9. Kerja

2K 482 33
                                    

Lily tidak terlalu dikenal di kantor sebagai orang yang bekerja di sana, tapi Lily dikenal sebagai gadis cantik yang tidak boleh dilewatkan untuk menjadi incaran. Penampilannya yang menarik membuat para pegawai pria suka tiba-tiba mengajaknya bicara bahkan makan malam. Lily paham betul jika bukan karena Demoonel, dia tidak akan merawat diri sebegininya. Mengurus Dimi yang saat itu belum memiliki pengasuh sendiri adalah pekerjaan yang melelahkan Lily. Boro-boro mengurus tubuhnya yang melar sana sini pasca melahirkan, wajahnya saja sudah kelelahan dan tidak sempat diberi formula kecantikan selain cuci muka saja. 

Menjadi perempuan yang ingin sukses dalam berkarir, Demoonel memberikan masukan agar Lily harus rela bayinya diurus oleh orang lain. Memaksakan diri menjadi ibu seutuhnya bagi Dimi di rumah tidak akan membawa Lily bekerja di perusahaan besar dengan atensi yang bagus padanya. Kecantikan Lily bisa dikatakan tersembunyi semenjak tak lagi memikirkan diri sendiri, karena dihamili oleh pria arogan seperti Demoz, dia menjadi sosok perempuan yang lupa untuk mengurus penampilan. 

Semenjak bentuk tubuhnya kembali karena  Demoonel memberikan fasilitas baginya untuk berolahraga dan diet dengan trainer khusus, Lily menjadi lebih percaya diri untuk keluar rumah. Berbagai macam perawatan wajah dan tubuh juga Demoonel berikan dengan intensitas yang rutin. Demoonel bilang, "Nggak ada kecantikan yang datangnya instan, Lilia. Orang akan tetap memandangmu sebelah mata kalo 'covermu' nggak menarik." 

Lily kini yakin bahwa penampilan dan kadar otaknya harus terus diolah sejak menerima berbagai masukan dari Demoonel. Ucapannya pada Demoz yang mengatakan bahwa dirinya bisa memberikan ayah lain untuk Dimi itu bukan kebohongan semata. Lily memang semudah itu bisa mendapatkan sosok pria yang menginginkan dirinya. Garis bawahi, sosok pria yang menginginkan dirinya, yang berarti belum tentu Lily inginkan. Sosok pria yang Lily inginkan masih Demozza Galendra, tidak ada pria yang lain. Lily mengakuinya di dalam hati, tapi tak mau orang lain mengetahuinya. Sekalipun Demoz tidak mengerti bahwa Lily menginginkannya, tapi pria itu setidaknya ada untuk memperjuangkannya dengan cara yang benar terlebih dulu. 

Duduk di kursi kebanggaannya, Lily sejauh ini merasa bisa lebih leluasa untuk bekerja karena perusahaan yang dinaunginya kini adalah perusahaan yang bergerak di bidang entertaintment. Lily diusia semuda ini sudah duduk sebagai direktur General Affair dan membaut banyak orang merasa iri dengan pencapaiannya yang begitu mudah. Meski semula dirinya sangat malu karena jabatannya tak ubahnya campur tangan dari Demoonel, tapi sekarang dia tak mau mengalah pada siapa pun yang meragukan kinerjanya. 

Lily belajar dengan cepat karena dirinya memang memaksakan waktu belajar yang dirinya miliki. Lily merasa pekerjaan tak selalu berdampingan dengan pendidikan yang benar-benar diambilnya. Pendidikannya hanya membantu untuk memahami teori saja, sedangkan bekerja secara nyata di perusahaan jauh berbeda. Lily belajar dari titik awal lagi begitu memasuki perusahaan dan mengincar posisi staf GA sebelum pada akhirnya posisinya naik dengan pesat. Semua orang pasti berpikir dirinya memang hanya memanfaatkan Demoonel, tapi orang laion tak pernah tahu bahwa Lily bekerja dengan sangat keras untuk mengemban tugasnya dengan baik di perusahaan sebesar Estetik ini. 

"Lilia," panggil salah satu CEO yang berasal dari Korea Selatan itu. 

"Iya,  Pak Choi?"

"Kita ada rapat sebentar lagi dengan pimpinan Kim. Pastikan semuanya siap, jangan ada laptop mati atau apa pun itu."

"Siap, Pak Choi." Lily memberikan anggukan pada atasannya yang kentara sekali tertekan bekerja bersama temannya yang begitu strict sebagai bos. Wajah Choi terlihat kuyu menjelang rapat. 

Lily memiliki jam kerja yang unik setiap harinya. Tak seperti perusahaan kebanyakan yang delapan jam bekerjanya ditentukan, maka Estetik memiliki aturan tersendiri. Jam kerja masih delapan jam, tapi tidak ditentukan dari jam berapa ke jam berapa. Lily harus bekerja selama delapan jam di kantor dengan waktu yang ditentukannya sendiri. Jadi, pekerjaan yang ada di luar kantor tentu tidak dihitung ke dalam jam kantor. Orang Korea Selatan memang memiliki perhitungan yang bagus untuk membuat pekerjanya merasa berada di neraka. Terlebih lagi CEO Kim selaku pemiliknya memang tipe wanita gila kerja yang tidak bisa didebat sama sekali. 

Karena jam kerjanya terganggu dengan kedatangan Demoz dan drama hilangnya Dimi tadi, maka Lily harus pulang lebih malam hari ini. Karena seorang Demoz, Lily menjadi harus mengubah rancangan jam kerjanya. Awas aja kamu, Demozza

*

"Belum pulang?" 

Lily yang masih menyelesaikan beberapa dokumen di layar komputernya agak terkejut dengan kedatangan Myron Yasa, sekretaris dari bos Kim. 

"Oh, ini sebentar lagi mau pulang."

Lily perlu berhati-hati untuk melakukan segala hal di sini. Sebab tidak ada oranng yang tahu bahwa Lily adalah ibu beranak satu karena penampilannya yang masih begitu muda. Dekat dengan lelaki di kantornya hanya akan membuat jati dirinya terkuak. 

"Bos Kim baru aja pulang, jadi aku nggak ada barengan."

Yasa memiliki sikap yang sangat lembut tapi juga pengertian. Hanya saja Lily tidak bisa menerima semua sikap baik pria itu. 

"Oh, kamu bisa ajak Jamie kalo emang keberatan pulang sendirian."

Lily selalu menyodorkan Jamila Leeya, yang lebih suka dipanggil Jamie, kepada Yasa sebagai penngalihan. Mereka memiliki kedekatan yang lebih banyak ketimbang Lily dengan Yasa. 

"Kamu pulang sendiri?"

Lily mengangguk dan menunjukkan kunci mobilnya pada Yasa. "Aku  bawa mobil sendiri, Yasa. Mulai sekarang kamu nggak perlu khawatir buat urusan pulang."

Biasanya memang Lily tidak membawa mobil karena merasa terlalu berlebihan. Namun, mulai hari ini keinginannya untuk memakai mobil sendiri begitu kuat, seperti ada yang mendorongnya untuk melakukannya. 

"Wowww! Akhirnya kamu pakai gajimu yang besar itu buat nyicil mobil, ya. I'm happy for that." 

Mobil itu dihadiahkan Demoonel saat Dimi bisa berjalan dengan cepat. Itu bukan hasil dari jerih payah Lily.

"Hm ... makasih, Yasa."

Pria itu masih berdiri di ruangan Lily hingga membuat perempuan itu bingung harus menanggapi seperti apa. 

"Jadi ... kamu nggak jadi pulang?" tanya Lily.

"Oh ... ini mau pulang." Yasa menggaruk kepalanya. "Kalo gitu ... hati-hati pas pulang nanti."

Lily mengangguk dan memberikan senyuman terakhir. Dia tidak akan memberikan lanjutan apa-apa karena memang tidak ada yang perlu dilanjutkan. 

Beberapa jam kemudian Lily sudah melihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan. Dia dalam masalah jika Dimi ternyata kehausan, karena anak itu sangat aktif dan menyusu dengan kuat.

"Dimi, Mama pulang." Lily bergumam sebelum mengemudikan mobilnya dan menikmati suasana perjalanannya yang semakin membuat lelah tapi dia tak bisa mengeluh dengan situasi tersebut.

45 menit dihabiskan untuk berkendara dan kini Lily memarkirkan mobil dengan nyaman. Sebelum turun, dia mengganti heels dengan sandal jepit karena sewaktu-waktu sepatu tinggi dengan warna berbeda dapat diandalkan dalam situasi tertentu. 

Lily membuka pintu dengan kunci yang dibawanya sendiri karena jika pukul delapan malam, rumahnya selalu dikunci oleh Atri. Lampu pintarnya menyala dan Lily terkejut saat tubuh besar dan tinggi Demoz terlihat mengacaukan kewarasannya. 

"Astaga! Gila kamu, ya!?"

Lily menekan dadanya yang berdegup kencang karena ulah Demoz yang mengejutkannya. 

"Jam berapa ini? Kenapa kamu baru pulang? Kamu pikir Dimi baik-baik saja di rumah tanpa mamanya?"

Lily menggeleng tak percaya dengan protes yang Demoz sampaikan. Padahal, baru hari ini pria itu melihat rutinitasnya dan Dimi.

"Jangan sok ceramahin aku, ya. Aku pulang telat juga karena tadi siang kamu bikin jam kerjaku harus diganti."

Demoz mengikuti langkah Lily yang tidak mau menunggu pria itu. 

"Lebih baik kamu berhenti kerja dan fokus menjadi ibu untuk anak kita."

Lily berhenti dan membalikkan tubuh dengan cepat. "Siapa kamu dalam hidupku?! Aku hanya menuruti ucapan suamiku, kepala keluarga, tapi aku nggak akan menuruti kamu yang bukan siapa-siapa bagiku." Lily menarik kerah pakaian Demoz dengan berani meski mereka memiliki tinggi yang berbeda. Dia tahu Demoz tidak akan membalas apa-apa. "Jangan mengomentari atau melarang-larang aku, stranger!"

[Udah baca bab 12? Biar paham betapa badass nya si Oma.]

COMPLICATED DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang