Toko Roti itu memiliki nuansa tenang, hampir seluruh warna cat temboknya adalah coklat. Pelanggan yang tidak terlalu banyak, kebanyakan dari mereka adalah wanita muda.
Aster berjalan cepat menuju bagian kasir, matanya berbinar dengan roti yang masih hangat di depan. "Boleh saya pesan yang ini?" tanya gadis itu.
Ada dua orang yang berjaga di bagian meja, dan keduanya terlihat tampan, sama-sama memiliki aura dewasa. Sepertinya Aster tahu apa alasan banyak para wanita di sini.
Salah satu pria menoleh, ia memiliki rambut yang sedikit gondrong. "Silakan."
Banyak menu yang jarang Aster lihat, rasa penasaran membuatnya memilih banyak roti.
"Totalnya 45.000, kak." ucap lelaki gondrong tersebut.
Ternyata mata uang di sini sama.
Ketika hendak membayar, ia menyadari sesuatu. Dalam kantungnya tidak ada dompet atau uang sepeserpun. Aster baru saja ingat jika ia kemari hanya dengan satu masker.
"Dompetku?" Aster diam beberapa saat, lalu akhirnya menoleh ke arah kasir. Kedua pipinya memerah malu.
"Kak, maaf, saya batalkan saja pembeliannya. Saya lupa membawa dompet ..."
Merespon, lelaki gondrong tersebut kebingungan. Lalu ada satu lagi pria yang datang, kali ini memberi aura yang lebih rapi, rambutnya tampak ditata dengan teliti.
"Tidak apa-apa, kak, bawa saja rotinya. Kebetulan hari ini toko kami sedang berbagi kepada pelanggan secara gratis."
Aster mengangguk tak keberatan, menerima pesanan dan duduk di salah satu kursi yang tersedia.
"Syukurlah roti ini bisa aku makan, perutku lapar sekali." Aster melepas lelah, melamun dan mencoba mencerna apa yang telah terjadi.
Tadi, hampir saja dirinya ditangkap oleh pria br*ngsek, lalu kabur ke dunia ini secara terpaksa. Apa yang terjadi pada pria berkumis itu setelah tahu aku menghilang?
Apakah akan ada laporan tentang wanita muda menghilang? Sepertinya tidak.
Sayang sekali, ada laptop, uang beasiswa di dalam rekening, dan banyak hal berharga lainnya. Betapa bodoh karena Aster hanya membawa satu masker murah.
Menggelengkan kepala, "Sudahlah. Ayo makan."
Aster hampir membuka maskernya, namun tiba-tiba dua pria datang menghampiri kursi yang diduduki Aster. Wajah mereka berdua nampak seram dan asing, salah satu dari mereka sudah terlihat cukup tua.
"Hei, gadis bermasker." pria yang terlihat lebih muda, menyenggol pundak Aster. "Kau tahu tentang harta tanpa pemilik?"
Karena kedatangan dua pria ini, seluruh pengunjung berlari ketakutan, seolah telah bertemu hantu.
Aster membenarkan maskernya, "Harta tanpa pemilik?"
"Ya, yang kudengar, tadi kau berbicara dengan seorang lelaki tentang harta tanpa pemilik." si pria yang terlihat tua berbicara tenang, sangat berbeda dengan satunya.
"Kalian gila? Mana mungkin ada harta besar yang tidak memiliki pemilik. Jika ada, pasti pihak hukum sudah mengurusnya, benar?"
"Jangan berpura-pura bodoh, cepat jelaskan, apa yang kau tahu tentang harta itu?"
Aster sedikit menyesal karena memiliki ide semberono, bagaimana ia tahu jika di dunia ini ada yang mengerti tentang harta tanpa pemilik selain dirinya.
"Saya bilang, saya tidak tahu." tegas gadis itu dengan wajah kesal.
"Kau ...!"
Baru saja lepas dari pria berkumis menjijikkan, lalu merasa malu tentang dompet yang ketinggalan, sekarang apa lagi? Sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END]Taking Money
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca, cerita ini cukup pendek dan bisa dibaca dalam sehari. Jangan lupa tinggalkan jejak hehe - Aster menemukan sebuah petunjuk tentang harta besar tanpa pemilik di Dunia yang berbeda. Tentu saja, Aster segera pergi ke...