[Aloha! Ini keluarga kecil Bapak Demoz dan Ibu Lily udah sampai di chapter terakhir yaitu chapter 50 di Karyakarsa kataromchick. Tinggal menunggu pilog sama extra part aja. Langsung aja kesana, ya. Yang males beli bab satuan bisa langsung beli arga paket. Kalo udah beli harga paket, nantinya nggak usah beli bab satuan lagi terus nanti begitu epilog sama extra part aku publish, udah bisa langsung baca karena udah include.]
Tidak banyak yang bisa Lily lakukan sejauh ini. Melihat kondisi Demoonel yang kritis, hatinya ikut hancur. Sosok Demoonel adalah wanita tua yang semula Lily takuti. Namun, bantuan diulurkan dari tangan wanita tua itu. Banyak sekali beban yang dipikul oleh Demoonel untuk menjaga nama baik keluarga.
Tidak banyak cerita yang bisa Lily ketahui dari bibir Demoonel mengenai masa lalu anaknya, papa Demoz. Informasi mengenai orang tua Demoz adalah hal yang ditutup rapat oleh Demoonel. Hanya beberapa kalimat singkat yang menjelaskan bahwa anaknya menciptakan keluarga yang tidak sempurna bagi Demoz. Lily selalu diwanti-wanti agar tidak menyerah menghadapi Demoz yang tidak sempurna secara psikis jika memang ingin bersama.
Selama ini rupanya Demoonel menjaga cucunya meski dengan cara yang mungkin tidak disukai oleh Demoz. Namun, melihat histerisnya reaksi sang suami, Lily yakin bahwa mereka saling menyayangi sebagai nenek dan cucu.
Dalam pelukan Lily, pria dengan tubuh besar dan berotot itu meminta perlindungan. Ketakutan Demoz membuat Lily harus bekerja lebih ekstra untuk bisa menenangkan pria itu.
"Aku nggak mau kehilangan Oma, Ly."
Mengusap punggung suaminya yang lebar, Lily meminta pria itu untuk diam. "Ssttt. Tenangin diri kamu dulu."
Meski usia mereka terpantau berbeda, dan Lily lebih muda dari pria itu, tetap saja kedewasaan tidak ditentukan dari kelipatan angka yang bertambah. Mungkin karena Lily sudah menjalani hidup yang lebih keras sejak kecil dan bisa belajar dari semua pengalaman tidak menyenangkan, mentalnya lebih terjaga ketimbang Demoz. Mungkin saja memang kehidupan orang yang lebih mapan secara ekonomi sangat rumit dan tidak menjamin kebahagiaan dalam rumah. Atau hanya keluarga Demoz yang seperti itu, entahlah.
Demoz menyusupkan kepalanya di leher sang istri. Lily berdoa agar Dimi tidak rewel ditinggalkan dengan Atri saja. Entah kapan mereka akan pulang jika Demoz masih begitu mencemaskan keadaan Demoonel. Bisa saja pria itu keras kepala untuk menunggui neneknya hingga terbangun. Namun, pertanyaannya apakah Demoonel masih mau membuka mata? Karena sepertinya tidak ada semangat yang tersisa bagi wanita tua itu untuk hidup.
Gatara sendiri masih menunggu di kursi tunggu di depan. Dia menjamin tidak ada pihak yang masuk selain keluarga. Tidak ada yang boleh mengganggu Demoonel, kecuali Demoz yang kini sedang meringkuk dalam pelukan istrinya.
"Oma selama ini yang selalu jadi penyelamatku. Menyelamatkan keluargaku, perusahaan papa, dan ... kekacauan yang aku buat karena Siri dulu."
Demoz terdengar ragu-ragu menyinggung kesalahannya pada Siri. Wajahnya juga dinaikkan untuk mengamati reaksi apa yang Lily tunjukkan.
"Kamu cemburu kalo aku bahas Siri?"
Lily menggelengkan kepala. "Aku justru lebih ke arah marah ke kamu dan takut kalo kamu bahas kisah kamu dan Bu Siri."
"Kamu takut sama aku, Ly?"
"Aku nggak bisa bilang nggak. Selama ini aku selalu mengambil risiko dengan mengenal kamu. Pak Archie dulu udah melindungi aku supaya jauh-jauh dari kamu, tapi ... mungkin takdir memang berkata kita harus bersama."
Demoz mengeratkan pelukannya pada tubuh sang istri. "Jangan tinggalin aku lagi, Ly. Maaf karena tadi aku histeris. Aku pasti bikin kamu takut juga tadi, maafin aku. Aku akan terus terapi dan memastikan kamu dan Dimi nggak jadi korban."
Pria itu mengambil tangan Lily dan mengecupnya. "Ingatkan aku kalo aku keterlaluan, ya. Jangan tinggalin aku."
Lily mengangguk dan menatap Demoonel yang masih setia menutup mata. Oma, ternyata sebegini rapuhnya cucu yang Oma lindungi selama ini. Pantas saja Demoz selalu takut pada neneknya, karena hanya wanita itu yang bisa melindungi dan mengambil tindakan secara tepat. Satu-satunya keinginan Lily saat ini adalah suaminya bisa bicara dengan sang nenek meski hanya sebentar. Tuhan, tolong berikan kesempatan itu.
***
Atri calling ....
Ada panggilan dari pengasuh Dimi yang masuk ke ponsel Lily. Demoz sedang tertidur di sofa dan Lily berinisiatif untuk keluar ruangan untuk menjawab panggilan tersebut.
"Ya, ada apa, Atri?"
"Bu, Dek Dimi rewel. Kira-kira Ibu pulang kapan, ya?"
Lily langsung merasa panik. Dimi belakangan memang agak rewel, sepertinya anak itu menyadari akan memiliki adik makanya lebih sering manja dan mencari keberadaan Lily.
"Dia nanyain saya terus, ya?"
"Iya, Bu. Saya ajak main, paling nanti lupa sebentar tapi habis itu nyariin Ibu lagi."
Begitu rumit menjadi seorang ibu dan istri. Dua laki-laki penting dalam hidupnya kini harus menjadi prioritas.
"Kamu bisa tenangin sebentar lagi, kan? Saya akan usahakan segera pulang. Jangan panik, Atri. Kalo kamu panik nanti Dimi makin bisa ngerasain."
"Iya, Bu. Maaf saya ganggu, ya, Bu."
"Iya, nggak apa-apa."
Begitu panggilan telepon terputus, pintu ruangan Demoonel berada terbuka dengan cepat dan agak keras. Demoz muncul dan segera mencari keberadaan Lily.
"Oma bangun, Ly! Oma bangun!"
Gatara langsung berdiri sigap. Mereka masuk dan melihat kondisi Demoonel yang menurut Demoz sudah bangun.
"Oma," panggil Demoz.
Wanita tua itu masih bisa menunjukkan senyuman meski samar. Lily tidak tega dengan momen seperti ini. Namun, mereka harus menghadapinya.
"Gatara ... sudah kamu sampaikan?" tanya Demoonel yang lemas.
"Maaf, Bu. Belum."
Demoz dan Lily menatap asisten Demoonel itu.
"Apa yang mau Oma sampaikan?" tanya Demoz penasaran.
"Gatara ... sampaikan sekarang." Demoonel tidak bisa bicara panjang lebar. Dia meminta Gatara yang mewakili.
"Karena ini permintaan Bu Demoonel, saya akan sampaikan mengenai infromasi penting sebelum beliau tiada."
Demoz sudah akan menerjang Gatara ketika mengatakan hal tersebut. Namun, Lily mencegah tubuh suaminya, begitu juga Demoonel yang memanggil nama cucunya agar berhenti anarkis.
"Baik, akan saya jelaskan kepada Pak Demoz. Pembagian harta paling besar memang jatuh kepada Anda, Pak Demoz. Namun, beberapa persen saham akan dibagi kepada satu pihak yang Bu Demoonel katakan sebagai cucunya juga."
Demoz mengernyit. Dia mencoba menggali ingatan mengenai kisah masa lalu keluarganya. Sang papa yang setia tapi terlalu posesif, menyebabkan mamanya selingkuh dengan pegawai perusahaan yang dirasa lebih membuat nyaman. Lalu, keadaan keluarganya menjadi kacau. Cinta membutakan papanya dan Demoz selalu melihat kejadian demi kejadian yang rusak semasa remajanya. Semua ingatan itulah yang membuat Demoz juga ikut terpengaruh menjadi setengah gila. Jika bukan Demoonel yang menyelamatkannya dari rumah itu, mungkin Demoz akan menjadi sepenuhnya gila. Namun, keberadaan seorang anak? Demoz sama sekali tidak mengetahuinya.
"Cucu? Cucu siapa yang kamu maksud? Hanya saya penerus keluarga ini!! Cucu yang mana selain saya?!!" sahut Demoz tidak terima.
"Mas dengarkan dulu," bisik Lily pada suaminya.
"Ozza ... mama kamu memiliki anak dari pria itu." Demoonel mengatakannya dengan terputus-putus. "Kamu memiliki saudara—"
"Nggak, Oma! Aku nggak punya saudara! Aku nggak menerimanya."
Lily tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang pasti ... dia akan ikut masuk dalam intrik keluarga suaminya. Keluarga yang terlalu banyak menyimpan rahasia.

KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED DADDY
Romance[Tayang satu minggu sekali.] Demozza Galendra tidak mengerti apa yang dirinya inginkan. Untuk sejenak, dia berambisi mendapatkan Artemisia Sirius yang sudah berstatus sebagai istri Archipelago Cakra. Namun, disisi lain dia tak mau Lillia Posey lepas...