"Bunda, aku bikin mie instan, ya?"
Haruto yang malam itu tengah lapar sedikit berteriak sembari menuruni tangga. Rambutnya yang berantakan bergoyang seiring langkah ringannya menuju dapur. Pemuda itu baru saja terbangun dari tidur siangnya, tidak menyangka begitu membuka mata matahari sudah terbenam berganti dengan sang rembulan. Mungkin, jika ia tidak terbangun karena lapar, Haruto akan terbangun sekitar pukul sembilan malam. Lalu dunia, akan membuatnya kebingungan.
Tak disangka, bunda duduk di meja makan sembari menuang air dingin dari tupperware ke dalam gelas. Lantas berucap, "Kamu mau mie instan? Itu Kakak baru aja mau keluar beli makanan."
Benar saja, ketika Haruto menoleh ia menemukan Yoonbin berjalan menghampiri sembari memainkan kunci motor di tangannya.
"Kak, Adiknya diajak, ya," ucap bunda. Yoonbin menatap si bungsu lalu mengangguk. "Kalian mau makan apa? Bunda lagi nggak masak, jadi beli aja yang kalian mau."
"Aku mau nasi goreng," balas Yoonbin seadanya.
"Ruto?" tatapan Bunda beralih pada si jangkung Haruto. "Kamu mau apa? Sate? Ayam bakar? Ayam kremes? Nasi goreng kaya Abangmu, atau mau yang lain?"
"... Nasi goreng," balas Haruto setelah terdiam sesaat.
Bunda memberi Yoonbin uangnya, setelah itu mereka pamit pergi. Keduanya berjalan beriringan menuju motor Yoonbin di halaman rumah, belum dimasukan ke dalam garasi, dengan Haruto yang sedikit cemberut. Sebenarnya, ia ingin memakan mie instan kuah, tetapi melihat bunda yang menolak halus membuat Haruto tidak sampai hati mengatakan keinginannya lebih jauh. Alhasil, ia hanya menurut.
Motor Yoonbin dijalankan perlahan meninggalkan kawasan rumah. Haruto duduk di belakang dalam diam, sementara Yoonbin juga tidak mengatakan apa pun setelah percakapan di dapur sehingga suasana menjadi hening sejenak.
Angin malam yang menerpa wajah Haruto membuat poninya berterbangan, tetapi berhasil membuat suasana hatinya menjadi lebih baik. Ia membenarkan tataan rambutnya lantas memajukan wajahnya sedikit lebih ke depan saat berucap, "Nasi goreng di tempat biasa, kan?"
"Iyaa," balas Yoonbin singkat. "Emangnya lo mau nasi goreng yang di mana?"
"Di tempat biasa." Haruto mengerjap ketika teringat sesuatu. "Gue juga mau kwetiau goreng."
"Iyaaa." kali ini, Yoonbin sangat setuju. Baik ia ataupun Haruto sangat suka dengan kombinasi antara nasi goreng dan kwetiau goreng yang dimakan secara bersamaan.
Percakapan berlanjut dengan random setelahnya. Tentu, Haruto yang mengawali ke-random-an ini.
*
Dua hari kemudian.
Yoonbin baru saja pulang dari kuliahnya, langsung menuju dapur untuk menenggak air dingin dari kulkas. Hal itu berhasil membuatnya segar kembali.
Matahari bersinar terik hari ini, jadi ia tidak tahan jika harus berjauh-jauh dari air dingin ataupun es batu. Namun, di sore hari yang seperti ini, tiba-tiba saja Yoonbin ingin makan mie goreng. Maka, ia pun melancarkan keinginannya.
"Bun, aku buat mie, ya," ujar Yoonbin sembari membuka pintu lemari tempat penyimpanan mie instan berada.
Tidak lama berselang, bunda muncul di dapur. "Bunda udah masak loh, Kak. Kamu nggak tau, ya?"
Seketika Yoonbin meletakan kembali mie instan di tangannya lantas berbalik menatap sang bunda. Ia langsung terdiam begitu saja.
"Ih, kamu nggak tahu?" bunda berjalan menuju meja makan dan membuka tudung saji di sana. "Tuh, Bunda udah masak rendang. Kamu nggak buka-buka tudung saji dulu, ya?"
Yoonbin yang terdiam perlahan melangkah dan berdiri di samping bunda. Ia menatap lurus sepiring daging sapi yang telah diolah menjadi rendang tanpa mengucapkan apa pun, tetapi batinnya berbeda.
Rendangnya keliatan enak, tapi gue mau mie instan. Yoonbin menatap rendang itu tanpa berkedip. Apa gue makan mie instan dulu baru makan rendang? Atau makan rendang dulu baru makan mie instan?
Melihat keterdiaman sang putera sulung, bunda lantas berucap, "Kamu nggak suka rendang buatan Bunda?" ketika Yoonbin mengangkat pandangan kilat sedih pun terlihat dari iris bunda yang coklat keemasan. "Nggak suka masakan Bunda, ya?"
Bukan begitu, Bunda. Aku suka. Suka banget malah. Tapi aku mau mie instan. "Suka, kok." Yoonbin menjawab cepat, tak sampai hati mendengar nada bicara bunda yang sedih.
Maka, tanpa berkata apa pun lagi ia berbalik untuk mengambil piring dan peralatan makan. Lekas mengambil nasi dan memasukannya ke dalam piring lalu berjalan kembali ke meja makan. Yoonbin mengambil satu potong daging rendang, tetapi bunda meletakan dua buah perkedel ke dalam piringnya seraya berkata, "Bunda juga bikin perkedel, enak deh. Dimakan, ya."
"Iyaa." Yoonbin menatap lurus piringnya tanpa arti. Pasrah.
"Kamu mau Bunda buatin jus semangka, nggak?" bunda berjalan melewati Yoonbin menuju dapur.
"Enggak," tolak si sulung. Ia pun membawa piringnya menuju ruang tamu, karena sebelumnya ia melihat Haruto duduk di sana.
"I feel you." tak ada angin, tak ada hujan, Haruto mengatakannya ketika Yoonbin baru saja duduk di sampingnya.
"Apa?" tanya Yoonbin sembari memotong daging rendang dengan sendok.
Haruto memalingkan pandangan menatapnya lantas menurunkan atensinya pada piring Yoonbin di meja. Si sulung ikut menatap piringnya, pun mengerti dengan cepat. Haruto kembali berucap tanpa mengalihkan netra coklatnya. "I feel you, Kak. I feel you."
Sebuah senyum kecil terbit di bibir Yoonbin, begitupun dengan si bungsu Haruto. Tak berapa lama, kedua kakak beradik ini menghela napas di waktu yang bersamaan.
-❀♡-
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG : The Best Person
FanfictionKumpulan cerita singkat tentang Haruto, Yoonbin, dan Treasure: brothership, friendship, bromance. Pub: 23 Juli 2021 End: - - - - ✰ Alternative Universe ✰ BABYING HARUTO WATANABE ✰ Mengandung kata-kata kasar ✰ 15+ Photo by: Seisyun bot Edit: Zhana_ns