Jalanan kota terlihat selalu ramai dengan banyak orang yang berlalu-lalang. Suara ramai datang dari berbagai arah, apalagi bunyi peluit polisi yang mengatur kendaraan.
"Kenapa mengajakku?"
"Sebagai petunjuk arah." Aster tersenyum dan mengangkat kantung kosong di tangannya.
Hari ini, adalah hari pertama Aster datang bulan. Seharusnya gadis itu beristirahat di kamar kos, namun, ia tiba-tiba ingin pergi ke Kota, Aster mengajak Kevin untuk membeli beberapa bahan roti. Awalnya, gadis itu akan jalan bersama Jericho, tetapi sepertinya Jericho harus mengurus toko.
"Aku petunjuk arah?" Kevin mendesah lelah, ia mengambil alih kantong di tangan Aster. " ... Anggap sebagai balas budi karena tidak membunuhku."
Badan Kevin termasuk tinggi, namun tetap saja, Jericho berada paling di depan. Kevin memiliki rambut hitam yang menutupi dahinya rapi.
Untuk sementara, Kevin diperbolehkan memakai pakaian Jericho yang kebesaran. Karena pakaian itulah yang membuatnya tampak lebih muda. Walau dengan kedua sisi kemeja dilengkuk beberapa kali, Kevin tak kehilangan pesona.
"Kenapa tidak memakai transportasi umum?" tanya Kevin.
"Jalan kaki lebih sehat."
Aster mampir ke sebuah toko bahan kue. Tepung, gula, mentega, coklat, dan berbagai bahan lain ia masukan ke dalam kantong. Semua usai ketika pembayaran selesai, Aster membawa belanjaannya keluar toko.
Kevin membantu membawa belanjaan yang lumayan berat, "Hanya ini yang dibutuhkan?"
"Iya,"
"Setelah itu pulang? Selesai?"
"Iya." balas Aster dan menguncir rambut panjangnya, hari ini sungguh panas membuat Aster tak tahan mengeluh lelah.
Kevin diam beberapa saat dan mengangkat kantong berisi belanjaan, itu berat. Dengan wajah sedikit tidak ikhlas, akhirnya Kevin mengajak Aster untuk bergegas pulang.
"Ya, sudah, ayo."
"Kenapa?" Aster menyadari ekspresi wajah aneh dari Kevin, "Kau ingin bermain?"
"Kau kira aku anak kecil? Kita seumuran."
Aster tertawa pelan dan berjalan sedikit lebih cepat, "Ayo membeli beberapa mainan di jalan."
Kevin berdecak risih, lelaki itu memegang pundak Aster untuk berhenti. "Kurasa, selama ini kau selalu melihatku sebagai remaja cilik."
"Memang iya."
Mendengar jawaban terus terang membuat Kevin melotot tidak percaya, "Aku seumuran denganmu! 19 tahun!"
Aster mengedipkan matanya beberapa kali, "Ah ... Kalau begitu, kita adalah dua remaja cilik."
"Dengar, ya, aku hanya sedikit senang karena sudah berkeliaran di Kota tanpa rasa takut. Jangan anggap aku anak kecil lagi, oke?"
"Tanpa rasa takut? Bahkan sekarang kita bisa saja tertembak dari berbagai arah." Aster tersenyum, gadis itu berjinjit untuk berbisik. "Sepertinya para preman itu sudah mengetahui identitasku."
"Hah? Dari mana?"
Aster menunjuk mulutnya, "Suara."
Akhirnya Kevin mengangguk arti mengerti, "Ray yang bodoh tidak akan menyadari itu. Flo kuat tetapi otaknya lemah, dan, Steve ... Sedikit waspada dengannya."
"Bagaimana dengan bos mereka?" tanya Aster.
"Aku belum pernah bertatap muka langsung, tetapi, kami pernah bertemu saat aku setengah sadar. Tubuhnya tinggi dan seperti lelaki ideal lainnya. Kau harus berhati-hati dengan bos itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Taking Money
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca, cerita ini cukup pendek dan bisa dibaca dalam sehari. Jangan lupa tinggalkan jejak hehe - Aster menemukan sebuah petunjuk tentang harta besar tanpa pemilik di Dunia yang berbeda. Tentu saja, Aster segera pergi ke...