56. Jamuan

3K 247 23
                                    








Maaf baru update, setelah banyak lika-liku yang membuat kesempatan untuk mengedit jadi terbatas ✨

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku 🌼





Ini untuk kalian semua ♥️








Happy reading
______________________________(^._.^)ノ






"Makan yang banyak, aku tidak akan marah jika semua makan ini habis," ungkap raja Malik pada Behnaz dan Halil.

Mereka berdua di undang untuk ke jamuan makan pagi, ini semua adalah hasil dari permintaan raja Malik sebelum mereka berangkat.

"Kalau bisa aku ingin mengambil semua emas di sini," celetuk Halil saat pamannya itu terlihat sedang bermurah hati.

Behnaz tersenyum canggung saat raja Kabul mengatakan hal itu dengan wajah datar. Di piringnya Behnaz memakan puding nasi dan juga beberapa kurma dan kismis yang telah di keringkan.

Memandang sinis keponakannya raja Malik langsung menoyor bahu Halil dengan sendok. "Itu namanya kau licik."

"Anda sendiri yang menwarkan hal itu paman, aku hanya mengikuti alurnya saja," terang Halil yang menyantap nasi kebuli dengan tambahan daging domba.

Behnaz memakan mangga yang manis, selanjutnya ia menambahkan yogurt agar menjadi lebih sehat. Behnaz berpikir bahwa anaknya di dalam perut sedang mengisap sari-sari ini dengan sangat bahagia.

"Anak nakal. Katakan pada ibumu, bahwa aku akan pergi ke Kabul paling lama tiga bulan lagi," ungkap Malik yang memang sudah memiliki rencana untuk mengunjungi Kabul.

Menghela nafas panjang, Malik tau bahwa adiknya benar-benar terpukul saat suaminya meninggal. Belum lagi Elina harus mengamankan tahta putranya yang saat itu sangat rentan terjadi pemberontakan.

"Ibu pasti senang menyambut itu. Datanglah bersama bibi, ibu belakang ini selalu melakukan ziarah ke tempat-tempat yang jauh, aku tidak bisa melarangnya," beber Halil dengan nada sendu.

Sebagai seorang anak ia pasti akan selalu mencemaskan ibunya, tapi ia juga berpikir ketika tinggal di istana pasti ibunya sering mengingat kembali luka yang  ditoreh saat kematian ayahnya.

Malik mengangguk, adik kesayangannya juga saat ini pasti terus berdoa untuk kebahagiaan putranya, apalagi setelah Halil masih belum memiliki pewaris di usia hampir kepala tiga.

"Ya, aku akan menitipkan beberapa surat dan juga hadiah untuk ibumu," tambah Malik pada Halil.

Mereka bertiga keluar dari ruangan makan itu, mereka saat berjalan di lorong yang berbeda tapi hanya dihalangi oleh kain-kain tipis.

"Makanmu banyak," beber Halil saat melihat Behnaz makan. Ia merasa aneh dengan tubuh Behnaz yang sedikit berisi.

Memutar bola matanya, ingin sekali Behnaz berucap. "Salahkan anakmu yang selalu minta makan terus," geram Behnaz pada ayah bayinya yang hanya bisa di tahan dalam-dalam.

"Perasaan anda saja yang mulia," tepis Behnaz pendek. Memang sih belakangan ini Behnaz lebih gampang makan apapun, ia menyukai banyak makanan yang memiliki berbagai tekstur garing.

Apalagi Yumna menambah porsi camilannya ke makan yang banyak mengandung vitamin.

Mengangkat satu tangannya untuk menyingkap kain-kain itu Halil mencoba menilainya. "Tidak kau gemukkan," kekeh Halil dengan mata tajam.

KASHMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang