[Yuhuuu! Datang lagi yups. Anyway, di Karyakarsa udah sampai chapter 42. Special chapter 41 juga udah ada lohhh. Yang udah beli harga paket mah langsung baca yups. Happy reading!]
Lily merasa lebih lega dengan hubungan Demoz dan Dimi yang berjalan dengan baik. Anak itu tidak terlihat berjarak dari Demoz meski wajah pria itu sangat kaku untuk ukuran seorang papa yang sayang anak. Lily bisa melihat ekspresi datar yang selalu Demoz gunakan ketika bersama Dimi. Namun, anehnya Dimi selalu tertawa ketika papanya melakukan sesuatu yang menurut Lily biasa saja. Waktu Demoz menggelitik perut Dimi di ranjang, pria itu juga memasang wajah datar tapi Dimi tetap menyukainya. Mungkin ikatan mereka sekuat itu sebagai anak dan papa. Atau memang selama ini Dimi selalu menginginkan momen bersama sosok pria yang dia sebut papa.
"Kamu udah ajarin Dimi untuk ke kamar mandi sejak kapan?" tanya Demoz yang kini memangku Dimi dan meminta disuapi oleh papanya untuk makan.
"Udah lumayan lama, sih. Karena dulu dia nggak aku biasakan pakai popok, jadi ketika dia udah aktif bergerak merangkak dan duduk aku ajarin dia untuk buang air ke kamar mandi. Untungnya juga Dimi emang tipe anak yang nggak betah kalo dipakein popok, jadi anaknya lebih sering minta pipis dan poop ke toilet."
Lily tidak dibiasakan di dalam keluarga yang serba ada dulu, melihat anak-anak bayi yang dibesarkan oleh keluarga biasa-biasa saja tentu tidak membiasakan anak-anak menggunakan popok. Meski ada ibu yang melakukan itu, keluarga Lily tidak begitu. Dengan begitu Lily ternyata menjadi terbiasa dan harus rajin untuk mengajarkan Dimi untuk ke kamar mandi.
"Pantes, malem-malem dia tampar hidungku dan nunjuk-nunjuk ke kamar mandi. Dia mau kencing ternyata, habis itu dia rewel usap dada kamu dan aku simpulkan dia pengen nyusu. Tapi kamu nggak bangun, kamu kecapekan jadi aku cari sendiri botol susu dan ASI yang ada di kamarnya."
Jadi, pemandangan yang Lily lihat adalah hasil dari Demoz yang tidak mau susah payah membangunkan perempuan itu dan bergerak sendiri hingga Dimi kembali tenang.
"Terus kenapa kamu nggak pake baju paginya?"
"Dimi yang maksa, narik-narik bajuku dan seneng pas aku telanjang dada. Dia langsung nemplok di dada dan usap-usap putingku."
Lily menahan keinginan untuk tertawa. "Nggak geli?"
"Ya, geli. Tapi lihat Dimi yang langsung diem dan merem, aku nggak berani protes."
Sayangnya Lily tidak bisa melihat pemandangan itu secara langsung, bayangan Demoz yang diusap-usap putingnya oleh Dimi benar-benar menggemaskan. Kok, jadi gemes? Lily mendadak lupa bahwa dia tidak boleh terlalu terbawa perasaan untuk menjalani hubungan dengan Demoz. Lily masih belum sepenuhnya percaya pada perasaan yang pria itu punya, maka jangan sampai Lily terlalu menginginkan untuk melihat momen-momen menggemaskan semacam itu.
"Maaaa. Aemm!" Dimi langsung merentangkan tangan pada Lily dan menyelesaikan makan paginya.
"Kamu mau nyusu? Baru juga makan, Sayang."
Lily mengusap sisa makanan di sudut bibir anaknya. Meski begitu Lily tetap memangku Dimi dan tidak tega jika tidak memberikan apa yang anak itu mau.
"Dia punya usus yang besar kayak aku."
Lily menatap ke arah suaminya yang menatap Dimi tanpa lepas meski sebentar saja. Lily tidak akan mengganggu apa yang dilakukan oleh pria itu, karena Lily mungkin akan mengganggu bayangan di dalam kepala Demoz mengenai dirinya di masa kecil.
"Kamu ... nggak lagi pengen nyusu, kan? Lihat Dimi nyusu kamu nggak inget masa-masa itu, kan?" tanya Lily dengan hati-hati.
"Aku bukan pria maniak, Lilia Posei. Aku hanya mesum ketika melakukannya dengan kamu, bukan diseluruh situasi."
Lily berdehem untuk menormalkan tenggorokannya yang mendadak menjadi gatal.
"Aku jadi memikirkan apa mungkin Dimi akan bisa lepas dari ASI begitu usia kandungan kamu semakin besar?"
Ya, ampun. Demoz lebih peka mengenai hal ini. Lily jadi malu sendiri karena mengira Demoz sedang berpikiran mesum tadi, padahal otak Lily yang mesum.
"Aku akan coba sapih pelan-pelan, meskipun akan sulit."
"Apa nggak sebaiknya diganti ke susu formula?"
"Dimi nggak pernah mau minum susu formula. Aku pernah coba, sewaktu ASI-ku nggak keluar karena stres dan kelelahan karena kerjaan."
"Terus kamu pakai cara apa?"
"Atri bantuin aku jaga Dimi semalaman, nggak langsung selesai. Dimi rewel banget, dan aku cuma bisa pasrah aja sembila berusaha untuk nggak semakin tertekan."
Demoz menatap Lily dengan begitu lekat. Lily sampai salah tingkah sendiri dengan tatapan Demoz yang tidak lepas darinya sepanjang penjelasan.
"Kamu kenapa diem?" tanya Lily.
"Aku sedang berpikir, apa yang harus aku lakukan ketika situasi yang sama akan terulang."
"Ada Atri, aku bisa minta bantuan dia untuk ikut jaga Dimi yang rewel nanti."
"Dia hanya pengasuh, dan aku suami kamu. Sudah hal yang wajar kalo kamu mengandalkan aku, bukan orang lain."
Lily tidak membantah ucapan pria itu. Dia tak mamu membuat perdebatan dengan Demoz yang dalam mode sangat serius sekarang.
"Oh, aku hampir lupa kasih tahu kamu. Aku udah bilang ke bos kamu kalo hari ini kamu nggak bisa masuk kerja."
"Hah?"
Lily membuat Dimi yang sedang menyusu terkejut. "Maaa."
"Nggak apa-apa, Sayang. Udah belum nyusunya?"
Dimi menggelengkan kepalanya dan kembali membuka mulut melahap puting mamanya.
"Kenapa kamu melakukan itu lagi? Mau ngapain, sih, kamu bilang ke bos Kim aku nggak masuk kerja?"
"Kamu lupa? Kita sepakat pindah dari sini. Aku nggak mau kamu mengingkari janji untuk pindah ke rumah yang aku siapkan."
Lily selalu sulit berkata untuk semua yang pria itu lakukan diluar perkiraan. Tidak ada yang pernah bisa Lily duga jika itu berkaitan dengan Demoz.
"Aku nggak habis pikir sama kamu, Demoz. Apa alasan kamu buat bilang ke bos Kim?"
"Kamu akan pindah rumah."
"Astaga, Demoz!" Lily menekan keningnya tak percaya dengan apa yang pria itu katakan. "Kalo kayak gini, kamu sengaja buka rahasia pernikahan kita ke bos Kim!"
"Dia bukan tipe perempuan yang suka mengumbar rahasia. Kamu tahu orang Korea Selatan kebanyakan suka merahasiakan hubungan mereka, kan? Aku yakin bos Kim juga nggak peduli dengan kehidupan privasi kita, lagi pula, aku ini sudah jadi orang dalam buat kamu. Karena aku jelas punya akses buat bos Kim tutup mulut soal kita."
Lily menghela napasnya. "Memangnya apa yang bisa kamu lakukan untuk bikin bos Kim tutup mulut?"
"Aku punya cara tersendiri, jadi nggak perlu kamu tahu."
"Kenapa kamu nggak mau bagi tahu?"
"Kamu pengen tahu?"
Demoz tidak terlihat mau untuk menjawab. Pria itu malah sibuk menyendokkan buburnya ke mulut.
"Demoz?"
"Makan aja buburnya. Kalo nggak aku yang akan tutup mulut kamu."
Lily mendecih dengan ancaman yang suaminya berikan. "Sombong banget kamu. Apa yang bisa kamu lakuin buat bikin aku tutup mulut?? Aku tahu belangnya kamu, Demoz. Sedangkan bos Kim nggak--"
Lily terkejut ketika telapak tangan Demoz menutupi pandangan Dimi dan memiringkan kepala hingga perempuan itu dibuat terbungkam. Pria itu menggunakan cara yang tiba-tiab untuk menghentikan ocehan Lily.
"Sekarang kamu mau aku terus melakukan ini untuk membuat kamu tutup mulut?" tanya Demoz yang mendapati Lily masih mematung terkejut.
"Lain kali, kamu begini lagi maka aku akan menutup mulut kamu lebih lama lagi. Ada Dimi atau nggak."

KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED DADDY
Romance[Tayang satu minggu sekali.] Demozza Galendra tidak mengerti apa yang dirinya inginkan. Untuk sejenak, dia berambisi mendapatkan Artemisia Sirius yang sudah berstatus sebagai istri Archipelago Cakra. Namun, disisi lain dia tak mau Lillia Posey lepas...