bahagia.

"Tangan Galih dingin, gak?" Beliau lantas bertanya demikian, kemudian aku mengangguk karena memang iya.

Lalu, Nenek menggenggam kedua tanganku yang sedikit keriput akibat bercumbu dengan air berjam-jam. Nenek menggenggamnya, menatapnya, mengelusnya, kemudian mengecupnya sambil menutup mata.

Iya, Nenek mengecup tanganku. Sesuatu yang aneh menurutku. Aku sempat mengeraskan tanganku, tak ingin Nenek mencium punggung tanganku. Namun, Nenek kembali menariknya, malah menangis dan menatapku, bilang dia mencintaiku, ingin mengecup tanganku yang sudah dingin dan kaku.

"Nenek mau cium tangan Galih... tangan yang selalu berjuang tanpa takut."

Aku menitikkan air mata kala itu. Terharu. Kalimat itu pun terngiang-ngiang di telingaku. Sudah hampir 24 jam, tetapi belum luntur. Aku tersenyum nyaris setiap waktu. Akibatnya, sering kupandangi tanganku setiap ada kesempatan tak sibuk.

Aku merasa dicintai begitu besar. Sensasi yang indah bergelenyar mengelilingi perasaan. Aku ingin tenang dengan senyuman. Memang benar, aku butuh Nenek di dunia yang kejam.

DINI HARI GALIH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang