22. Kejutan

1.7K 125 14
                                    







Update ❤


Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar mengikuti aku terus ❤


Tandai jika kalian menemukan typo 🔍👀❗



Happy Reading ❤





°°°






Para bunga istana sedang berkumpul di aula, rata-rata kebanyakan dari para perempuan di sini memanggil tukang perias kuku, wajah atau pembuat hena untuk semakin mempercantik diri mereka.

Maisya dan Amika duduk berdua di paling pojok. Mereka masih lumayan merasa asing berada di tempat ini, saat mata mereka terbuka bayangan artefak dengan corak-corak lain dari pada biasanya memenuhi pengelihatan mereka.

"Amika, apa semalam raja datang menemui dirimu?" Maisya adalah gadis paling lugu, saat bertanya hal memalukan itu wajahnya memerah. Tak ketinggalan tangannya tak luput meremas rok yang ia pakai.

Amika memainkan senar-senar di tangannya. "Menurutmu?"

"Aku tidak tau, tapi raja jelas tidak datang ke kamarku."

Karena sampai sekarang raja tidak pernah memberikan gelar resmi untuk semua perempuan yang masuk ke dalam istana ratu, tidak ada seorangpun boleh memanggil mereka sebagai selir.

Intinya raja sendiri menegaskan selain dua ratunya, dia tidak tertarik untuk memasukkan mereka dalam agenda wajib.

"Kau berharap raja datang untukmu?" Amika bertanya cukup tajam.

Maisya menggeleng kecil. "Bukan seperti itu, Amika kau berbicara seperti aku adalah gadis dengan penuh gairah," tepisnya pendek.

Sirkulasi udara di istana ratu cukup bagus, walau mereka tidak disediakan akses untuk bisa berkeliling atau berkeliaran di istana milik ratu Zulaikha atau ratu Behnaz.

Pergerakan terbatas, menciptakan sebuah kelompok dengan penuh keributan yang lumayan cukup besar karena tidak adanya ruang untuk memisahkan diri.

Jujur Amika lebih merasa tempat ini hanya seperti penjara untuk mereka, bukan seperti gambaran istana. Dimana mereka bisa bebas berkeliaran dan melakukan apapun yang mereka mau.

"Maisya, tolong jangan terlalu banyak berharap," kata Amika tulus.

"Terlalu banyak berharap, hanya akan membuat hatimu sakit."

Sedari kecil Maisya hidup dengan gaya seperti keluarga kerajaan. Benda apapun yang dipakai bermain atau baju sekalipun oleh anak-anak raja selalu ikut Maisya punya.

Bahkan dulu Maisya sering membuat raja salah mengira jika dia merupakan salah satu putrinya.

Hal tersebut dipandang cukup aneh, anak seorang menteri bahkan punya segudang kesibukan lebih dari anak raja sekalipun.

"Aku tidak sedang berharap Amika, hanya merasa senang saja. Setelah sekian lama hanya bisa berkunjung, kini aku sendiri punya kesempatan untuk tinggal di istana ratu," kata Maisya sembari memeluk tubuhnya.

Seorang pelayan tiba-tiba menghampiri keduanya. "Maaf nona, aku membawakan beberapa pengharum kesukaan ratu."

Wajah Maisya tiba-tiba menjadi pucat, dia melirik ke arah Amika yang menaikan kepalanya.

"Ratu siapa?" sura dingin Amika membuat pelayan itu sedikit takut.

"Ratu Behnaz," kata pelayan dengan lumayan gugup.

KASHMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang