7. Obsessed

1.9K 189 1
                                    

Thank you for leaving a trace.







************
Lisa POV

Hampir 1 bulan setelah mommy memberikan kewenangan atas restauran padaku, pekerjaanku semakin tidak ada habisnya, aku bahkan seperti tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar tidur panjang seharian.

Belum lagi aku harus sering keluar korea untuk memeriksa beberapa restauran disana, aku mulai merasa lelah dan hal terpenting yang ingin aku lakukan yaitu mengesampingkannya terlebih dahulu  mencari informasi tentang jennie dan membawa dia kembali padaku, seharusnya aku melakukan ini dari dulu, seharunya aku berani memutuskan kehidupanku sejak dulu.

Aku hanya memijat pelipisku seraya menatap layar datar didepanku dan berkas-berkas yang tidak ada habisnya.

Aku menutup laptopku kasar jennie mengganti nomor ponselnya, aku yakin ini pasti karena aku mengirimnya pesan saat itu, harusnya kau tidak bodoh lalisa, itulah akses satu-satunya untukmu pada jennie dan kau menghilangkannya.

"Kau terlihat lelah, wajahmu pucat lisa mengapa kau tidak istirahat saja"

Jisoonie dan sana mereka tiba-tiba saja datang dikantorku dan kulihat sana masih bersikap dingin padaku, setelah malam itu dia merubah sikapnya, aku tahu dia masih kecewa dan marah padaku, aku belum sempat bicara kembali dengannya.

"Seperti biasa pekerjaan tidak ada habisnya, but i'm fine"

"Igo kontrak perjanjian pembangunan apartemen di daegu, pelajari dulu dan ini blue print nya"

Sana meletakkan beberapa berkas dan blue print dimejaku, sempurna semakin penuh saja mejaku ini, aku hanya menghela nafas kasar.

"Aku ke pantry dulu, kalian mau minum sesuatu?"tanya sana lalu beranjak dari duduknya aku hanya menggelengkan kepalaku seraya tersenyum tipis padanya.

"Tidak perlu sana, kamsahamnida"jawab jisoonie, sana pun pergi meninggalkan kami berdua.

"Apa kau yakin dengan pekerjaanmu sekarang li, banyak sekali"ucap jisoonie menatap risau berkas-berkas dimejaku

"Sebenarnya aku cukup lelah unnie, laporan restauran dan kantor, kepalaku rasanya ingin pecah"

Benar sekali, ingin pecah dan aku ingin berhenti namun tidak mungkin mommy sudah menyerahkannya padaku dan liam.

"Unnie"

"Nee?"

"Jennie mengganti nomornya, itu salahku seharusnya aku tidak mengirimkannya pesan, itu satu-satunya penghubungku dengannya"ucapku lirih dengan menatap keluar jendela

"Kau sudah mendapatkan informasi dimana jennie?"tanya jisoonie seketika aku kembali memfokuskan diriku pada jisoonie

"Unnie aku tidak sempat, pekerjaan ini benar-benar menyita waktuku, apa dia kembali ke new zealand unnie? Jika ya katakan dimana wilayahnya biar aku lebih fokus mencari informasi tentangnya, jika kau memang tidak ingin mengatakan alamatnya"

"Dia tidak disana, cukup itu saja yang bisa aku katakan padamu, apa kau serius ingin menemuinya kembali?"

Ucap jisoonie lirih, aku terdiam seketika memikirkan semuanya, aku yakin sekarang dan aku tidak boleh mundur, siapa lagi yang memperjuangkan kebahagiaanku jika bukan aku sendiri.

"Unnie, perasaanku masih sama bahkkan lebih dan aku rindu---"

Seketika aku menghentikan perbincanganku ketika sana kembali bergabung bersama kami, aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan, semoga dia tidak mendengar pembicaraan kami tadi.

"Kalau begitu aku pergi ne sudah sore, sana kau juga langsung pulang saja tidak perlu kekantor, kajja aku akan mengantarmu"ucap jisoonie dan sanapun hanya mengangguk pasrah dengan sikap yang masih dingin padaku

"Biar aku yang mengantar sana pulang unnie, kami perlu bicara".

Ucapku dan jisoonie pun memahaminya, diapun bergegas pergi dan kini hanya aku dan sana.

"Kau masih marah padaku?

"Tidak, hanya sedikit kecewa, bukan hakku marah padamu, aku bukan siapa-siapa kau sudah menegaskannya, aku yang seharusnya sadar diri"ucap sana lirih dengan duduk tipis diujung meja.

Matanya mulai berkaca-kaca, aku tidak suka melihat wanita menangis untukku dan dia mungkin akan melakukannya sebentar lagi.

"Mianhae eoh, maafkan aku, uljima"ucapku meraih tanganya dan membawanya kedalam pelukanku, seketika tangisnya pecah dia mengeratkan kedua tangannya di pinggangku aku hanya mampu mengusap punggungnya yang bergetar saat ini.

"Jika tahu akan sesakit ini, aku tidak pernah ingin mengenalmu, maaf aku mendengar pembicaraanmu dengan jisoo unnie, mengapa hatiku sakit ketika kau akan mulai membawanya kembali, aku takut kau akan melupakanku, aku mencintaimu lisa"

Dia semakin terisak didalam pelukanku, i hate this situation. Aku sedikit mendorong tubuhnya, berusaha memberikan sedikit perhatian dengan menatap dan menyeka air matanya dan dia tertawa dalam isakannya.

"Sudah kubilang jangan menangis, aku menyayangimu---"

"Karena aku temanmu, itu yang akan kau katakan li"

Matanya begitu sayu, mata yang memohon agar aku membalas perasaanya, dia memegang tanganku yang masih berada dipipinya, sana wanita yang baik, apa yang kurang darinya lisa, kau mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, bukankah kau pernah berkata bahwa segala sesuatu tentang jennie adalah ketidak mungkinan dan mengapa kau masih mengejarnya.

Sementara wajah didepanmu saat ini sangat mencintaimu, dia cantik, perhatian, pintar, lalu apakah kau tidak mau mencobanya bersama sana?

Mencoba suatu hubungan bersama sana itu lebih tidak mungkin, bisa saja jika memaksakan tapi aku tidak ingin melukainya dan percuma dengan atau tanpa jennie, mommy tidak pernah menyetujui hubungan yang kujalani.

Bisa saja aku melakukannya diam-diam dibelakang mommy, tapi itu bukan aku, aku tidak suka berpura-pura, aku suka kejujuran meskipun pahit.

Sana kembali menenggelamkan kepalanya didadaku, apa sikapku ini akan semakin membuatnya menerima harapan dariku, semoga saja tidak dan dia mengerti.

"Kau akan mendapatkan seseorang yang mencintaimu dengan tulus sana, bukan aku, cukup menjadi teman untukku"

"Lisa aku menginginkanmu untukku sama seperti kau menginginkan jennie untukmu, kau terluka tanpanya, begitupun aku, seharusnya kau bisa merasakan seperti apa menjadi diriku"ucap sana dengan suara sedikit lebih tinggi dan bernada emosi

"Hey, bisakah kau lebih tenang sedikit, kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin, eoh"

Oh tuhan, dia memang keras kepala, aku yakin dia paham namun dia memaksakan sesuatu yang tidak mungkin, aku dan jennie memiliki cerita yang berbeda, kami saling mencintai, aku hanya menghela nafas kasar dan seketika sana melepaskan pelukannya dariku.

"Tidak jennie, mingyu atau siapapun, hanya aku lisa yang boleh memilikimu"

Ucap sana tegas aku sedikit terkejut melihatnya saat ini, dia menatapku dengan cara berbeda, penuh penekanan disetiap ucapannya.

"Apa maksudmu?"

"Artinya jika bukan bersamaku, kau tidak boleh bersama orang lain, lalisa"

"Cukup, aku yakin yang kau rasakan sekarang bukan cinta, itu hanya obsesimu sana, hentikan semuanya"

"Itu karena cinta yang kupunya begitu besar untukmu lisa, cukup ingat kata-kataku tadi, hanya aku yang boleh memilikimu"

"Sana wait !"

Ucapan terakhirnya sebelum dia bergegas pergi meninggalkanku, bahkan dia menghiraukan suaraku yang memanggil namanya, shit apa dia serius dengan ucapannya, mengapa kau begitu keras kepala sana, aku sengaja bersikap lembut padamu agar kau lebih paham dan mau menerima semuanya, jika seperti ini maafkan aku, aku bersikap tegas padamu dan jangan menyesal karena kau yang memaksaku, sana minatozaki.













🖤❤️🧡💛💚💙🖤
Terima Kasih telah bersedia meninggalkan jejak.



Best Mistake Season II - JENLISA GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang