Happy Reading.
Louis berjalan cepat dengan wajah panik, sesekali ia akan melihat kebelakang untuk melihat jika ada orang yang mengikutinya. Louis membuka pintu perpustakaan dengan kasar dan kembali menutup pintu itu dengan rapat, ia melihat wajah keheranan dari Kylie yang sedang duduk dengan buku berada di pangkuannya.
"Ada apa, Ayah?" Kylie berdiri dan berjalan mendekati Louis.
Louis memegang kedua lengan Kylie dan berucap pelan. "Pergi sekarang dari istana ini, Kylie." Kylie mengernyit merasa heran akan tingkah Ayahnya yang ketakutan saat ini.
"Pergilah menuju dermaga di kota kedua, seseorang akan menjemputmu di sana dan membawamu menuju kota kelima belas!" pungkas Louis.
Kylie melepaskan tangan Ayahnya dan mundur dua langkah, ia menggeleng pelan karena sepertinya akan ada yang terjadi kepada kerajaan ini. "Aku tidak bisa, bagaimana dengan Raja Dimitri?" lirih Kylie pelan.
Louis berdecak dan mengusap wajahnya kasar, menatap Kylie dengan tatapan tajam. "Lupakan Dimitri, pergi malam ini juga, temui aku di belakang istana Sunny. Jangan sampai anggota kerajaan tahu kalau kau pergi malam ini!" Louis menunjuk wajah Kylie, mengode kalau ucapannya tidak boleh dibantah.
"Kenapa aku harus ke kota lima belas? Bukankah itu perbatasan dengan kerajaan Aesperatus?" Kylie menatap Ayahnya dengan sendu. Sepertinya perkataan yang diucapkan oleh juru masak itu bukanlah omong kosong, Louis terlibat dalam pembunuhan Raja Darren dan ikut andil dalam menaklukkan kerajaan ini.
Mata Kylie berkaca-kaca melihat raut wajah Ayahnya yang cemas. "Apa Ayah ikut serta dalam pembunuhan Raja Darren?" Walaupun ia sudah mendengar, tetapi ia berusaha mengelak fakta tersebut, ia akan percaya kalau Ayahnya menjawab pertanyaan itu.
Kylie terkesiap dan mundur lebih jauh saat melihat anggukkan Ayahnya, ia menggeleng. "Tidak mungkin," bisiknya pelan.
"Itu fakta, Kylie. Bahkan aku juga membunuh Jeremi!"
Kylie terduduk, ia menangis. Kenapa? Kenapa Ayahnya begitu kejam? Bahkan kematian Ibunya juga Louis pelakunya, yang pada saat itu mereka bertengkar karena Louis ketahuan berselingkuh, dan Louis mendorong Ibunya dari lantai dua. Tapi kenapa, kepada dirinya Louis tidak pernah bersikap kasar.
"Pergilah, Nak. Turuti ucapan Ayahmu ini," ucap Louis dengan lirih, ia memeluk Kylie yang masih menangis.
"Apa yang membuat Ayah melakukan ini semua?"
Louis terdiam lalu melirik sekilas Kylie, mengalihkan pandangannya menuju rak buku yang tersusun rapi. "Kekuasaan dan aku ingin menguasai kerajaan ini."
Kylie mendorong tubuh Louis, menatap sinis. "Bukankah Anda telah membunuh Raja Darren?" Louis tubuhnya tersentak saat melihat tatapan datar dari Kylie dan bahasa yang digunakannya menjadi formal.
"PERGILAH KYLIE! DAN JANGAN MEMBANTAH!"
Louis masih melihat Kylie dengan tatapan tidak percaya, dan membiarkan Kylie yang berjalan cepat menuju pintu keluar tanpa menghiraukan bentakkannya tadi. Langkah Kylie berhenti tepat di depan pintu dan memiringkan kepalanya sedikit melihat Louis dari ujung matanya. "Aku tidak akan pergi meninggalkan kerajaan ini. Aku juga tidak akan meninggalkan suamiku. Aku akan di sini berjuang dengan anggota kerajaan yang lain untuk melindungi kerajaan ini saat Anda beserta yang lain menyerang kerajaan ini!"
Louis memandang kalut kepergian anaknya, sejak kapan Kylie memiliki sifat keras kepala ini? Dan untuk pertama kalinya Kylie tidak menuruti perintahnya.
*****
Jemima menyusun baju dan barang-barang miliknya ke dalam kotak, Lily juga membantu sedangkan Draco duduk dengan kaki bersilang melihat kedua gadis itu yang bergerak kesana- kemari. Draco merasa lebih cepat lebih baik kalau Jemima meninggalkan istana ini, karena informasi dari mata-mata yang berada di sekitar perbatasan Kerajaan Bloomsytch dan Kerajaan Maradever, mereka seperti merencanakan sesuatu.
"Kapan aku berangkat, Yang Mulia?" Draco tersentak lalu tersenyum kecil melihat Jemima yang juga tersenyum.
"Nanti malam. Di pintu gerbang belakang nanti kau akan bertemu dengan Samuel." Draco berjalan mendekati Jemima, Lily menunduk dan pergi menuju pintu memberi kedua orang itu untuk berbicara.
Jemima berdiri tepat di depan Draco, tangan Draco menarik pelan pinggang ramping milik Jemima dan membuat kedua tubuh itu menempel. "Aku tidak bisa mengantarkan dan Samuel hanya bisa mengantarkan sampai perbatasan kerajaan ini dengan kota kesatu." Draco mengusap pelan surai lembut Jemima.
"Bukankah perjalanan ke kediaman Amber memakan waktu tiga hari?" Jemima mengusap pelan pipi Draco.
Draco mengangguk dan menikmati paras cantik Jemima, dia tidak menyangka kalau cinta pertamanya akan berlabuh kepada gadis di depannya ini dan kemungkinan besar akan menjadi cinta terakhirnya juga.
Jemima memeluk Draco dan mendengarkan detak jantung Draco, dia ingin waktu berhenti saat ini, biar dia merasa puas memeluk Draco. Disaat ia pergi nanti, entah kapan Draco akan menjemput dirinya kembali. Jemima menggigit bibir bawahnya, meredam isak tangis saat satu pikiran buruk melintas di kepalanya, bagaimana jika Draco tidak akan menjemput dirinya kembali atau kabar buruk lainnya yang akan dia dengar jika sewaktu-waktu ada tragedi yang terjadi di kerajaan ini?
Draco menyentuh pelan dagu Jemima membuat kedua mata mereka beradu pandang, Draco mengusap pelan air mata Jemima yang terjatuh pelan dari kelopak matanya yang indah. "Jangan menangis, aku berjanji akan menjemputmu kembali," lirih Draco pelan. Ia juga mengecup kedua mata Jemima.
"Jika kerajaan ini aman kembali, kita akan menikah, dan aku akan memberitahu satu fakta yang mungkin akan membuat luka lamamu terbuka kembali."
Jemima mengernyit memandang Draco dengan heran. "Apa maksudnya?"
Draco mengecup kedua mata Jemima lagi lalu beralih menuju kedua pipi Jemima. "Nanti aku akan memberitahumu disaat aku menjemput dirimu kembali," sahutnya dengan lembut.
Jemima menggeleng. "Beritahu aku sekarang!" tegas Jemima.
Draco menghela napas pelan dan memejamkan matanya. "Jemi," panggilnya pelan. Jemima tetap menggeleng, melihat raut Draco memelas supaya Jemima tidak menanyakan ini lebih lanjut.
"Kalau begitu, aku tidak akan pergi!" ancam Jemima. Draco memejamkan matanya sejenak dan kembali menatap Jemima dengan lekat.
"Baiklah, tapi setelah ini berjanjilah kepadaku kalau kau akan tetap pergi ke tempat Amber." Jemima mengangguk.
Draco menatap Jemima, ia mengeratkan pegangannya di pinggang ramping Jemima. "Yang membunuh Perdana Mentri Jeremi adalah Perdana Mentri Louis."
Jemima terkejut dan matanya mengerjap, berusaha mencerna perkataan Draco. Bagaimana bisa Pamannya sendiri yang membunuh Ayahnya? Dia ingin menyangkal fakta ini, tetapi melihat raut wajah serius Draco membuat dirinya mempercayai ucapan Draco.
Dirinya hampir terjatuh dan Draco langsung menangkap tubuhnya, fakta lain yang keluar dari mulut Draco mengenai meninggalnya saudara perempuan Ayahnya juga meninggal di tangan Louis, padahal saudara perempuan Ayahnya itu adalah istri Louis dan Ibu kandung Kylie.
"Louis melakukan itu semua untuk merebut posisi Ayahmu, dia merasa iri dengan kedudukan yang dimiliki Ayahmu." Alasan lain adalah ia ingin menguasai kerajaan ini dan menjadi seorang Raja, sambung Draco di dalam hati.
Jemima menangis di dalam pelukkan Draco, Draco juga membiarkan saat Jemima sesekali memukul dadanya. Inilah yang membuat Draco enggan mengatakan fakta ini, dia tidak rela melihat Jemima menangis seperti ini. Namun, tidak mungkin juga untuk menutupi semua ini dari Jemima dan Jemima harus tahu kebenarannya.
"Hanya merasa iri dengan kedudukan seperti Perdana Mentri, kenapa Paman Louis tega melakukan itu semua?" gumam Jemima yang masih terisak kecil.
Draco diam, dia tidak memiliki jawaban dari pertanyaan Jemima. "Pergilah, Jemi. Aku akan menjemputmu kembali." Draco mencium kening Jemima dengan mata yang terpejam.
To Be Continue.
Sabtu, 2 Juli 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Jemima Of Bloomsytch [END]
FantasyJemima Hildegard anak dari mendiang Perdana Mentri yang meninggal karena melindungi Raja Darren De Voulos dari kerajaan Bloomsytch. Tepat diumur dia yang kesepuluh tahun, ia diberi gelar Tuan Putri dan tinggal di istana, itu semua bentuk penghormata...