Role Model

323 37 6
                                    

"Angkat dagumu, jangan bersikap layaknya seorang penakut!"

Suara tegas menggurui itu berhasil membuat fokusnya terpecah, akibatnya sebuah cakaran panjang melukai lengan kirinya. Pemuda itu meringis sesaat sebelum mengayunkan pedangnya menebas pada serigala yang hendak menyerangnya dari belakang.

"Berisik. Jangan bicara ketika aku bahkan nyaris mati karena latihan yang kau berikan." ucap pemuda itu mendesis kesal, pedangnya kembali mengayun menebas serigala terakhir.

Mata merah rubynya mengkilat terkena pantulan cahaya bulan, menatap manik merah kelam yang kini berdiri di dahan pohon tertinggi.

"Kau itu masih terlalu lemah dan harus banyak belajar. Walau latihan ini sedikit sulit, tapi akan terpakai jika berada di kondisi mendesak di masa depan saat kau tidak bisa menggunakan kekuatan sihirmu." katanya mengomentari. "Teknik pedangmu.. masih sepayah dulu." pemuda itu tersenyum miring.

Berdecih pelan, dia mengangkat pedang mengarah pada pemuda yang berdiri di dahan pohon tertinggi. "Buktikan omonganmu, bagaimana jika kita berduel?"

Si manik merah kelam tersenyum mencemoh. "Berduel? Dengar, melawan serigala saja kau sudah kesusahan. Masa mau menantangku? Tidak tahu diri sekali~"

"Kau mau atau tidak?!"

Hening sejenak. "Baiklah. Jika aku keluar sebagai pemenang, kau tiba boleh kabur saat penobatan menjadi Raja esok lusa. Hm?"

Tidak ada jawaban.

"Aku tak ingin menjadi Raja." ucap sang lawan bicara dengan tanpa ekspresi. "Itu kan posisimu, jangan seenaknya memberikannya padaku! Menjadi Raja itu.. merepotkan."

"Ruto-yaa, kau tahu aku tak suka menjadi terikat. Dengan aku diangkat menjadi Raja, kehidupanku tidak sebebas dulu lagi."

"Jadi kau tega mengorbankanku dan mengikatku untuk mengurus negri ini sampai aku mati membusuk, begitu?"

"Aduhh, bahasamu kasar sekali?"

"Cih. Jangan mengulur waktu lebih lama, kau ingin berduel atau tidak?!"

"Dasar tidak sabaran." pemuda itu melempar sebuah kantung dari kulit hewan ke bawah, "Pulihkan tenagamu yang terkuras, kita berduel di tempat terbuka." katanya kemudian menghilang tanpa jejak seolah dia tidak pernah berdiri di sana sebelumnya.

Yang lebih muda menurunkan pedangnya, membungkuk sedikit meraih kantung kulit di tanah. Hanya sesaat sebelum melompat tinggi saat radarnya menangkap sinyal bahaya. Dia menoleh, dan refleks mengumpat mendapati beruang coklat setinggi dua meter mengaum ganas ke arahnya.

*

"Kau datang terla--- hm?" Yoonbin menatap humor pada yang lebih muda. "Ada apa dengan pakaianmu? Seperti gelandangan saja."

"Ck, ini semua karena ulahmu!" ujar manik merah ruby itu murka.

Yoonbin tertawa sesaat, sebelum melempar sepasang pakaian pada pemuda di depannya. "Bagaimana dengan beruang itu?"

Si adik menerima pakaian yang dilemparkan ke arahnya, "Apa yang kau harapkan? Dia mati." dia menjawab ketus sembari melepas baju compang-campingnya akibat cakaran beruang, lalu memakai pakaian barunya.

"Bagus." ucap Yoonbin membuat sang adik mendesis kesal. "Ruto-ya, mungkin setelah hari penobatanmu aku harus pergi. Jadi, gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya."

Haruto, merapatkan bibir mendengar itu dengan air muka menyendu sesaat. "Tak bisakah kau tetap tinggal?"

Yoonbin menipiskan bibir. "Yahh, kalau satu atau dua hari kurasa tidak masalah." ucapnya dengan tengil.

ABANG : The Best Person Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang