BAB 11

194 26 0
                                    

Lucu memikirkan hal seperti itu saat ada pedang mengarah ke lehernya.

Dan segera, bilah pedang yang ada di lehernya jatuh. Sophia menyeringai.

"Ini semua karena bajingan itu." Bisikan lembut lolos dari ujung bibir Ian.

Pada akhirnya, dia bahkan tidak bisa membunuh.

Sophia melihat ke luar jendela. Sebuah bintang bersinar di tengah kegelapan malam yang semakin menggelap lebih pekat dari sebelumnya.

"Ini sudah sangat larut." Sophia dengan hati-hati menarik lengannya dari genggaman Ian yang melemah.

Untungnya, Ian dengan ramah melepaskan lengannya.

"Sepertinya kamu pulang di tengah latihan, jadi cepatlah tidur. Tidurlah lebih awal untuk tumbuh lebih tinggi." Mendengar perkataan Sophia, alis Ian sedikit berkedut.

"Kamu harus lebih tinggi lagi, Ian." Ian berusaha untuk tak mengatakan sepatah kata pun menanggapi ucapan Sophia.

Nyatanya dia sangat ingin menyebutkan bahwa dia 10cm lebih tinggi.

Sophia menganggukkan kepalanya bangga karena berhasil menghadapi kekeraskepalaan Ian sejauh ini.

Semua energinya terkuras habis dalam pertarungan dengan Ian.

~~~

"Kamarnya akan dipindahkan besok." Jenny berbicara dengan nada masam.

Loteng tua dan lembab.

Malam ini, dia ingin memejamkan mata di ranjang yang nyaman. Bertengkar dengan Ian cukup menyenangkan.

"Aku mau tidur."

Sophia memberi isyarat agar Jenny datang, dan dia menepukkan punggungnya.

"Lepaskan."

"Ugh! kau sungguh menjengkelkan." Jenny bergumam, namun dia tetap datang dan membuka tali di balik gaunnya.

Jenny tampaknya telah belajar dari pengalaman minggu lalu, bahwa tak peduli seberapa keras dia menolak, Sophia tak akan tinggal diam.

"Selesai. Bersihkan dirimu dan tidur."

Setelah melepaskan ikatan pita di gaun itu, Jenny menunjuk ke wastafel dan handuk di satu sisi lainnya. Dia meninggalkan loteng dengan langkah yang bersemangat.

"Haa... Aku sangat lelah."

Sophia ingin melemparkan dirinya ke tempat tidur. Tapi sebelum itu dia harus membasuh dirinya.

'Ugh, stamina yang buruk ini.'

Dia ingin membasuh wajahnya sambil berbaring, tapi itu tidak bisa.

Dia harus mencuci wajahnya dengan berdiri...

Sophia maju ke wastafel yang telah disiapkan Jenny untuknya. Airnya cukup dingin hingga membuat tangannya mati rasa, dengan terpaksa dia tetap membersihkan dirinya sendiri.

'Aku belum sepenuhnya merasa segar bahkan setelah mandi dengan air dingin seperti ini...'

Setelah selesai menjaga kebersihan minimal demi kualifikasi heroinenya, dia menguburkan dirinya ke tempat tidur.

Sophia dengan enggan menyeret tubuhnya ke bawah selimut.

Loteng yang biasanya didinginkan oleh udara pagi, saat itu terasa sangat dingin hari ini.

Dia memeluk selimut erat-erat dan meringkuk tubuhnya.

Tak lama setelah itu, Sophia menyadari dia mendapat gejala flu.

Sejak Kapan Anda Menjadi Penjahat? (Novel Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang