Prolog

946 81 2
                                    

"Ah, aku ketahuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, aku ketahuan."

Pada malam yang sangat indah dengan bulan purnama.

Mata merah itu menyipit.

Siluet yang terungkap di bawah sinar bulan seolah telah meleleh ke dalam kegelapan. Namun demikian, kehadirannya lebih jelas dan intens dari apapun.

Itu membuatku terengah-engah.

Gemetar dan akhirnya menjatuhkan segelas air. Tetapi gelas itu jatuh ke tangan yang mengenakan sarung tangan kulit hitam sebelum pecah.

"Kamu akan membangunkan orang, Sofi...?"

Sudut bibirnya naik dengan lembut. Bahkan di malam yang dalam, mata merahnya bersinar sangat terang, seperti kembang api. Namun tak lama kemudian tatapannya jatuh.

"Tidak apa-apa. Tenggorokanku terasa terbakar."

Dia membawa gelas ke bibirnya dan meminum air yang kupegang.

Suaranya menelan air bergema.

Dalam sekejap gelas itu benar-benar kosong, hanya beberapa tetes air di cangkir yang tersisa.

Sangat perlahan, dia meletakkan gelas kosong di pagar teras, sementara aku berdiri di sana dan tidak melakukan apa-apa.

Perhatianku teralihkan sesuatu...

Aku menutup mulutku dengan tanganku dan menatap pinggangnya.

Seolah terpotong oleh sesuatu, darah merah mengalir di atas kemeja putihnya yang robek. Dia terluka.

Menyadari tatapanku, dia menarik jubah hitamnya untuk menyembunyikan lukanya.

Keringat dingin di dahi putihnya berkilau samar di bawah cahaya bintang.

Tatapannya yang lambat menyentuhku, yang telah memucat.

"A- iya, dokter...!"

Saat aku sadar dan mencoba lari mencari dokter, sebuah kekuatan yang kuat mencengkram pergelangan tanganku. Dalam sekejap tubuhku diseret oleh kekuatan yang tak tertahankan.

Aku menggigit bibirku.

Aroma tubuh yang familiar dan aroma darah bercampur menyapu ujung hidungku. Rambut hitam yang tertiup angin menggelitik pipiku.

Jantungku berdegup kencang seolah membangunkan dunia.

Mungkin karena kaget, takut, atau emosi lainnya, kepalaku menjadi pusing.

Perlahan, dia berbicara.

"Lupakan apa yang kamu lihat malam ini, Sophie."

Suara rendah bercampur dengan nafas dibawa oleh angin. Perlahan-lahan, kekuatan tangannya yang menahanku terlepas.

Dan

Bahkan sebelum aku bisa menyentuhnya, dia menghilang seperti asap.

Aku bergegas ke pagar teras dan melihat ke bawah, tetapi yang kudapatkan hanyalah cahaya bulan yang gelap.

Namun, bekas tetesan darah dan gelas kosong di pagar membuktikan bahwa apa yang baru saja terjadi bukanlah mimpi.

Aku terduduk karena kakiku melemas.

Tanda merah muncul di pergelangan tanganku yang dipegangnya.

Detak jantung yang kasar tidak menunjukkan tanda-tanda akan tenang.

"Gak- Nggak mungkin."

Aku... Aku pasti salah lihat.

Bukannya itu pemeran utama pria...

~~~

Sejak Kapan Anda Menjadi Penjahat? (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang