23. Cemburu

1K 164 4
                                        

Meyakinkan Lily untuk bisa percaya bahwa perasaan Demoz tidak lagi tertambat untuk Sirius adalah hal melelahkan. Mungkin dia harus berhenti untuk memikirkan bagaimana cara untuk bisa mendengar balasan dari Lily, dan fokus untuk merancang masa depan mereka sebagai keluarga kecil. Demoz mungkin akan kehilangan banyak kesempatan untuk bisa menyatakan isi hati, tapi tak mengapa, asal dia bisa bersama Lily dan Dimi.

Acara makan malam yang Demoz buat membawa orang-orang penting dari divisi Estetik. Ini jamuan makan malam yang bisa dikatakan sebagai pesta. Awalnya bos Kim kebingungan kenapa Demoz mengajak makan malam di restoran mahal, tapi dengan alasan projek yang dilaksanakan bos Kim dan anak buahnya sangat memuaskan, maka makan malam ini bisa dilaksanakan. Padahal Lily tahu, tujuan Demoz mengundang sebagian besar orang-orang dari Estetik adalah untuk membuat pesta kecil setelah berhasil menikahi Lily secara rahasia.

Sebenarnya Lily menjadi cemas jika pria itu mengumumkan pernikahan mereka di depan teman-teman serta atasan Lily. Tidak ada yang mustahil jika berkaitan dengan Demoz, pria itu selalu membuat Lily cemas.

"Saya suka dengan projek yang berjalan kemarin, khususnya cara Lilia Posei membuat saya yakin sepenuhnya dengan kinerja yang dilakukannya."

Kinerja untuk meyakinkan kamu? Lily memutar bola mata tak percaya dengan pria itu. Yang dimaksud oleh Demoz adalah seks yang Lily berikan supaya pria itu mau menyetujui segala ide dan proposal dari Estetik! Bisa-bisanya Demoz sengaja menggoda Lily dengan menyanjung hal yang tidak membuat Lily bangga itu. Kalau semua orang tahu bahwa Lily memberikan selangkangan untuk menaklukkan Demoz, dia hanya dinilai perempuan murahan, bukan memiliki kemampuan profesional.

Bos Kim tertawa seraya menatap ke arah Lily yang dipaksa duduk di samping bos besarnya itu.

"Of course, Bapak Demoz. Lily selalu bisa diandalkan. Dia pegawai yang sangat cerdas. Usia muda bukan halangan baginya untuk naik jabatan dengan cepat."

Demoz meneguk segelas wine sembari terus mengarahkan tatapan pada Lily. Kalo begini terus, Demoz bisa bikin yang lainnya curiga!

"Estetik sangat beruntung memiliki Lilia Posei. Seandainya saya bisa memilikinya ... mungkin akan sangat menyenangkan."

Sekali lagi bos Kim menatap Lily. Tentu saja bos Kim agaknya bingung dengan pernyataan Demoz yang ambigu.

"Memiliki ... maksudnya?" tanya bos Kim.

Demoz beralih kepada bos Kim dan tertawa pelan. "Oh, jangan salah paham. Saya hanya asal bicara."

Keduanya tertawa lagi, sedangkan yang lain hanya mengikuti saja. Suasana seperti ini memang sangat kaku karena ada dua bos besar yang makan bersama mereka. Tidak ada yang bisa leluasa makan jika kedua bos sedang bicara, bahkan berceramah mengenai pekerjaan dan kesuksesan.

[Yasa] Kamu bosen?

Pesan dari Yasa membuat Lily terkejut. Mereka tidak bisa saling mengobrol karena posisi duduk mereka yang tidak nyaman. Yasa berada di depan bos Kim. Mereka tidak bisa melakukan kegiatan yang sebenarnya biasa saja, tapi terlihat tidak sopan jika kedua bos besar melihatnya.

[Lily] Keliatannya? Menurut kamu apa yang bakalan aku rasain kalo duduk di samping bos Kim?

Yasa terlihat menahan diri untuk melihat pesan balasan yang masuk. Mereka tidak boleh terlalu kentara saling berbalas pesan.

[Yasa] Kamu bisa bayangin aku setiap hari di samping bos Kim.

Lily tidak mau membayangkannya sama sekali. Itu tugas utama Yasa sebagai sekretaris sekaligus PD di Estetik Works.

"Saya nggak menyangka bisa melihat pegawai Anda yang begitu akrab." Demoz membuat Lily dan Yasa mengangkat pandangan dari ponsel.

Bos Kim menaikkan kedua alisnya sebagai pertanyaan. "Bagaimana, Bapak Demoz?"

"Lilia Posei, dan sekretaris Anda akrab sekali, ya?" Demoz sepertinya tahu dan sengaja membahas hal ini di depan semua orang.

"Ada yang salah, Pak Demoz?" tanya Yasa dengan sopan.

Demoz menatap Yasa dengan tak biasa. Lily bisa melihat gelagat cemburu yang pria itu miliki. Jika dibiarkan, maka akan ada persaingan di meja makan. Namun, Lily tidak bisa gegabah berucap sangat akrab dengan Demoz di sini.

"Kamu menyukai Lily?" Pertanyaan Demoz mengejutkan banyak orang.

Yasa tidak terlihat gentar sama sekali. Lily tidak berharap Yasa akan menanggapi Demoz, tapi pria itu bertindak sangat jauh dengan menjawab pertanyaan Demoz.

"Mengenai apa isi hati saya untuk Lily, itu bukan urusan orang lain, Pak."

Demoz menyeringai, lirikan tajamnya mengarah pada Lily. "Jadi benar, kamu menyukai Lily."

Lily mengernyit, dia mencoba menghentikan Demoz untuk lebih gegabah lagi terpancing dengan sikap Yasa. Berhenti kamu Demoz! Jangan mengacau!

"Saya sudah banyak menghabiskan waktu dengan Lily selama projek ini berjalan."

Pegawai yang lain semakin tercengang dengan penuturan Demoz.

"Saya tidak akan mengatakannya secara detail di sini. Tapi saya yakin saya tidak akan mundur dari sayembara memperebutkan hati Lily."

Makan malam ini adalah makan malam terkacau bagi Lily!

***

Suasana hati Lily sudah kacau meski akhirnya acara makan malam diakhiri dengan suasana yang lebih baik karena bos Kim mengajak Demoz pergi. Sebagai bos besar, mereka berdua memang harus menyingkir untuk memberikan ruang kebebasan bagi anak buah mereka supaya bisa menikmati makanan tanpa menjaga image.

"Apa kalian memang sudah sejauh itu?"

Yasa yang akhirnya bisa leluasa bicara dengan Lily menyampaikan pertanyaan yang semakin membuat mood Lily hancur.

"Yasa, bisa nggak kalo kita nggak membahas itu?"

Lily tidak ingin dirinya muntah di sini karena mual dengan pertanyaan dan tatapan dari pegawai Estetik yang ikut makan malam ini. Lily juga tidak yakin bayi di dalam perutnya tidak akan berulah jika terus menerus diberi asupan stres.

"Aku nggak bermaksud membuat kamu nggak nyaman, tapi aku butuh kepastian, Lily. Aku ... apa aku masih punya kesempatan untuk mendekati kamu?"

Lily menatap Yasa yang kini berpindah duduk di samping Lily. Sebenarnya sangat mudah bagi Lily untuk menjawab bahwa Yasa tidak pernah ada di dalam hati Lily. Seluruh ruang di hati Lily terpenuhi oleh wajah dan nama Demoz. Namun, Lily tidak bisa seterbuka itu. Dia masih belum yakin dengan Demoz, dan Yasa juga tidak berhak tahu mengenai perasaannya untuk Demoz.

"Lily, aku akan tetap mendekati—"

"Jangan." Lily berusaha membalas sepelan mungkin.

"Apa?"

"Jangan berusaha mendekati aku, Yasa. Dari awal, aku udah kasih peringatan untuk nggak begitu dekat denganku, tapi kamu nggak peduli."

"Jadi, kamu memang memilih pria itu? Demozza Galendra?"

Lily berdecak tak suka. "Seperti jawaban kamu kepadanya tadi. Kamu juga nggak berhak untuk tahu apa isi hatiku, Yasa."

Ini memang kejam, tapi Lily tak mau membuat Yasa berharap lebih jauh lagi. Yasa harus berhenti mendekati Lily yang sudah menjadi istri Demoz, meski pria itu tidak tahu.

Yasa terlihat begitu terpukul, dia mungkin merasakan patah hati dengan rasa cintanya yang tidak berbalas. Meski tidak tega, Lily tidak mau berbaik hati memberikan kesempatan kepada Yasa. Maafin aku, Yasa. Entah kenapa aku juga nggak suka basa basi karena kehamilan ini.

Perut Lily rasanya tak nyaman jika terus berada di sana.

"Aku nggak bisa lebih lama di sini, Yasa. Aku pulang duluan."

Yasa terkejut. "Lily, jangan seperti ini. Aku nggak bermaksud membuat kamu nggak nyaman."

"Aku udah nggak nyaman dari awal diminta ikut makan malam. Bukan salah kamu, Yasa."

Lily tidak bisa berbasa-basi lagi, dia memilih pergi meski tatapan yang lain terarah padanya dan Yasa secara bergantian.

COMPLICATED DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang