23 - Yang di Dunia

2K 224 100
                                    

Mimpi singkat dalam tidur singkat Januar tergolong indah. Melihat Galih menangis sesenggukan di sebuah terowongan gelap, sendirian, dengan air mata berlimpah. Lalu, seseorang tampak mendekat, menempelkan penutup mata ke mata berair kakaknya. Seketika, lorong terowongan itu terang berwarna. Tangis Galih usai. Wajahnya cerah kemerah-merahan. Air-air mata sirna ditutup penutup mata berbunga.

Januar jarang bermimpi. Jadi, saat sang kakak meregang nyawa di atas ranjang Nenek dan ia malah asyik tidur, mimpi tersebut adalah berita dari Tuhan, bahwasanya ia telah kehilangan sang kakak ketika dirinya memilih tak memedulikan.

Lantas, jerit lesu Nenek ke sekian kali membangunkannya di pukul setengah 2. Sedetik terjaga, sempat mengira makna mimpinya barusan adalah kesembuhan. Ternyata lebih. Kebebasan. Kebebasan dari ragam derita. Galih meninggalkan dirinya yang jahat. Kakaknya bergegas dengan malaikat-malaikat.

Menyesal. Mengapa setengah 12 tadi harus tertidur? Terbangun ketika Nenek sudah tenggelam pilu. Seharusnya, Januar mengantar Galih ketika 'dijemput'. Namun, semua telah luput. Galih tak butuh. Lebih baik, Januar bertaubat sungguh-sungguh.

Resmi. Jumat, pukul 1 dini hari, Galih pergi dari bumi. Terbang ke langit, ditemani malaikat-malaikat baik sebab dirinya juga begitu baik. Bukan dimaki dan diseret malaikat buruk sebab tidaklah ada keburukan di hati Galih.

Tangis kesedihan menggema di kamar agak pengap itu. Galih tak pernah suka melihat nenek dan adiknya sedih, ia pasti akan menghibur. Tapi kali ini, Galih tak kunjung menghibur. Ia terus diam dengan mata tertutup.

Di pukul 3 dini hari, Januar mengisi daya ponsel kakaknya yang 3 hari tergeletak mati karena merasa bukan urusannya.

Baru mencapai 4%, Januar sudah mengaktifkan. Dengan tangan dingin dan wajah berair mata, ia membuat status cerita di WhatsApp kakaknya, juga status cerita di Instagram kakaknya. Bunyinya semua sama:
"Assalamu'alaikum, selamat pagi. Saya Januar, adiknya Mas Galih. Innalillahi wainnailaihiroji'un.... Saya mau mengabarkan kalau Mas Galih telah meninggal sekitar jam 1 dini hari tadi. Saya minta doanya untuk kakak saya dan maafkan seluruh kesalahannya. Terimakasih."

Januar spontan. Tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau tidak. Ia hanya ingin mengabarkan ke semua orang kalau Galih, si pemilik akun, telah pergi selamanya.

Setelah itu, ia juga mengabarkan ke seluruh sosial media pribadinya. Mengatakan kakaknya, yang selama ini sudah jadi sosok ayah, pelindung, dan pahlawan tetapi malah ia anggap sekadar kacungnya saja, telah pergi meninggalkannya.

Nenek tak memedulikan Januar yang terisak-isak di pojok kamar sambil menatap ponsel-ponsel. Beliau sibuk dengan kesedihannya sendiri, memeluk jenazah dingin Galih sepuasnya sebelum sang cucu dikebumikan. Rambut, kepala, dan wajah Galih dibelai-belai, lalu dikecupi sayang. Tak mengharap Galih kembali membuka mata, hanya ingin menyalurkan rindu yang belum apa-apa sudah membuncah.

....

Waktu terus berjalan. Pukul setengah 4 subuh, Januar dengan mata merah sembapnya, ke luar dari rumah. Mendatangi masjid yang berjarak dekat, lalu menunggu para pengurus masjid datang agar ia dapat mengabarkan.

Kemudian setelah para pengurus masjid datang...

"Hah? Galih? Innalillahi wainnailaihiroji'un... kenapa? Ya Allah, perasaan saya baru ketemu sama Galih waktu hari Senin, waktu dia pulang kerja malem-malem," komentar tak percaya salah satu pengurus masjid, setelah Januar menyampaikan.

DINI HARI GALIH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang