2. Bad Guy

360 78 16
                                    

Berita tentang pembunuhan wanita muda itu cukup membuat Aster merasa was-was.

Ia melirik jendela, mengintip langit yang masih sangat cerah. "Kriminal itu beraksi saat malam hari, bukan begitu?"

Aster mengambil masker dan beranjak keluar rumah.

Untuk menenangkan diri karena lagi-lagi tertolak kerja, ia akan membeli beberapa potong roti di Toko yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Roti merupakan salah satu makanan favoritnya, di mana tidak sempat memasak nasi, roti berperan sebagai pahlawan mendadak.

Sesampai di Toko, Aster membuka pintu dan menimbulkan suara lonceng. Si wanita kasir menoleh, tersenyum.

"Selamat datang!" ucapnya ramah.

Aster ikut tersenyum, mencium aroma harum dari roti-roti di sana sudah membuat suasana hati membaik. Gadis itu mendekat pada si kasir dan mulai memesan.

Tidak ingin lama berada di Toko, karena Aster hendak menikmati roti di Rumahnya dengan secangkir kopi panas. Ia membawa bungkusan roti yang baru saja matang dengan senyuman manis.

Rumah adalah tempat ternyaman, benar?

"Ah, bagus juga dengan menonton drama. Ayo kita lihat drama apa yang tayang hari ini." gumam Aster, langkahnya semakin cepat, ia tidak sabar.

Dan, ketika tepat berada di depan rumah tercinta, Aster merasa heran.

"Pintu rumah terbuka? Apa aku lupa mengunci pintu tadi?"

Berjalan perlahan, gadis itu mengambil payung yang tergeletak sebagai senjata pembelaan. Aster masuk ke dalam Rumahnya.

Terkejut, bagian ruang tamu saja sudah berantakan. Kalau begitu sudah jelas, di dalam sini ada seseorang.

Banyak loker yang terbuka, lalu meja dan kursi yang tergeser dari tempat seharusnya, seolah keberantakan ini dibuat secara sengaja.

Aster menelan ludah dan berjalan mundur, "Harus melapor dulu."

Saat berbalik badan, ia dikejutkan oleh seorang pria dewasa dengan kumis yang panjang, tidak pernah terawat. Pria itu berjalan masuk dari arah pintu, senyumannya lebar.

"Halo, cantik." sapanya dengan melambaikan tangan kanan.

'Pisau!', Aster membatin kaget.

Di tangan kanan pria berkumis panjang itu, terdapat pisau dapur yang tampak sangat tajam.

"Maaf, anda siapa, ya?" Aster mundur beberapa langkah.

Bukannya menjawab, pria berkumis bertanya balik. "Nama si cantik siapa? Mau menjadi istriku?"

"Tidak." jawab Aster dengan cepat.

Sesaat, ekspresi si pria nampak berubah, terlihat marah. Pria itu maju mendekati Aster, "Mau, ya?"

"Saya bilang tidak, jadi, tolong keluar."

Padahal Aster tengah memakai masker, kalau begitu alasan pria di depannya tahu tentang wajahnya, karena ... Si pria sudah menyelidiki selama ini?

Aster merinding.

"Aku akan merawatmu dengan baik," Pria berkumis tersenyum aneh, "Bagaimana?"

"Jangan memaksa, pak. Saya bisa melapor tentang tindakan bapak." Aster mengangkat payungnya, jantungnya berdebar.

Dan sesaat, gadis itu menyesal karena hanya membawa payung tidak berguna sebagai perlindungan.

Si pria berkumis panjang memasang wajah marah, "Nakal, si cantik bisa mengancam. Harus dihukum."

[END]Taking Money Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang