"Apa kamu hidup sekarang?" Suara dingin terdengar.
"Ian!" Sophia tanpa sadar melompat.
Namun dengan kepalanya yang sakit, penglihatannya menjadi gelap untuk sesaat. Dia buru-buru berbaring di tempat tidur.
"Bodoh..." Dengan suara sinis, sentuhannya membantu membaringkan punggungnya.
Sophia mengerutkan kening dan menatap tajam ke orang di depannya.
'Apa aku bangun setelah sakit?'
Rambut merah gelap, mata hijau, dan wajah tampan, jelas Ian Frauss...
'Mustahil Ian akan semanis ini.'
"Kurasa aku masih bermimpi..."
"Mimpi?"
"Mimpi indah tentang villain jelek..."
"..."
'Villain?' Pelipis Ian bergetar. Di alam bawah sadar Sophia, apakah dia 'villain jelek'?
Tapi Ian tidak bisa membantahnya karena sejak dia pertama kali bergabung dengan keluarga Frauss, dia telah menyiksa Sophia sepanjang waktu.
Mengancam seorang wanita pemalu dengan pedangnya, merobek sayap kupu-kupu biru yang disukainya, mengabaikan dan melarang wanita itu menghandiri pesta ulang tahunnya, kemudian memamerkan hadiah yang diterimanya didepan wanita yang tidak menerima hadiah satupun saat ulang tahunnya sendiri.
Setiap kali Sophia menggigit bibirnya dan membuat wajah yang tampak seperti akan menangis. Ian bersenang-senang dengan ekspresi wajah itu.
Karena Ian telah berkali-kali menegaskan bahwa dia, yang telah diabaikan sebagai anak haram, sekarang diperlakukan lebih terhormat daripada anak perempuan dari istri sah.
Frauss 'asli' adalah dirinya sendiri. Bukan wanita lemah itu.
Anak haram yang datang terlambat, ingin mencari bukti identitas barunya lagi dan lagi.
Sophia adalah cermin yang menunjukkan bahwa dia adalah Frauss.
Jadi dia menjadikan gadis yang ditelentarkan itu sebagai mainannya.
"Uhuk, uhuk, manisnya... Kamu harus dikritik karena keluar dari karakter cerita."
Tapi mainan yang rusak itu berbicara omong kosong. Dia tampak gila karena demam tinggi.
Manis? Apakah Sophia merasa tindakannya ramah sekarang?
'...Jangan salah paham. Aku cuma nggak mau mainanku rusak.'
Itu bagus untuk bermain dengan mainan selama yang di inginkan, tapi dia tidak mau mainan itu rusak sepenuhnya dan menjadi tak berguna.
Bahkan jika ingin merusaknya, itu harus dilakukan dengan tangannya sendiri.
Ian mengulurkan segelas air padanya. Itu karena dia berpikir jika dia meminumnya, dia akan sadar.
Senyum malu-malu menyebar di bibir Sophia.
Ian berhenti pada senyum itu.
Kapan terakhir kali dia melihat senyum di wajah itu?
Sophia menelan beberapa teguk air yang diberikan padanya. Lehernya yang bengkak membuatnya sakit bahkan untuk minum seteguk air pun.
Setelah itu, Ian menyerahkan obatnya. Itu adalah bubuk kuning.
Sophia menatap lama pada obat bubuk di tangannya, lalu menggelengkan kepalanya.
"Ini racun...?" Mata hantunya menatap Ian.
"Kamu kira aku apaan...!"
"Villain nomor 1 yang menyiksaku... nggak, nomor 2... Uhuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejak Kapan Anda Menjadi Penjahat? (Novel Terjemahan)
RomanceTerlalu banyak novel yang dibaca membuatnya bingung telah masuki novel berjudul apa. Berbekal pengalaman membaca banyak novel, Sophia percaya tanpa ragu Duke Utara dengan rambut hitam, mata merah, dan wajah tampan yang sempurna adalah protagonis pri...