Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Haruto-
-
"Mama dapat laporan dari wali kelas kamu, kalau nilai akademik kamu mengalami penurunan. Ada apa?"
Haruto menghentikan pergerakan makannya sejenak, mendongak menatap Mama lalu menggeleng, kembali melanjutkan kegiatan makannya.
"Nggak papa, Rut--- Ben cuma kurang fokus pelajaran aja." balas Haruto tenang.
Mama meletakkan alat makannya di piring "Kok bisa nggak fokus sih, Ben?" tanya Mama dengan raut tak suka.
Haruto menunduk tidak menyahut, tapi tetap melanjutkan makannya. Kini lebih terburu-buru.
Mama menatap Haruto lama, lalu menghela nafas sembari mengambil peralatan makannya. "Kalau kamu begini terus, Mama khawatir kamu nggak bisa naik kelas dengan nilai yang sempurna. Hari ini juga kamu Mama daftarkan les, Mama punya kenalan yang terbukti bisa dipercaya."
Haruto merapatkan bibir, dia meraih gelas di meja menengguknya beberapa kali lalu berdiri "Ben berangkat dulu," ucapnya lalu meraih tas kemudian melangkah pergi.
*
"Kak, Haruto kangen." ucap Haruto sembari menatap sendu sebuah makam di hadapannya.
Kedua mata Haruto kembali berkaca-kaca. Semakin menyorot redup dengan senyum tipis.
"Kakak tau nggak, semalem Ruto ngerasain kehadiran kakak di kamar Ruto. Meluk Ruto, kak." setetes air mata jatuh dari mata indahnya.
"Ruto.. minta maaf...." air matanya semakin deras "Maaf...."
Yang tak lama, Haruto mengerjap tersedar segera menghapus air mata yang keluar karena dia yakin kakaknya, Yoonbin, tidak ingin melihat dia menangis.
Haruto mencoba tersenyum, kini menaruh setangkai bunga mawar di makam Yoonbin.
"Ruto berangkat sekolah, kak." pamitnya lalu berdiri, menatap makam kakak sekali lagi, kemudian berbalik pergi.
•• •
"Lah, kok? Heh?" Haruto menatap heran pintu gerbang sekolah yang tertutup. Lalu celingukan kanan kiri bingung, yang tak lama jadi menghela nafas.
Dia berbalik berjalan ke bangku panjang yang terdapat di samping kanan sedikit jauh dari pintu gerbang, dan duduk di sana. Haruto menatap jam di tangan lalu mengeryit sejenak.
"Oh, pantesan. Gue telat ternyata." monolog Haruto dengan wajah masam.
Akhirnya, mau tidak mau, Haruto harus menunggu sampai pintu gerbang kembali di buka. Mata Haruto menatap pada pedagang yang jualan di sebrang jalan sana, kemudian menunduk merogoh saku mengambil ponsel, memilih bermain game.