15. Ombak Di Luar

3.7K 243 0
                                    

Update ke dua di Minggu ini💅

Menurut kalian makin seru gak?

Vote dulu yuk♥️

Happy reading

∅⁰∅⁰∅

15. Ombak Di Luar Lebih Baik Dari Pada Menghadapi Seorang Wanita

Kapal yang mulai berguncang, barisan ombak-ombak kecil mulai bermunculan, membuat getaran-getaran tercipta pada lantai kapal yang membuat sofa yang diduduki oleh Behnaz ikut menerima imbasnya.

"Owh yang dadanya sampai tumpah-tumpah itu," tuding Behnaz, tangannya bergerak mengambil kain yang menutupi dadanya. Menunjukkan bahwa dirinya tak sama dengan para pelayan kapal itu.

Halil dengan tubuh toples langsung berbalik. "Siapa yang kamu maksud?" Ia kebingungan menjawab pertanyaan istri barunya. Wajahnya yang letih ingin sekali rasanya berbaring tanpa beban pikiran.

Walaupun kapal ini tergolong luas tetap saja ia tak boleh egois dengan membuat kamar yang besar. Halil saja hanya mendapatkan bagian yang memiliki ukuran setengah lebih besar dari kamar yang lain.

"Bukannya dua matamu itu dapat melihat dua gunung yang sengaja dipamerkan itu. Lihatlah kau juga memilih yang terbungkus warna kuning," ejek Behanz mengamati perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh suaminya.

Perjalanan ini membuat Behnaz ingin memuntahkan isi perutnya beberapa kali. Belum lagi setelah ia tahu bahwa air yang ia minum juga hasil sulingan air laut, di otaknya sekarang hanya berpaku pada air ... air dan air.

Halil menggeleng, berjalan ke arah kasur merebahkan dirinya dengan miring ke arah istrinya. "Bukankah punyamu juga terbungkus warna kuning, aku juga menyukainya," ungkap Halil sembari menepuk-nepuk kasur kosong di sampingnya mengundang Behnaz untuk berbaring bersamanya.

"Aku bukan pelayan seperti mereka!" Wajah Behnaz langsung memerah karena marah.

"Jadi pelayan? Ya Tuhan kau membuat keributan hanya karena seorang pelayan. Apakah ratuku cemburu?" goda Halil dengan mata yang terpejam, sudut bibirnya muncul, diiringi dengan dua buah cekungan di pipinya yang sangat dalam.

Behnaz memalingkan wajah, malas sekali harus tetap berada di kamar selama berhari-hari. Apalagi jika harus terus bertemu dengan raja Kabul ini. Hanya saja matanya juga tak ingin melihat para pelayan mulai menggoda sembarangan. Beberapa kali telinganya mendengar desahannya di pertengahan malam.

Intinya Behnaz tak mau ada kejadian lihat melihat adegan seperti itu. Baginya lebih baik berpura-pura tutup telinga dan berusaha untuk tetap tertidur di malam hari.

"Kemarilah, tak usah memikirkan hal yang lain. Dua istri saja tak pernah terpikir olehku, apalagi mengambil gadis lain yang tak jelas seperti itu," celoteh Halil tak habis pikir kenapa orang sering kali berpikir buruk tentangnya.

Pembohong, para pria bisa bilang seperti itu ribuan kali. Sebelum akhirnya melanggar. "Apakah anda mengatakan hal yang sama juga pada ratumu sebelum kedatangan diriku?" tanya Behnaz iseng, barang kali mungkin hal itu bisa mendapatkan jawaban.

Membuka matanya kasar Halil merasa pembicaraan mereka telah sampai pada batasnya. "Dengar aku memperingatkan dirimu bahwa semuanya ada batasannya. Hubunganku dan Zulaikha, begitu juga dengan apa yang aku dan kau juga ada batasannya," tekan Halil tak ingin kejadian seperti ini kembali terulang.

KASHMIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang