10. "Wanna Kill Him?"

128 42 7
                                    

Rumah Jericho ternyata lumayan besar, sangat berbeda dengan kamar kos milik Aster. Setelah membuat keributan di rumah kecil alias markas mereka, lalu menculik Ray yang tak sadarkan diri, Jericho memapah Ray ke sebuah gudang rumahnya.

Di belakang, Aster juga memapah Kevin dan meletakkannya ke ruang tamu. "Tidak ada siapapun di rumahmu, kan?" tanya gadis itu.

"Aman."

Setelah Jericho mengunci Ray di gudang, ia menghampiri Aster di ruang tamu, gadis itu tampak sibuk mengobati luka Kevin.

"Kenapa membawanya, sih?" tanya Jericho dengan jengkel.

Aster tertawa, "Aku pikir dia adalah salah satu tahanan remaja di sana. Kita bisa memeras informasi lain dari lelaki ini."

"Kalau begitu kapan dia bangun?"

"Sepertinya masih lama, kita ikat saja tangannya pada kursi agar tidak kabur. Ayo pergi menghampiri Ray di gudang."

Jericho mengangguk dan berdiri, "Omong-omong, nama pria di gudang itu Ray?"

"Iya."

"Wah, kau bisa menghafal semua nama musuh."

Aster menegakkan dadanya seolah bangga, "Bukankah aku keren?"

Jericho setuju dan menepuk kepala Aster, "Cukup berguna."

"Berguna katamu?"

Aster dan Jericho masuk ke gudang tersebut, mereka melihat Ray yang masih tak sadarkan diri dalam keadaan terikat. Membuka tutup botol, Aster menyiram Ray dengan air dingin dalam botol itu.

"Ah?" Ray membuka matanya perlahan.

Jericho datang dan menepuk pipi Ray beberapa kali, "Bangun."

Ray, yang mulai mengambil kesadarannya, menjadi waspada. "Kalian siapa?"

Aster membuang sembarangan botol yang telah kosong, "Aku gadis bermasker itu, lho, cantik?"

"Tidak perlu basa-basi, kami butuh informasi darimu." Jericho mengambil pistol di sebuah loker ujung gudang.

"Gila? Pistol asli?" Aster terkejut.

Jericho tidak menjawab dengan mulutnya, meliankan dengan tindakan. Lelaki itu mengarahkan pistol ke sudut di dekat Ray dan menembak.

DOR!

Suaranya cukup kencang membuat Aster mundur beberapa kali, jantung gadis itu berdetak cepat, "Kau dapat dari mana?"

"Kenapa? Takut?" tanya Jericho mendekati Aster.

"Apakah kita akan mempermainkan nyawa orang?"

Aster terlihat ketakutan, tangan gadis itu tampak bergetar walau sudah berusaha disembunyikan. Jericho membuang napasnya dan berbalik, menodong pistol tepat di dahi Ray.

"Aster, sedari awal, musuh kita adalah kelompok yang mempermainkan nyawa orang."

"Apakah kita juga harus begitu? Apa bedanya kita dengan musuh jika sama-sama mempermainkan nyawa?"

Jericho bersiap menembak, "Tidak ada bedanya. Kau setuju bekerja sama denganku, berarti kita harus bermain kotor."

"RICHO, HENTIKAN!" bentak Aster, gadis itu terus melangkah mundur ke belakang.

Di sisi lain, Ray tidak berani bergerak atau berbicara karena pistol yang menempel pada dahinya.

"Aku tidak akan memaksamu." Jericho menurunkan pistolnya, "Jika kau ingin menyerah dan tersesat di dunia ini tanpa tujuan, silakan pergi."

"Apa?"

"Aku sudah memikirkan rencana tahap 3, penuh dengan permainan nyawa yang sangat kau benci itu."

[END]Taking Money Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang