4. Perundingan

4.6K 282 2
                                    

Taburkan bintang di pojok kiri 🗯️

Menunggu komen-komen lucu kalian♥️

Jangan lupa vote and Komen agar rank cerita itu terus naik🌛

Happy reading 🧘🏻‍♀️

∅⁰∅⁰∅

"Aku yang akan menemani ibu," jawab Behnaz dengan nada mantap.

Ratu Anika sempat menolak, ia tak mau putrinya akan terlibat masalah dengan para penjajah itu. "Tutup wajahmu dan pergi denganku dengan pakaian Yumna," putus ratu yang terakhir.

Awalnya ia ingin mengumpulkan para wanita untuk bisa mengambil alih istana sejenak, ia harus pergi menemui Mehmed dan suaminya untuk membahas hal-hal yang akan mereka lakukan.

Kondisi perang juga tak terlalu panas, hanya saja mereka gagal memenangkan perang karena pasukan musuh mereka berasal dari banyak kerajaan yang telah disatukan pemimpin mereka kedalam sebuah kekaisaran.

"Tapi apa itu tak akan merendahkan sang putri yang mulia?" tanya permaisuri Mehna dengan hati-hati. Bagaimanapun selain suaminya dan adik laki-lakinya, yang berhak atas takhta adalah putri Behnaz.

Bibi melihat ketegangan itu berusaha menjadi jalan tengah. "Seorang putri memang akan terlihat buruk tanpa perhiasan, tapi seorang putri tak akan terlihat rendah jika memakai gelang suci dan kalung dewa di lehernya," kata bibi sambil tersenyum, ia mengambil tali suci dari kuil dan memakainya dilengan kiri Behnaz.

"Tak usah nenek, itu kalau yang selalu di doakan nenek," bantah Behnaz dengan sedikit menjaga jarak. Ia tahu sendiri kalau itu selalu dipakai oleh neneknya untuk berdoa.

Bibi Arum tersenyum, ia mengelus rambut Behnaz dengan sayang. "Seorang putri yang keluar istana tanpa perhiasan saat terjadi perang bukanlah sesuatu yang baik. Dengan kalung yang didoakan oleh diriku sendiri aku ingin kalau ini melindungi cucuku hanya untuk bertemu orang yang memiliki hati baik. Tulus dibalas tulus dan ketertarikan akan menciptakan kasih sayang, dengan itu semua orang yang berniat buruk padamu akan langsung hilang karena doaku."

Menyetujui itu Behnaz merasa rasa dingin yang tercipta dari mutiara yang disusun sendiri oleh neneknya yang dilingkari pada lehernya.

Kalung yang sangat cantik, baginya hanya neneknya yang bisa menyusun sebuah barang yang berbeda dengan karakteristik yang tak sama menjadi menawan.

"Bantu aku mengenakan ini," titah Behnaz pada pelayan disampingnya.

Pelayan itu mulai memasangkan beberapa kain yang bisa menutupi tubuh sang putri. Ia juga mengambil beberapa gelang perak dan memasangnya.

"Apa harus memakai pakaian seperti ini?" tanya Behnaz bingung, sekarang tubuhnya mengenakan satu kain panjang yang diikat menjadi rok yang menampilkan lekuk tubuhnya.

"Ini benar putri, anda akan pergi bersama ratu. Jika berpakaian seperti dayang Yumna itu akan sedikit mencurigakan," jawab Asma pelayan yang berusia belia.

Yumna memasuki kamar putri Behnaz dengan membawa sebuah belati kecil. "Aku akan menaruh ini disini untuk menjaga-jaga," ungkap Yumna yang memasangkan sebuah belati pada belakang rok sebelah kanan yang sang putri kenakan.

Behnaz mengaguk, untung kain yang membungkus tubuhnya berwarna merah gelap jadi belati kesayangan menjadi sedikit tak terlihat. Ia sengaja meminta Yumna untuk mengasah dulu belati kesayangannya.

"Rakyat biasa tak akan menyadari hal ini, aku hanya takut pemilik mata elang yang biasa berada dipertarungan akan menyadari ini," katanya yang menatap wajah putri dari sebuah cermin.

KASHMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang