Happy Reading.
Amber memperhatikan wajah Jemima yang seperti tidak memiliki semangat hidup bahkan ia hanya melihat kue kesukaannya di atas meja dengan datar, sedangkan teh yang beraroma melati kesukaan Jemima juga tidak tersentuh dan masih utuh di gelas kecilnya. Lily juga memperhatikan Jemima, sedangkan Nola—ia sibuk memuangkan teh ke gelas kecil milik Amber, sesekali ia juga melirik Jemima.
"Sudah satu bulan lima belas hari aku tidak keluar istana."
Amber memutar bola matanya.
"Aku ingin bertemu Bibi Emma, aku juga ingin meminta maaf dan memberitahu siapa diriku sebenarnya."
Jemima mendengus pelan dan menyadarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Amber meminum tehnya dengan mata yang masih memandang Jemima, memperhatikan Jemima yang merana karena mengingat dosanya kepada Bibi Emma.
"Anda terlihat bosan, Putri Jemima," kata Nola basa-basi.
Jemima langsung memandang sinis. "Menurutmu?"
Amber menggeleng pelan, ia tersentak setelah mengingat sesuatu yang penting dan memandang Jemima dengan tersenyum lebar, Jemima hanya melirik Amber dengan cuek.
"Kau ingat tidak kalau hari ini, hari kelima belas dibulan keenam," seru Amber yang masih mempertahankan senyum lebar diwajah cantiknya.
"Lalu?" sahutnya dengan malas. Jemima memejamkan matanya.
"Berarti nanti malam ada festival kembang api di taman festival," sambung Lily dengan semangat.
Jemima langsung melihat Amber dengan mata yang berkedip cepat dan tersenyum, Amber yang melihat itu semua hanya mendengus pelan.
"Kenapa tidak bilang dari tadi!" ucapnya.
Amber menjentik pelan kening Jemima, Jemima langsung mengusap pelan keningnya dengan bibir yang maju. Amber terkekeh melihat wajah lucu Jemima, entah kenapa Amber menyayangi gadis aneh ini.
"Aku berencana pergi dengan Nola, apa kau—"
Brak!
Perkataan Amber langsung terpotong bahkan ia juga terlonjak kaget saat tiba-tiba Jemima memukul meja, Lily menganga melihat kelakuan Jemima. Kenapa Tuan Putri Jemima kelakuannya seperti ini? batin Lily yang meringis prihatin.
"Tentu saja aku pergi," jawabnya dengan nada yang begitu yakin.
Amber mengerutkan keningnya. "Bagaimana dengan Pangeran Dimitri? Kau tidak akan mudah untuk keluar saat ini."
Jemima menatap kupu-kupu yang menggelilingi bunga, ia berpikir keras supaya bisa keluar malam ini.
Semenjak Draco berbicara seolah bertemu Jemima dengan pakaian pelayan—padahal mereka benar-benar bertemu, Dimitri langsung menyuruh pelayan untuk menggeledah isi kamar Jemima. Ia begitu yakin apa yang dibilang Draco adalah benar, dan bukan kebohongan semata. Kunci cadangan gerbang belakang, satu set pakaian pelayan beserta topi kerucut dengan beberapa baju lusuh dan kumis palsu ditemukan pelayan dalam kotak yang disembunyikan Jemima di dalam kamar mandi.
Dimitri hanya bisa menahan emosinya, ia tidak mau lagi memperlihatkan kemarahannya dihadapan Jemima, ia tidak mau Jemima akan merajuk dan mengabaikan dirinya. Semenjak itu Dimitri menambah pengawal untuk mengawasi Jemima, dan mengambil kunci cadangan itu.
Dimitri takut Jemima terluka jika dibiarkan berkeliaran di luar tanpa pengawasan, apa lagi rakyat Bloomsytch dan seluruh kerajaan tahu kalau Jemima adalah kandidat terkuat sebagai Putri Mahkota dan Ratu di masa depan bagi kerajaan Bloomsytch.
"Pergilah." Terdengar suara berat milik Dimitri yang berdiri tidak jauh dari pavilliun istana Sunny. Ia mendengar semua pembicaraan gadis itu, niat ia ke sini memang memberikan izin untuk Jemima yang pastinya ingin melihat festival kembang api.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Jemima Of Bloomsytch [END]
FantasyJemima Hildegard anak dari mendiang Perdana Mentri yang meninggal karena melindungi Raja Darren De Voulos dari kerajaan Bloomsytch. Tepat diumur dia yang kesepuluh tahun, ia diberi gelar Tuan Putri dan tinggal di istana, itu semua bentuk penghormata...