Dalam hidup ini, uang adalah titik utama statusmu pada masyarakat. Memang uang bukan segalanya, tetapi, segalanya itu uang.
Banyak orang yang secara terang-terangan mengaku jika uang adalah hidupnya. Ada juga orang yang berlagak sok tak peduli, dan berpikir jika uang itu tidak penting.
Nyatanya, hampir dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, uang berperan menjadi tokoh utama.
Contohnya, seperti Aster. Gadis 19 tahun yang baru saja melepas pendidikan terakhirnya, SMA. Hidup sendirian, tanpa satu pun saudara, bahkan Sekolah pun didapat dari beasiswa.
Sang Ibu meninggal saat Aster masih menduduki kelas tiga SMP, beliau mengalami kecelakaan jalanan.
Setelah kematian Ibunya, Aster tidak memiliki seseorang lagi untuk membiayai hidup. Ayah Aster telah tiada semenjak dirinya lahir, sepupu juga tidak ada, baik sepupu dekat atau jauh.
Untungnya, saat itu Aster berhasil meraih beasiswa pendidikan SMA, ia tak perlu memikirkan biaya Sekolah.
Dan, sekarang, Aster yang telah lulus Sekolah itu, kesulitan mencari kerja.
"Pengumuman wawancara dari Perusahaan datang hari ini, ya?" sedikit menyipit menatap laptop, akhirnya mengangguk.
Aster mengambil sebuah kuncir dan merapikan rambut hitam panjangnya, terdengar helaan napas panjang.
"Merapikan rambut panjang merepotkan sekali, apa saatnya kita potong?" tanya gadis itu menatap sebuah cermin di depannya.
Penampilan Aster nampak biasa, seperti kebanyakan orang di Kota. Wajah sedikit lonjong, kulit putih kecoklatan, hidung mancung, dan rambut panjang yang berwarna hitam pekat.
Yang unggul dari penampilannya hanya satu, yaitu mata indah dan bulu mata lentik.
Puas dengan kunciran rambutnya, Aster berjalan mengambil sapu dan mulai membersihkan Rumah.
Langkah terus berjalan, akhirnya ia sampai pada Ruang Kamar sang Ibu.
Sejujurnya, ini pertama kali Aster memberanikan diri untuk membersihkan Kamar Ibunya.
Saat kematian Ibu, si satu-satunya keluarga, sungguh menjadi pukulan besar bagi Aster. Gadis itu bahkan menutup Kamar Ibunya dalam waktu lebih dari tiga tahun.
"....." Aster membuang napas perlahan, dan membuka kunci pintu Kamar.
Ceklek.
Itu berhasil dibuka.
Dalam Kamar sangat berdebu, tidak terawat. Secara kasar Aster mengibaskan tangannya.
Ia berjalan mendekati meja belajar di ujung Ruangan, lalu menemukan sebuah surat yang sangat mencolok.
Surat biasa, namun entah kenapa sangat menarik perhatian.
"Ah, surat dari Nenek." Aster tersenyum manis mengingat kenangan bersama neneknya.
Nenek Aster sangat baik dan tampak cantik, jika berbicara, nadanya selalu lembut. Kebiasaan Nenek selalu mengelus kepala Aster sebagai pujian.
Rasanya rindu, sang nenek sudah tiada.
Jemari gadis itu bergerak membuka lipatan kertas dan mulai membaca isinya. Tulisan dalam surat nampak ditulis dengan tergesa-gesa dan berantakan.
Namun, Aster masih bisa membacanya.
Tiap kata terbaca, pupil mata gadis itu bergerak ke kanan dan kiri. Raut wajahnya berubah seiring paragraf terganti.
"Apa ..." Aster mundur beberapa langkah, "Harta tanpa pemilik? Dunia yang berbeda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Taking Money
JugendliteraturJangan lupa follow sebelum membaca, cerita ini cukup pendek dan bisa dibaca dalam sehari. Jangan lupa tinggalkan jejak hehe - Aster menemukan sebuah petunjuk tentang harta besar tanpa pemilik di Dunia yang berbeda. Tentu saja, Aster segera pergi ke...