十六 | Jalan

619 160 44
                                    

Aku tertegun mendapati Ezra di dapurku pada pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tertegun mendapati Ezra di dapurku pada pagi ini. Di meja makan tepatnya, Ezra tengah menghidangkan makanan yang tampak seperti hasil masakannya. Ia menyajikan sepiring nasi goreng dengan telur dadar di atasnya. Ia hanya menyajikan satu piring, tetapi porsinya sangat banyak.

Usai menyajikan masakannya, Ezra tersenyum lebar. Seolah bangga dengan kemampuannya dalam memasak sarapan pagi ini.

"Eh, sejak kapan di sini?" Ezra kaget setelah tak sengaja melihatku berdiri di ambang pintu.

Ia tak sengaja melihatku saat hendak berbalik barusan.

"Baru aja. Kamu udah masak dari tadi?" tanyaku.

"Iya," balasnya singkat. Ia lantas berbalik dan meletakkan wajan dan sudip di tangannya ke wastafel.

Sementara itu, dengan terpincang-pincang, aku berjalan ke meja makan. Menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Di meja makan, aku memperhatikan gerak-gerik Ezra daripada menyentuh sepiring nasi goreng itu. Aku memperhatikannya yang tengah mondar-mandir di depan pantry seperti setrika. Ia sibuk sendiri sampai tak menghiraukanku. Anehnya, aku betah memperhatikan lelaki berstatus tetangga baruku itu.

Beberapa saat kemudian, Ezra kembali ke meja makan. Disertai senyuman yang manis, ia menyodorkan segelas susu putih hangat padaku.

"Untuk membantu penyembuhan kaki kamu," katanya.

"Hm...terima kasih," balasku tanpa menatapnya. Fokusku tertuju pada susu hangat ini. Aroma dan warnanya mengingatkanku pada susu kehamilan yang pernah kuminum dulu.

Yah, terakhir aku minum susu saat hamil muda waktu itu. Setelahnya, tidak lagi. Aku takut kembali sedih karena teringat janin yang gagal kupertahankan.

Ezra menarik kursi di hadapanku dan mendudukinya. "Kakimu masih sakit?"

"Lumayan,"

"Kita ke dokter saja, ya, habis ini? Kamu enggak usah masuk kerja dulu. Ambil cuti sehari untuk ke dokter," usulnya.

"Enggak perlu. Kukompres aja habis ini," tolakku langsung.

Usulan Ezra sebenarnya ingin kuterima. Mengingat kakiku nyeri sekali sampai sekarang. Namun, kalau aku ambil cuti dengan alasan sakit, pasti mas Bintang akan mencariku. Ia pasti meneleponku terus-menerus, menghampiri rumahku dan membawa sejuta afeksinya. Pun kalau ia tahu aku pergi bersama Ezra, pasti akan terjadi cekcok seperti beberapa hari yang lalu. Uh, aku tidak mau itu terjadi lagi.

Di samping takut ketahuan oleh mas Bintang, aku sebenarnya sungkan dengan Ezra. Sejak kemarin, lelaki itu sudah membantuku. Aku jadi merasa telah merepotkannya.

"Yakin? Itu bengkaknya lumayan gede, loh. Kalau gak dibawa ke dokter, nanti malah makin jadi," sahut Ezra. Terdengar skeptis dengan keputusanku.

"Enggak usah. Dikompres aja udah cukup. Mungkin kalau dikompres terus bakal cepet sembuh," alibiku.

Arcane ft Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang