9. Commotion

186 43 6
                                        

"Balonnya—terbang."

Aster menatap langit, balon berwarna hitam tampak mencolok di tengah-tengah langit yang cerah.

Halley menepuk pundak Aster, "It's okay! Ayo pulang saja, bos menunggu kita."

Aster mengangguk dan berjalan pulang bersama Halley, toko roti juga masih sangat ramai, Jericho tampak lihai melayani mereka tanpa kesusahan.

Ceklek.

"Lama banget?" tanya Jericho sambil melayani salah satu pelanggan.

Aster berdecak kesal, gadis itu mendekat ke arah Jericho tanpa memperhatikan tatapan tajam dari yang lain, "Ada nyamuk sialan."

"Hah? Di mana?"

"Di jalanan tadi."

Jericho hanya tertawa sebagai respon, lalu akhirnya menoleh. "Kau baik-baik saja?"

"Kenapa?" Aster menantang dengan mendekatkan wajahnya, "Khawatir?"

"Iya." balas Jericho dengan cepat, tanpa basa-basi.

Aster terdiam beberapa saat, lalu mundur dan batuk sebentar. "Ekhem. Apa yang harus aku lakukan lagi, bos?"

"Istirahat saja dulu bersama Halley, aku bisa mengurusnya."

"Oke," timpal Aster dengan setuju, "Tak kuwalahan, ya? Kau memang terlihat tidak membutuhkan pegawai."

"Aku?"

"Benar, tanpa kami berdua, kau juga sudah bisa menjaga toko ini."

Jericho lagi-lagi memasang wajah menggoda, "Aku mempesona, ya?"

"Dih, najis!" Aster menjulurkan lidahnya dan pergi duduk bersama Halley.

Di sana, Halley sibuk memainkan handphone miliknya.

"Halley!"

"Oh, Aster, duduk di sini."

Aster mengangguk dan duduk pada kursi samping lelaki gondrong tersebut. Walau penampilannya tampak sangar, ternyata Halley adalah seorang yang lembut. Aster menyadari itu dari tadi.

"... Aster terlihat tenang, ya?"

Menoleh, Aster memasang wajah kebingungan. "Tenang untuk apa?"

"Aster hampir saja dicopet dengan senjata tajam, namun sekarang Aster malah bersantai." Halley tersenyum.

"Memang respon apa yang harus aku buat?"

"Jika respon orang biasa, sih, akan menyebarkan ke sosial media dan melapor pada kantor polisi terdekat. Lalu membuat keributan ketika sampai di rumah, dan bersikap was-was beberapa saat."

"Lho, jika aku tidak bersikap begitu, aku bukan orang biasa, dong?"

Halley tertawa meletakkan handphone miliknya, "Hahaha! Bukan begitu!"

Aster ikut tertawa, ia melirik ke luar jendela dan melihat seorang penjual balon keliling.

"Tunggu sebentar, Halley."

Kini Halley yang kebingungan, "Kenapa?"

"Ada balon, aku akan membeli untukmu. Sebagai ganti yang tadi." Aster beranjak dari tempat duduknya.

"Eh, tidak perlu."

Aster tersenyum, "Maaf, aku terlanjur menghentikan pria penjual balonnya." ujarnya lalu keluar toko.

Di belakang, Halley juga ikut mengejar Aster, "Tunggu! Biar aku yang bayar!"

***

[END]Taking Money Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang